Di Ponorogo ada serabi tradisional legendaris sejak 1991. Dimasak pakai tungku dan arang, serabi racikan Bibit ini disajikan dengan kuah santan. Nikmat!
Salah satu kue tradisional yang patut dicoba yaitu serabi. Kue yang terbuat dari bahan tepung beras dan santan kelapa ini memang paling pas dinikmati saat hangat.
Serabi bisa ditemui di berbagai daerah Indonesia, termasuk serabi Bandung dan Solo yang populer. Serabi di dua daerah ini punya ciri khas dan kenikmatannya masing-masing.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lalu ada juga serabi di Ponorogo yang mirip serabi Bandung. Serabi ini bisa dipadukan kuah gurih atau manis. Untuk yang gurih memakai santan saja, tanpa gula merah seperti serabi kinca khas Bandung.
![]() |
Penjual serabi legendaris di Ponorogo berada di depan kantor Kecamatan Kota Ponorogo. Adalah Bibit Utami (53) yang menjual serabi sejak tahun 1991.
"Saya dari rumah pukul 04.00 WIB, tutup jam 09.00 kadang jam 10.00 WIB," tutur Bibit kepada detikcom, Sabtu (31/7/2021).
Proses masak serabi di sini masih tradisional yaitu menggunakan tungku dan arang. Terlihat tangan Bibit begitu lincah saat memasak serabi. Wajan yang sudah panas kemudian dituangi dengan adonan serabi.
Selang satu menit, adonan pun sudah matang dan siap diangkat. Tiap serabi, dibuat satu per satu di dalam wajan berukuran kecil. Wajannya pun masih terbuat dari tanah liat.
![]() |
Menurut Bibit, aroma arang dan penggunaan wajan tanah liat membuat serabi di sini punya kenikmatan yang khas. Apalagi saat penyajian dilengkapi dengan kuah santan yang gurih dan nikmat.
"Serabinya rasa original, kalau kuah bisa milih. Mau manis apa asin," papar Bibit.
Ibu satu orang anak ini mengaku, satu porsi serabi buatannya dibanderol dengan harga Rp 3 ribu. Biasanya dalam sehari dia bisa menghabiskan 5 kilogram adonan.
Baca juga: Pesona Kue Serabi yang Terus Diminati |
![]() |
"Kalau porsinya nggak tahu sehari bisa berapa porsi, nggak pernah ngitung," ujar Bibit.
Disinggung soal usahanya di tengah pandemi Covid-19, Bibit mengatakan penjualan serabi miliknya tetap sama seperti biasa. Ia mengatakan kadang ramai dan sepi pembeli.
"Namanya jualan kadang kan ramai, kadang sepi. Disyukuri saja, pandemi atau tidak ya seperti ini," tukas Bibit.
Salah satu penikmat serabi, Bima Tri Wibawa mengaku sengaja tiap pagi membeli serabi. Pasalnya, rasanya yang gurih dan lezat paling pas dinikmati saat pagi hari.
"Rasanya enak, kuahnya juga bisa milih. Apalagi pas hangat-hangat gini paling enak dimakan waktu pagi," pungkas Bima.
(adr/adr)