Gorengan Tak Selalu Buruk, Ini Penjelasan dr Reisa

Gorengan Tak Selalu Buruk, Ini Penjelasan dr Reisa

Khoirul Anam - detikFood
Kamis, 01 Jul 2021 17:24 WIB
dokter Reisa Broto Asmoro saat berkunjung ke kantor Kementerian Komunikasi dan Informasi, Medan Merdeka Barat, Jakarta, Senin, 2 November 2020.
Foto: dok. KPCPEN
Jakarta -

Gorengan menjadi makanan yang melekat dengan masyarakat Indonesia. dr. Reisa Broto Asmoro mengungkapkan makanan dengan teknik digoreng menjadi favorit masyarakat Indonesia.

"Mulai dari ayam digoreng, ikan, segala macam, sampai tempe tahu. Itu kayaknya sudah mendarah daging di kebiasaan sehari-hari masyarakat Indonesia," ungkap dr. Reisa dalam Webinar Sasa, Kamis (1/7/2021).

Meski demikian, gorengan selalu dianggap membawa dampak buruk bagi kesehatan tubuh. dr. Reisa mencoba meluruskan pandangan tersebut.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Padahal sebenarnya kita bisa tetap menikmati makanan dengan cara digoreng, namun tetap sehat. Saya sendiri pun suka makan makanan yang digoreng baik untuk cemilan ataupun lauk utama," ungkapnya.

Menurutnya makanan sehat ditentukan oleh berbagai faktor, mulai dari bahan makanan, proses memasak, lama memasak, suhu, sampai peralatan yang digunakan. Sehingga jika makanan tersebut diolah dengan cara yang salah, maka akan membuat makanan tidak sehat.

ADVERTISEMENT

"Tapi faktor utama yang penting diperhatikan kandungan gizinya," kata dr. Reisa.

Ia mengungkapkan kandungan gizi harus selalu ada dalam makanan sehari-hari seperti karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan mineralnya. Sehingga gizinya seimbang antara makronutrien dan mikronutrien.

Soal lemak, ia mengatakan masyarakat tak perlu takut mengonsumsinya. Selama masih dalam batas wajar dan tidak berlebihan, lemak memberikan manfaat baik bagi tubuh.

"Tapi kadang kita saking ketakutannya akan lemak gitu ya takut banget sama lemak, tapi terus kita menghindarinya sama sekali. Itu kurang bijaksana. Karena ktia tetap membutuhkan kan yang namanya makronutrien dan mikronutrien (untuk) metabolisme dan kesehatan tubuh kita. Jadi yang paling penting adalah atur saja porsinya," imbaunya.

Kemudian banyak juga pandangan yang mengatakan kalau makanan yang digoreng akan kehilangan kandungan gizinya. Mengenai hal ini, dr. Reisa tak sependapat. Sebab menurutnya makanan yang digoreng akan tetap sehat, selain karena cara mengolah dan bahan baku, juga dari durasi menggoreng dan minyak, serta suhu yang digunakan. Selain itu ia juga menyarankan untuk menggunakan tepung yang sudah terfortifikasi untuk membuat gorengan.

Fortifikasi, kata dia, adalah teknik menambahkan nutrisi yang hilang atau yang tidak ada dan tidak terkandung dalam makanan. Ia mengatakan teknik fortifikasi ini telah lama diperkenalkan ke dunia, yakni sejak tahun 1930-an.

"Jadi memang ini tuh sebenarnya awalnya sebagai salah satu solusi kekurangan gizi," ungkapnya.

"WHO sendiri sudah menyarankan bahwa menambahkan makanan dengan nutrisi, yakni makanan terfortifikasi ini adalah salah satu strategi menurunkan angka malnutrisi yang ada di seluruh dunia," pungkasnya.




(prf/ega)

Hide Ads