Mbah Payem Legenda Wedang Ronde Yogya Wafat, Ini Pesan Terakhirnya

Mbah Payem Legenda Wedang Ronde Yogya Wafat, Ini Pesan Terakhirnya

Heri Susanto - detikFood
Kamis, 01 Jul 2021 08:15 WIB
wedang ronde
Foto: Vattaya Zahra/ dok. detikFood
Jakarta -

Legenda wedang ronde di Yogyakarta, Mbah Payem (98) wafat. Sebelum berpulang, almarhumah menitipkan pesan-pesan terakhir pada anak-anaknya.

Mbah Payem atau Mbah Galak meninggal dunia di kediamannya pada hari Rabu (30/6) jam 02.00. Biasanya ia berjualan wedang ronde di depan Naufal Optic, Jalan Kauman, Yogyakarta.Sebelum wafat ia menitipkan sejumlah pesan pada anak-anaknya.

"Simbok (ibu) berpesan kepada kami anak-anaknya untuk meneruskan berjualan wedang ronde. Tapi ada syaratnya, biar berkah jangan ngracuni pembeli. Maksudnya menggunakan sakarin (pemanis buatan)," kata Wartilah, anak ketiga, Mbah Payem ditemui di kediamannya, RW 06, RT 23 No 81 Kadipaten Kulon, Kelurahan Kadipaten, Kecamatan Kraton, Yogyakarta, Rabu (30/6/2021).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Wartilah mengungkapkan, pesan ibunya tersebut, sama dengan pesan ayahnya Karso Wiyono alias Pak Min, yang meninggal 1993 silam. Saat itu, sang ayah yang berjualan wedang ronde kemudian diteruskan Mbah Payem, istrinya.

"Bapak dulu juga berpesan begitu. Kae racikan wes ono (itu racikan e sudah ada). Kudu nganggo gula murni (harus memakai gula murni). Jangan ngracuni pembeli," katanya.

ADVERTISEMENT

wedang rondeMbah Payem Legenda Wedang Ronde Yogya Wafat, Ini Pesan Terakhirnya. Foto: Vattaya Zahra/ dok. detikFood

Selama berjualan Mbah Payem membuat sendiri semua bahan-bahan wedang ronde di rumahnya untuk menjaga cita rasa. Mulai dari menumbuk beras ketan, memotong kolang kaling dan memilah kacang tanah. Mbah Payem memastikan, wedang ronde buatannya bebas dari bahan pengawet dan pemanis buatan.

Dengan manis asli gula pasir yang dicampur dengan air mendidih, menurut Wartilah, wedang ronde sang ibu telah banyak memiliki langganan. Bahkan, tamu negara di Gedung Agung, kerap memesan wedang ronde.

"Sebelum ada COVID-19 biasanya ajudan ada yang pesan. Selama pandemi ini belum ada. Sampai simbok meninggal," jelasnya.

Dengan pesan sang ibu tersebut, Wartilah bersama dengan delapan saudaranya akhirnya bermusyawarah. Untuk menentukan siapa yang akan melanjutkan berjualan.

"Keluarga musyawarah akhirnya sepakat adik saya, anak nomor delapan Waryani, yang akan meneruskan. Kebetulan yang paling paham dan dekat. Dulu sering ikut simbok jualan," jelasnya.

wedang rondeMbah Payem Legenda Wedang Ronde Yogya Wafat, Ini Pesan Terakhirnya. Foto: Vattaya Zahra/ dok. detikFood

Waryani mengaku, selama ibunya sakit, dua bulan terakhir dirinya yang menggantikan Mbah Galak berjualan. Ia berjualan bersama dengan anaknya.

"Banyak yang menanyakan, simbok kenapa? Tapi mereka (langganan) sudah tahu, simbok sudah sepuh, jadi saat dikasih tahu ya memaklumi. Ada juga yang menanyakan sampai menjenguk," katanya.

Langganan wedang ronde Mbah Galak, berasal dari berbagai kalangan. Mayoritas saat itu memang wisatawan. Terutama saat ada Sekaten Alun-Alun Utara.

"Warga sekitar juga banyak. Karena berjualan sudah lama. Sejak 1965, langganan juga turun-temurun. Misalnya, pas kecil sering diajak medang ronde di sana, sudah jadi orang ke sana lagi," katanya.




(odi/odi)

Hide Ads