Jambu air di Demak, Jawa Tengah terkenal manis dan diminati banyak orang. Kepopulerannya tidak terlepas dari peran pensiunan guru SD yang saat itu bercita-cita menguliahkan keempat anaknya.
"Tahun 1986 saya mulai buka (menanam) jambu, soalnya belimbing itu saya rasakan selama beberapa tahun itu, hasilnya itu tidak bisa maksimal. Saya selaku guru SD waktu itu memikirkan ongkos sekolah anak nanti bagaimana. Biaya kuliah tentunya mahal, lalu akhirnya mencoba untuk menjadi petani jambu air. Waktu itu saya beli benih ini. Namanya itu jambu air merah," ujar petani jambu air asal Kelurahan Betokan, Demak, Karmono (76) saat ditemui detikcom di kebunnya, Rabu (2/6/2021).
![]() |
Karmono menjelaskan dirinya semula menekuni tanaman buah belimbing sejak 1983, lantaran mertuanya yang lebih dulu menanam ratusan pohon belimbing. Lalu, Karmono merasa harga jual belimbing tak bisa diandalkan untuk biaya kuliah anaknya. Karmono pun mencoba peruntungan menanam jambu air. Dirinya menceritakan bagaimana nama jambu air delima ia berikan yang kini dikenal banyak orang.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Waktu itu saya beli benih ini namanya itu jambu air merah, bisa jadi delima ini waktu itu saya membuat koperasi saya bernama delima. Delima sendiri itu apa artinya, kandel tikel lima dan manisnya tikel lima (tebal berlipat lima dan manis berlipat lima). Sebabnya dulu ada jambu merah tapi tipis rasanya tidak manis. Sehingga yang kita kembangkan ini kandelnya tikel lima dan rasanya juga manis tikel lima," terang Karmono.
"Lebih lanjut jambu delimaDemak itu orang-orang ada yang mengartikan kandel imannya kepada Allah, atau orangDemak itu tebal imannya kepada Allah," imbuhKarmono.
"Saat ini kurang lebih ada 33 petani (jambu air di Kelurahan Betokan). Dulu saya ikut jadi petani belimbing karena mertua saya itu memiliki 300 pohon belimbing, sedangkan saya ketika itu menanam sekitar 220 pohon," ujarnya Karmono yang memiliki 12 cucu itu.
Karmono pun menceritakan awal mula ia menanam jambu air lantaran saran dari salah seorang teman. Dirinya pun mengaku sempat tidak dipercaya masyarakat dan membagikan benih jambu secara cuma-cuma saat terbukti laku di pasaran.
![]() |
"Petani belimbing tidak maksimal hasilnya, seolah olah jadi petani itu rugi. Karena setiap panen 200 pohon itu paling dapetnya hanya Rp 300-400 ribu. Kan tidak bisa membayar karyawan. Harga jualnya memang rendah," ujarnya.
"Akhirnya saya bertemu dengan temen saya, saya dituntun untuk beli empat cangkok jambu, tiga saya tanam di kebun dan satu di rumah, yang di rumah mati, yang ini (tiga pohon jambu air di kebun) masih hidup sampai sekarang sejak 1986. Dari tiga pohon tersebut penjualannya langsung menggunakan truk, akhirnya semua orang tahu, seneng, akhirnya saya kasih satu-satu untuk sama-sama menanam pohon jambu," ujarnya.
"Ketika itu juga ada orang Kalimantan beli satu truk cangkok langsung dari sini, kita juga kirim, akhirnya sampai membudaya di setiap kabupaten lain," terangnya.
Selain itu dirinya bercerita juga sempat memberikan pengalaman menanam jambu air kepada peserta perwakilan setiap desa yang diadakan oleh Dinas Pertanian. Sehingga jambu air di Demak, khususnya jambu delima dapat ditanam banyak oleh orang Demak.
"Sampai saat ini ada juga petani jambu yang benihnya kalau tidak dari sini tidak mau," ujarnya.
Baca juga: Ini Teh Jambu Merah Delima yang Dipercaya Berkhasiat Cegah Diabetes
![]() |
"Saya tidak mau setor ke pengepul saat harga turun, lebih baik saya percayakan anak muda untuk di jual di pinggir jalan. Saya bilang tidak usah pikirkan kalau tidak laku, itu bisa dirembuk. Yang penting dia belajar," terang Karmono yang juga lulusan SMA sederajat itu.
Dirinya pun membagikan sejumlah cara untuk melakukan perawatan jambu air, diantaranya setiap pohonnya idealnya berjarak 7 meter. Dirinya pun mengatakan bahwa pohon jambu yang ia miliki setidaknya dua kali panen dalam setahun atau setiap 4-5 bulan sekali.
"Kalau kurang dari itu (jarak 7 meter) berpengaruh, soalnya kalau terlalu rapat sinar tidak bisa masuk, hanya sebagian daun dan batang saja yang kena. Minimal 4-5 bulan panen, dalam satu tahun minimal dua kali, kalau teknik pemeliharaannya bagus bisa sampai tiga kali. Ini kan sudah yang kedua, dan ini sudah tumbuk karuk lagi," terang pensiunan PNS yang pernah menjadi Guru dan Kepala SD, Penilik PLS dan pengawas tersebut.
Baca juga: 7 Manfaat Jambu Air untuk Kesehatan, Tingkatkan Imun hingga Cegah Sembelit
Simak Video "Jogja Coffee Week #3, Pestanya Pencinta Kopi Nusantara"
[Gambas:Video 20detik]
(dfl/adr)