Setiap pagi Bambang atau Pak B sibuk melayani pembeli di warung sotonya. Ini sepotong kisahnya dari Gunungkidul hingga sukses buka warung soto.
Pembeli yang singgah ke warung sotonya beragam. Ada yang berprofesi sebagai polisi, tentara, perawat, pedagang, sampai mahasiswa. Mereka rela mengantre untuk satu porsi soto ayam lenthok yang khas
Soto yang ramai akan pengunjung ini bernama Soto Ayam Lenthok Pak B. Detikcom berkesempatan untuk berbincang dengan sang penjual sekaligus pemilik di warungnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
Warung soto ini beralamat di Jalan Pakel Baru Selatan, Sorosutan, Umbulharjo, Kota Yogyakarta atau sisi barat Lapangan Sidokabul.
Pak B yang dipakai sebagai brand soto ayamnya berasal dari nama Bambang. Dia adalah pemilik sekaligus pendiri usaha ini.
"Nama warung ini Pak B sebab kepanjangannya adalah Bambang. Nama saya Bambang Riyadi," buka pria kelahiran 41 tahun silam ini.
![]() |
Bambang memulai berujalan soto ayam di masa mudanya. Tepatnya di pertengahan tahun 2003. Ketika itu, dia hanya berjualan melalui gerobak keliling di tempat asalnya, Wonosari Gunungkidul.
"Dulu saya jualan keliling. Dari satu desa ke desa lain. Waktu di Gunungkidul."
Bermodal dari keyakinannya, dia berangkat ke kota Jogjakarta. Dia memulai usahanya di toko di pinggir lapangan Sidokabul. Dalam berjualan, dari awal sampai saat ini dia dibantu oleh istri dan kerabatnya.
Dia mulai berjualan di perantauan tahun 2009. Semenjak itu usahanya mulai dikenal oleh masyarakat sekitar dan makin ramai oleh pembeli. Perjalanan panjang dan melelahkan menghantarkan dia saat ini bisa dilbilang sukses di perantauan.
Dalam penuturannya ia mengaku bahwa setiap hari ada sekitar 300 porsi soto yang terjual. Hal ini terbilang sangat fantastis.
![]() |
Dalam meracik soto ayamnya, Bambang sudah melakukan terobosan yang jadi keunikannya. Racikan sotonya memadukan soun, tauge, kubis, ayam, tahu dan lenthok. Lenthok inilah yang menjadi ciri khas dari soto ayamnya. Lenthok merupakan perkedel singkong yang populer di Gunungkidul.
Untuk urusan bumbu, Pak B hanya mengandalkan rempah-rempah saja. Baik segar maupun kering.
"Kalau di bumbu sih, kita cuma kasih rempah kayak bawang (merah dan putih) sama merica," tutur Bambang.
Untuk usaha soto ini, kebutuhan soto dan sate yang tersedia merupakan buatan sendiri dan kerabat sehingga kelezatan rasanya masih terjaga.
Di usia warungnya yang berjalan 12 tahun, ia berharap situasi kembali ekonomi kembali seperti normal, sebelum pandemi Corona.
"Saya sih pengen melihat kembali pengunjung mahasiswa di sini. Karena dulunya rame banget bahkan sampe sisi lapangan karena tempat duduk di sini ngga cukup. Semoga pandemi segara berakhir," tutup dia.
(sob/odi)