Kopi asal Magelang memiliki cita rasa yang khas. Kopi yang berasal dari kawasan lereng Gunung Merbabu punya rasa dan aroma khas sayuran.
Kopi ini dikembangkan oleh petani kopi di Dusun Jerukan, Desa Jambewangi, Kecamatan Pakis, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah. Para petani yang berada di lereng Gunung Merbabu ini menanam kopi di sela-sela tanaman sayuran.
"Kopi arabika dari Pakis pantas dijual di coffee shop atau kafe. Di tempat kami, kopi ditanam tumpangsari dengan sayuran, misalnya kubis, wortel, maka cita rasa kopi kami ada khas aroma rasa sayuran," kata M Amin, Ketua Kelompok Tani Mekar Sari Dusun Jerukan kepada wartawan di sela-sela acara 'Cita Rasa Kopi Magelang' di Museum BPK Magelang, Kamis (4/3/2021).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Jenis kopi arabika yang ditanam tersebut di ketinggian 1200 sampai 1400 mdpl. Kemudian jumlah tanaman kopi mencapai sekitar 2.250 pohon. Saat sebelum pandemi, produksi kopi telah dijual sampai Jakarta.
![]() |
"Kopi kita sudah masuk kedai lokal (Magelang), sebelum pandemi Jakarta lumayan besar. Ini, kami jual green bean," tuturnya.
Bagi petani di kawasan Pakis, katanya, tanaman kopi bukan hanya mempunyai nilai ekonomi, namun juga untuk konservasi. Untuk itu, tanaman kopi kebanyakan di tanam di tepian lahan, sekalian untuk peresapan air.
"Tanaman kopi ditanam di tepian lahan sebetulnya fungsi utama bukan semata-mata ekonomi, tapi juga ada nilai konservasi, resapan air dan kesuburan tanah ada dinilai tanaman kopi itu sendiri," tuturnya.
Sementara itu Penguji Rasa Kopi, Maya Suci Arumi menambahkan, kopi Magelang secara karakteristik diolah secara benar sudah bisa bersaing dengan kopi nusantara lainnya. Untuk itu, perlunya peran semua pihak untuk mengangkat kopi Magelang ini.
![]() |
"Secara karakteristik kopi diolah dengan benar sudah bisa bersaing di kopi nusantara yang lain seperti kopi gayo, kopi Toraja dan lain-lainnya. Untuk pengenalan yang kurang, peran pengenalan kopinya kami tidak bisa sendiri. Perhatian dari pemerintah ikut suport seperti kebijakan-kebijakan yang diterapkan, mereka-mereka yang di Magelang sendiri belum memakai kopi lokal," ujar Maya.
Maya mengatakan, di Magelang sendiri banyak sekali hotel yang berpotensi untuk memasarkan atau mengenalkan kopi yang ada di Magelang.
"Padahal di Magelang sendiri banyak sekali hotel-hotel yang bisa berpotensi untuk memasarkan atau mengenalkan paling tidak kopi-kopi yang ada di Magelang," tuturnya.
Maya menuturkan, kopi arabika Pakis dan Kaliangkrik memiliki cita rasa yang khas. Untuk kopi arabika dari Pakis rasanya ada tomat, beri dan pinus, kemudian dari Kaliangkrik berbeda lagi ada rasa pinus dan kacang almond.
![]() |
"Arabika dari Pakis ada rasa tomat karena berdampingan dengan sayuran, ada beri, ada pinusnya. Kalau di Kaliangkrik juga berbeda lagi, ada pinus, ada kacang almond," ujarnya.
Dalam kesempatan yang sama, Nur Rachmat selaku roastery mengatakan, Magelang punya bahan baku kopi yang bagus, namun bahan baku tidak serta merta langsung menghasilkan kualitas kopi yang bagus. Untuk itu, diperlukan adanya sentuhan dan peran pendampingan terhadap petani kopi.
"Kita punya bahan baku yang bagus, tapi bahan baku itu tidak serta merta langsung menjadi kualitas yang bagus tanpa ada sentuhan dan pendamping dari tahu karakter dari kopi. Jadi sementara ini teman-teman, saya selaku pegiat kopi dan roaster itu melakukan pendekatan dengan bahan baku kopi Magelang," ujarnya.
Pihaknya berharap yang mengetahui tentang kopi untuk bersama-sama melakukan pendampingan terhadap petani. Hal ini mengingat potensi kopi yang dihasilkan di Magelang sangat bagus.
"Saya sangat berharap sekali dari teman-teman (pegiat kopi) yang tahu bisa mendampingi para petani untuk kopi Magelang lebih bagus karena sangat potensial sekali. Mulai dari bahan baku sudah ada, tinggal bagaimana kita cara mengolah, kita terus mendalami lagi tentang roastery. Saya selaku roaster sangat terbuka," tuturnya.
(sob/odi)