Kenikmatan menyeruput secangkir kopi di sore hari memang tak ada dua. Maka tak heran minuman ini melekat dengan penikmat senja. Namun perlu diketahui, sebelum bisa dinikmati kopi melalui proses pengolahan yang cukup panjang. Ada beberapa tahapan untuk mendapatkan biji kopi yang siap digiling menjadi serbuk siap seduh.
Biji kopi yang biasa dilihat itu merupakan hasil dari proses penjemuran, pengupasan, penggilingan, dan terakhir roasting. detikcom sempat menemui salah satu sentra pertanian kopi yang berada di Kabupaten Bandung.
Petani kopi di Kecamatan Pasirjambu, Bandung, Jawa Barat, Sopian menerangkan buah kopi dipetik saat masuk musim panen, antara bulan Maret sampai September, setiap tahunnya. Buah kopi yang berkualitas baik berwarna merah terang.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Setelah dipetik, buah kopi matang atau disebut ceri kopi dijemur di bawah sinar matahari dan dibolak balik secara berkala. Butuh waktu 2-3 hari sampai lapisan kulitnya terbuka.
"(Buah kopi yang dikupas) disebutnya gabah. Ini sudah terlihat biji, tapi (biji kopi) masih menempel di cangkangnya (sisa kulit buah)," terang Sopian.
Sopian mengulas proses penjemuran biji kopi sampai siap terlepas sempurna dari kulitnya butuh waktu tak kurang dari dua pekan. Jika dirasa sudah cukup kering barulah gabah kopi tersebut dikupas dari cangkangnya dan dibersihkan sisa-sisa kulit yang menempel. Proses ini biasa dilakukan dengan menggunakan mesin huller.
![]() |
"Lama penjemuran itu juga tergantung kualitas mesinnya. Kalau mesinnya bagus, masih agak basah pun bisa digiling gabahnya," imbuh Sopian.
Biji kopi yang sudah dikelupas itu masih bersifat mentah, meskipun sudah dijemur dalam waktu lama. Nah, untuk mematangkan biji kopi dilakukan roasting, proses yang sudah familiar di kalangan pecinta kopi. Di tahap ini kopi dipanggang untuk menghilangkan kadar airnya.
Usai diroasting, barulah kopi dapat disajikan, dengan cara digiling kasar, halus, atau ditubruk. Jenis pengolahan ini tergantung selera penikmatnya.
Sopian menambahkan selain proses pengolahannya yang panjang, budidaya kopi juga terbilang sulit. Berdasarkan pengalamannya membudidayakan kopi Java preanger dan Arabika LS 795, butuh waktu empat tahun sampai pohon kopi siap untuk di panen.
"Jadi hasil tahun pertama dan kedua itu dibuang dulu. Tahun ketiga diambil sedikit, dan tahun keempat baru bisa dipanen. Kalau tahun pertama dipanen itu nanti pohonnya nggak kuat, tahun berikutnya bisa mati. Kalau pohonnya sudah kuat bisa sampai 20 tahunan masa tanamnya," papar pria berusia 31 tahun ini.
Untuk keberlangsungan usahanya, Sopian memanfaatkan fasilitas pinjaman modal dari BRI berupa KUR. Dananya ia gunakan untuk menjalankan budidaya kopi dan sayur-sayuran di lahannya.
detikcom bersama BRI mengadakan program Jelajah UMKM ke beberapa wilayah di Indonesia yang mengulas berbagai aspek kehidupan warga dan membaca potensi di daerah. Untuk mengetahui informasi lebih lengkap, ikuti terus beritanya di detik.com/tag/jelajahumkmbri.
(prf/ega)