Purbalingga punya pusat kuliner yang dibanggakan warga lokal, Kya Kya Mayong. Ada sejarah menarik di balik terciptanya pusat kuliner ini.
Mengunjungi pusat kota Purbalingga pada malam hari dan ingin menjajal aneka kuliner, cobalah bertanya pada warga setempat. Bisa dipastikan nama Kya Kya Mayong menjadi salah satu yang direkomendasikan.
Bagi pencinta kuliner Purbalingga, popularitas tempat ini tidak diragukan lagi. Di sepanjang jalan berjejer banyak penjual makanan dan minuman yang siap mengisi perut pembeli.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Selain menu yang variatif harga yang ditawarkan pun tidak terlalu menguras kantong.
Popularitas Kya Kya Mayong bukan saja karena alasan itu, melainkan juga karena cerita berdirinya yang panjang dan menarik. Sejarah ini seolah menjadi warna tersendiri sebagai saksi tumbuh dan berkembangnya Kota Perwira.
![]() |
Menyebut kata Mayong kebanyakan kita akan bisa menebak bahwa kata itu ada kaitan erat dengan etnis Tionghoa.
Sejarawan Purbalingga Gunanto Eko Saputro membenarkan dugaan itu. Ia menceritakan sosok saudagar kaya etnis Tionghoa yang tinggal ditempat itu.
Menurutnya sang saudagar memiliki tanah puluhan hektar, mulai dari belakang Masjid Darusalam sampai kompleks GOR Mahesa Jenar Purbalingga.
"Di tempat itu ada rumah Kwee Lie Keng, dia pemilik perusahaan agribisnis bernama Gwan Lie Handel en Cultuur di buku Cultuur-Adresboek Voor Nedherlandsch-Indie tercatat berdiri pada 1915," katanya kepada detikcom di Café Pojok miliknya, Jum'at (22/1/2021).
Menurutnya usaha Lie Keng beragam mulai dari tenun, batik, teh, kopi, farmasi hingga tembakau. Tembakau yang diolahnya itu diperuntukkan bagi olahan rokok klembak menyan atau yang dikenal sebagai rokok siong.
![]() |
"Rokok produksi Lie Keng masih eksis sampa kisaran akhir periode 1950 dengan merek Kampak seri super dan Wahid," katanya.
Terkait asal usul munculnya nama Mayong, menurut Igun sapaannya, dimungkinkan berasal dari nama dari paman Kwee Lie Keng yang bernama Kwee Ma Yong.
Nama itulah yang ditengarai menjadi musabab penamaan jalan di depan rumah keluarga Kwee.
"Bisa jadi diambil dari nama pamannya Lie Keng, sebagai keluarga kaya dan berpengaruh sangat mungkin menisbatkannya sebagai jalan yang sekarang ini lebih dikenal Kya Kya Mayong," tambahnya.
Rumah keluarga Lie Keng yang diperkirakan berusia ratusan tahun saat ini masih berdiri kokoh meskipun terlihat kotor dan tak terurus.
![]() |
Bangunan itu menjadi saksi sejarah bahwa Purbalingga pernah menjadi salah satu bagian dari masa masa kejayaan tembakau di Indonesia.
Saat ini rumah itu kosong tak berpenghuni, keluarga Li Keng tidak ada yang tinggal lagi di Purbalingga.
Keluarga besarnya terpencar setelah revolusi kemerdekaan ada yang tinggal di Semarang, Jakarta dan ada juga yang tinggal di Belanda.
"Dulu rumah itu pernah juga difungsikan sebagai markas tentara Belanda. Kemudian, pernah juga digunakan sebagai gudang penyimpanan alat fogging malaria. Tapi jangan ke situ sendirian ya agak angker," pesannya.