Tumpeng merupakan makanan yang dianggap sakral dan memiliki filosofi mendalam. Mulai dari arti nama, bentuk, lauk hingga alat masaknya.
Tumpeng sudah tak asing lagi pada acara-acara selametan atau hajatan. Bahkan tumpeng sudah dijadikan sebagai tradisi, karena secara umum tumpeng merupakan simbol rasa syukur kepada Tuhan.
Tak hanya itu, setiap detail yang ada pada tumpeng pun memiliki filosofi tersendiri. Dimulai dari arti kata tumpeng yang merupakan tanda keharmonisan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Selain itu, bentuk tumpeng yang berbentuk kerucut juga sarat akan makna. Tak ketinggalan hingga ke jenis lauk dan alat memasaknya. Secara keseluruhan, tumpeng adalah suatu hubungan antara manusia dengan Tuhan dan alam.
Dalam webinar bertajuk 'Sarasehan Tumpeng' bersama Aksara Pangan dan yang bekerja sama dengan FTP, Universitas Gadjah Mada(10/12), para narasumber pun membeberkan tentang filosofi tumpeng.
Berikut 5 filosofi tumpeng, mulai dari nama hingga bentuk kerucutnya.
1. Filosofi Nama Tumpeng
![]() |
Keberadaan tumpeng sudah ada sejak masyarakat menganut kepercayaan Kapitayan. Dalam kepercayaan Kapitayan mereka percaya dengan adanya Tuhan. Nah, tumpeng dibuat dengan tujuan pemusatan kepada kekuatan ilahiah.
Menurut Chef Wira Hardiyansyah kata 'Tu' pada tumpeng dapat diartikan baik dan juga buruk. Baiknya kata 'Tu' diartikan sebagai Tuhan. Sementara buruknya, 'Tu' diartikan sebagai hantu.
Dari kata 'Tu' tersebut kemudian muncul beberapa nama seperti 'pintu' atau lainnya tempat-tempat yang dijadikan sebagai tempat meletakkan sesaji atau yang sering disebut tumpeng.
Namun secara umum, kata tumpeng berasal dari bahasa Jawa kuno. Arti tumpeng dalam bahasa tersebut adalah manusia hari bersemangat dalam menjalani hidup.
Baca Juga : 5 Fakta Tumpeng yang Sudah Ada Sejak Kepercayaan Kapitayan
2. Filosofi Bentuk Tumpeng
![]() |
Tumpeng dicirikan sebagai nasi yang dibentuk kerucut. Bentuk tumpeng itu juga sarat akan makna. Menurut Praktisi Kuliner Cindy Kartika Sari, nasi tumpeng tanpa lauk saja maknanya dalam.
"Tumpeng gak diapa-apakan saja udah jadi sebuah doa bagi masyarakat Jawa, Sunda dan lainnya," ujar Cindy Kartika Sari.
Itu karena tumpeng terbuat dari nasi, yang mana dianggap sebagai simbol Dewi Sri. Sementara itu, bentuk kerucut pada tumpeng diibaratkan seperti gunung. Mengingat orang Jawa sangat mensakralkan gunung.
Mereka percaya bahwa gunung merupakan tempat bersemayamnya para dewa dan arwah leluhur mereka. Dari bentuk seperti gunung itu, tumpeng menjadi suatu hubungan antara manusia dengan Tuhan dan Alam
3. Filosof Alat Masak Tumpeng
![]() |
Bukan hanya tumpengnya saja, alat-alat masak yang dipakai untuk membuat tumpeng juga memiliki filosofi. Seperti mandala misalnya yang terdapat tungku untuk memasak.
Tungku terbuat dari tiga susunan, yaitu batu bata, air, api dan asap yang diartikan sebagai simbol udara. Lebih lanjut, Cindy Kartika Sari mengatakan selama proses memasak tumpeng juga punya makna.
Menurutnya, perempuan yang dalam keadaan haid atau menstruasi tidak boleh memasak tumpeng. Yang boleh memasak tumpeng adalah wanita yang sudahmenopaus dan dalam keadaan bersih dan suci.
4. Filosofi Lauk-pauk pada Tumpeng
![]() |
Tumpeng selalu disajikan dengan berbagai jenis lauk-pauk. Tak hanya sekadar lauk, tetapi juga memiliki makna yang mendalam. Misalnya, lauk yang paling umum adalah telur rebus dan urap.
Telur rebus melambangkan pentingnya etos kerja dan perlunya perencanaan yang matang dalam setiap tindakan yang dilakukan. Begitu juga dengan urap yang terdiri dari berbagai jenis sayuran.
Ada kacang panjang yang melambangkan pemikiran yang jauh untuk ke depan. Ada tauge yang melambangkan proses untuk terus tumbuh. Biasanya dalam tumpeng juga ada cabai merah yang diukir berbentuk bunga.
Nah, cabai tersebut bukan hanya sebagai hiasan, tetapi melambangkan penerangan yang bermanfaat untuk orang lain. Lauk ikan teri juga tak ketinggalan. Itu dijadikan sebagai simbol kerukunan dan kebersamaan.
5. Perbedaan Tumpeng, Gunung dan Daharan
![]() |
Masyarakat sering terkecoh antara tumpeng, gunungan dan daharan. Tak sedikit yang menganggap ketiganya adalah hal yang sama. Padahal ketiganya berbeda dan memiliki makna masing-masing.
Tumpeng diartikan sebagai nasi yang dibentuk kerucut. Menurut Dosen dosen Fakultas Teknologi Pertanian UGM, Dr. Dwi Larasatie, kalau bentuknya bukan kerucut bukan tumpeng.
Sementara gunungan adalah sedekah raja untuk rakyatnya. Gunungan juga berbentuk kerucut, tetapi ukurannya jauh lebih besar dari tumpeng. Gunungan juga tidak melulu nasi.
Bisa hasil panen, seperti sayuran, padi, buah-buahan, sayuran atau rempah. Berbeda pula dengan daharan. Daharan diartikan sebagai menu nasi yang diantarkan atau disuguhkan dalam acara atau hajatan.
Simak Video "Video Siswa soal MBG Beras Dibagikan Seminggu Sekali: Cuma Cukup 2 Hari"
[Gambas:Video 20detik]
(raf/odi)