Kopi Petruk yang Tak Ada Kaitan dengan Legenda Mbah Petruk

Kopi Petruk yang Tak Ada Kaitan dengan Legenda Mbah Petruk

Achmad Syauqi - detikFood
Senin, 23 Nov 2020 14:00 WIB
Kopi Petruk yang Tak Ada Kaitan dengan Legenda Mbah Petruk
Foto: detikcom/Achmad Syauqi
Klaten -

Nama Mbah Petruk dikaitkan dengan legenda gunung Merapi. Tetapi kopi yang enak ini tak ada kaitan dengan Mbah Petruk meski berasal dari lereng Merapi.

Saat Gunung Merapi siaga erupsi, nama Mbah Petruk sering dikaitkan orang sebagai legenda penunggu gunung. Selain menjadi legenda penunggu gunung, nama tokoh Punokawan dalam pewayangan Jawa itu juga menjadi merek kopi yang diproduksi komunitas relawan Gunung Merapi di Klaten.

"Tapi kopi ini tidak ada kaitannya dengan legenda Mbah Petruk di Merapi. Ini merek kopi yang punya filosofi sendiri dan diproduksi Lintas Merapi," jelas Koordinator Radio Lintas Merapi, Sukiman Mohtar Pratomo pada detikcom di rumahnya Dusun Deles, Desa Sidorejo, Kecamatan Kemalang, Klaten, Minggu (22/11/2020) siang.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Baca Juga : Kopi Hitam Cocok Dinikmati Saat Sarapan, Ini 5 Faktanya

Kopi Petruk yang Tak Ada Kaitan dengan Legenda Mbah PetrukKopi Petruk yang Tak Ada Kaitan dengan Legenda Mbah Petruk Foto: detikcom/Achmad Syauqi

Dituturkan Sukiman, kopi yang awalnya dicetuskan relawan pegiat radio komunitas di desanya itu memang memiliki merek Kopi Petruk. Nama itu dipilih sebab sesuai dengan julukan Petruk dalam wayang.

ADVERTISEMENT

"Petruk itu kan dijuluki Petruk Kantong Bolong. Filosofinya kantong bolong, kantongnya harus bolong jadi usaha kopi ini tidak untuk kepentingan diri sendiri atau kelompok," ucap Sukiman.

Menurut Sukiman, dari hasil usaha produksi kopi sangrai itu sebagian digunakan untuk operasional radio komunitas Lintas Merapi dalam mitigasi kebencanaan, bantuan anak yatim , kegiatan radio dan lainnya. Produksi kopi Petruk itu juga didasari rasa keprihatinan lunturnya kopi Arabika kawasan puncak Gunung Merapi karena penebangan.

Kopi Petruk yang Tak Ada Kaitan dengan Legenda Mbah PetrukKopi Petruk yang Tak Ada Kaitan dengan Legenda Mbah Petruk Foto: detikcom/Achmad Syauqi

"Dulu di desa puncak Gunung Merapi ini terkenal kopinya, ada pedagang dan produsen kopi tapi tidak ada pemberdayaan sehingga dijual murah Rp 500 per kilogram, maka penebangan terus terjadi dan nyaris habis. Saat saya dan kawan-kawan bergerak pohon tinggal 10 persen," jelas Sukiman.

Dari latar belakang itu, komunitas bergerak membeli kopi petani dan dijual mentah. Namun karena dijual mentah ke pengepul tetap rugi, akhirnya komunitas mengolah kopi sendiri.

"Karena terus rugi akhirnya kita olah sendiri 2015 dengan cara manual disangrai pakai wajan atau di-roasting ke Yogyakarta tapi biaya mahal. Setelah itu kita ketemu Chiko Jericho serta dibantu alat roasting manual," papar Sukiman.

Kopi Petruk yang Tak Ada Kaitan dengan Legenda Mbah PetrukKopi Petruk yang Tak Ada Kaitan dengan Legenda Mbah Petruk Foto: detikcom/Achmad Syauqi

Berbekal alat manual itu, imbuh Sukiman, sampai saat ini produksi terus berlanjut dikelola komunitas Lintas Merapi. Bahkan mempekerjakan ibu rumah tangga di desanya dan sekitar serta mengembangkan kedai kopi.

"Arah ke depan teman - teman buat kedai kopi, relawan jangan sampai kendilnya goling (periuk terguling). Kita pengin semua nanti jadi manager kedai sendiri," sambung Sukiman.

Hasil produksi Kopi Petruk, kini sudah menyebar ke resto dan kafe di Jakarta, Yogyakarta, Surabaya, Solo dan kota lainnya. Satu tahun produksi bisa dua ton green bean (kopi kering).

Kopi Petruk yang Tak Ada Kaitan dengan Legenda Mbah PetrukKopi Petruk yang Tak Ada Kaitan dengan Legenda Mbah Petruk Foto: detikcom/Achmad Syauqi

"Setahun bisa sampai dua ton. Jakarta itu minimal satu kuintal per bulan kopi kemasan dan kita kemas ukuran 250 gram mulai kopi hitam (dark) sampai medium," pungkas Sukiman.

Riyanto, salah seorang petani kopi sekaligus relawan radio lintas Merapi mengatakan tahun 2014 kopi sudah hampir punah sebab ditebangi karena harga murah. Kini, petani sudah menanam dan beli bibit sendiri.

"Dulu dibantu benih untuk tanam saja sudah tidak minat karena harga murah. Kini sudah pada beli benih sendiri," tutup Riyanto.

Baca Juga : Rutin Minum 2 Cangkir Kopi Hitam Sehari Bikin Panjang Umur




(raf/odi)

Hide Ads