Demi Kuliah Mahasiswa Ini Jualan Dawet Pikul Jalan Kaki Puluhan Kilometer

Demi Kuliah Mahasiswa Ini Jualan Dawet Pikul Jalan Kaki Puluhan Kilometer

Uje Hartono 
 - detikFood
Kamis, 22 Okt 2020 17:30 WIB
Demi Kuliah Mahasiswa Ini Jualan Dawet Pikul Jalan Kaki Puluhan Kilometer
Foto: Uje Hartono / detikcom
Banjarnegara -

Demi kuliah dan biaya pendidikan adik-adiknya, pemuda ini rela berjalan puluhan kilometer untuk berjualan dawet pikul tiap hari.

Syarif Nur Rohman (23) pemuda asal Desa Tribuana, Kecamatan Punggelan, Banjarnegara, Jawa Tengah ini tercatat sebagai mahasiswa semester 5 jurusan PGMI di Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiah (STIT) Tunas Bangsa Banjarnegara. Di sela-sela waktu kuliah, ia selalu menyisihkan waktu untuk jualan dawet dari desa satu ke desa lainnya.

Tidak memakai sepeda motor atau mobil, Syarif harus berjalan kaki sambil memikul dua keranjang berisi es dawet. Upaya ini terpaksa dilakukan agar ia tetap bisa melanjutkan pendidikan di perguruan tinggi dan bisa membantu biaya pendidikan kedua adiknya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Anak ketiga dari 5 bersaudara ini tinggal bersama ibu dan dua adiknya. Karena ayahnya sudah meninggal dunia 2 tahun lalu. Sedangkan kedua kakaknya bekerja di luar kota.

Demi Kuliah Mahasiswa Ini Jualan Dawet Pikul Jalan Kaki Puluhan KilometerDemi Kuliah Mahasiswa Ini Jualan Dawet Pikul Jalan Kaki Puluhan Kilometer Foto: Uje Hartono / detikcom

Baca Juga : Salut! 5 Mahasiswa Ini Sukses Jualan Makanan Beromzet Ratusan Juta

ADVERTISEMENT

"Saya anak tengah, punya dua kakak dan dua adik. Kalau adik saya dua-duanya masih SD. Sedangkan kakak saya semuanya merantau ke Jakarta. Jadi sekarang saya di rumah bersama ibu dan adik-adik saya," tuturnya saat ditemui di rumahnya, Kamis (22/10/2020).

Setiap harinya, dawet yang terjual tidak menentu. Namun, rata-rata ia bisa menjual sampai 40 cup. Satu cup atau plastik dijual seharga Rp 2.000.

"Kalau hasil setiap harinya tidak pasti. Tetapi kalau dirata-rata sekitar 40 cup. Jadi sekitar Rp 80 ribu kotor. Uangnya semua saya kasihkan ke ibu," ujarnya.

Wakil ketua BEM di STIT Tunas Bangsa Banjarnegara ini sudah mulai jualan dawet sejak 2012 lalu. Ia mengaku tidak pernah malu meski harus keliling jualan dawet. Menurutnya, pendidikannya dan kedua adiknya harus diutamakan.

Demi Kuliah Mahasiswa Ini Jualan Dawet Pikul Jalan Kaki Puluhan KilometerDemi Kuliah Mahasiswa Ini Jualan Dawet Pikul Jalan Kaki Puluhan Kilometer Foto: Uje Hartono / detikcom

"Kalau ditanya malu, tidak pernah malu. Yang penting bisa bekerja halal dan tidak merugikan orang lain," ucapnya.

Tidak hanya jualan dawet pikul keliling, Syarif juga mengajar di MI Cokroaminoto 2 Tribuana untuk membantu kebutuhan keluarganya. Sayangnya, sebagai guru honorer upah yang ia dapat pun tidak seberapa. Guru yang mengampu kelas 3 di MI tersebut dibayar Rp 100 ribu setiap bulannya.

"Kalau sebagai guru, gajinya Rp 100 ribu setiap bulan. Tetapi saya juga bekerja sebagai TU di MI itu. Kalau sebagai TU bayarannya Rp 200 ribu. jadi setiap bulannya dapat Rp 300 ribu," sebutnya.

Baca Juga : Jualan Es Teh Saat Pandemi, Mahasiswi Ini Raup Rp 21 Juta Tiap Bulan




(raf/odi)

Hide Ads