Jajanan lentho yang gurih pedas jadi favorit masyarakat Jawa. Kini ada lentho demit yang bisa dinikmati malam hari saja.
Lentho merupakan jajanan yang terbuat dari adonan singkong, parutan kelapa dan kacang tolo atau kacang beras. Dibentuk bulat lonjong seperti combro dan digoreng hingga garing. Rasanya gurih asin dan paling pas dinikmati saat masih hangat.
Umumnya lentho dijual oleh penjaja gorengan, atau penjual pecel dan soto. Sebagai lauk gorengan atau camilan teman makan pecel dan soto. Karena terbuat dari singkong harganya relatiif murah. Lentho yang satu ini disebut lentho demit karena dijual hanya pada malam hari saja.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
Baca Juga : Klethuk, Koya hingga Mendol, Ini 5 Pelengkap Soto yang Enak
Selain itu lentho ditambahkan cabe hingga pedas nendang rasanya. Ada perpaduan rasa dari bumbu bawang putih, ketumbar, daun jeruk dan kencur membuat lentho berhasil menggoyang lidah. Saat digigit terasa paduan renyah kacang tolo dan empuknya singkong.
Penjual lentho, Katiyem (70) sengaja menamakan lentho demit karena dirinya berjualan sejak Isya (jam 8 malam) sampai dini hari sekitar pukul 02.00 WIB.
"Saya hanya buka malam hari sampai dini hari," tutur warga Jalan Kawung ini kepada detikcom, Sabtu (3/10/2020).
![]() |
Katiyem menjelaskan awal berjualan tahun 1974 dengan menjual roti lapis dan wingko babat. Namun karena banyak saingan, usaha Katiyem hanya berjalan satu tahun.
Tak pikir panjang, Katiyem pun memilih berjualan lentho. Dipilihnya lentho karena tidak ada saingan. Selain itu, dia juga memilih berjualan di malam hari juga untuk mengurangi saingan. Apalagi pencari jajanan malam hari juga banyak.
"Biasanya kan yang jualan lentho itu pagi sampai sore, saya pilih malam. Biasanya orang kan juga perlu camilan malam," ujar Katiyem.
Selain karena waktu malam, julukan lentho demit sengaja disematkan para pembeli. Sebab, di dalam adonan lentho buatan Katiyem terdapat cabai rawit utuh. Jebakan pedas rawit ini yang bikin pembeli ketagihan karena langsung melek kepedasan.
![]() |
"Lenthonya biar berasa pedas, jadi saya kasih cabai," papar Katiyem.
Dalam sehari, biasanya Katiyem menghabiskan 25 kilogram singkong, 20 kilogram kacang tolo, 2 kilogram tepung gaplek, 9 kilogram tepung. Harga lenthonya Rp 1.000 per buah. Selain lentho bu Katiyem juga menjual beragam gorengan lainnya.
"Sehari-hari bisa menjual hingga 1.000 biji lentho. Kalau jam 1 malam ndak habis gitu saya setorkan ke pasar," jelas Katiyem.
Dalam semalam biasanya Katiyem mengantongi Rp 1 juta dari hasil penjualannya. Kemudian keuntungan yang didapat diputar kembali untuk membeli bahan.
![]() |
Selesai berjualan pukul 02.00 WIB, Katiyem istirahat 2 jam kemudian pukul 04.00 WIB, Katiyem ke pasar untuk beli bahan - bahan lentho dan menjual lentho buatannya kepada para pedagang.
Setelah berbelanja, Katiyem baru bisa beristirahat di rumah. Baru selepas maghrib, dia dibantu anaknya membuat adonan lentho.
"Kalau goreng, saya goreng sendiri karena pakai kayu bakar," imbuh Katiyem.
Baca Juga : Mendoan dan Terik Tempe, Lauk Berbumbu Tradisional yang Sedap (1)
(raf/odi)