8 Langkah Jitu Bisnis Kuliner dari Pakar Brand, Penting Bagi Pemula!

Bisnis Kuliner Online

8 Langkah Jitu Bisnis Kuliner dari Pakar Brand, Penting Bagi Pemula!

Andi Annisa Dwi Rahmawati - detikFood
Selasa, 30 Jun 2020 16:30 WIB
Bisnis kuliner online
Foto: Getty Images/wundervisuals
Jakarta -

Tips bisnis kuliner ini penting disimak para pemula. Brand activist, Arto Biantoro membagikan 8 tips utama dalam memulai bisnis kuliner online.

Bisnis kuliner online merajalela di tengah pandemi COVID-19. Banyak orang putuskan menjual makanan via WhatsApp (WA) hingga Instagram untuk mendapat penghasilan. Namun dalam menjalankan bisnis ini, ada 8 langkah yang perlu dijalankan agar sukses ke depannya.

Pakar brand sekaligus brand activist, Arto Biantoro mengungkap semuanya pada detikFood (29/6). Mulai dari mendaftar potensi produk makanan yang akan dijual hingga membuat model bisnis yang tepat. Seperti ini penjelasannya:

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Arto BiantoroArto Biantoro Foto: dok. detikFood

1. Daftar potensi
Langkah pertama adalah mendaftar atau mengkurasi jenis makanan apa saja yang bisa kita buat dan layak untuk dijual. "Karena bisa jadi dalam satu keluarga atau internal, ada yang bisa masak rendang, gudeg, dan lain-lain. Ide-ide ini dikumpulkan lebih dulu supaya kita juga nggak gado-gado semua dibikin, tapi fokus kepada masakan apa yang paling kita kuasai," kata pemilik Instagram artobiantoro ini.

2. Tes makanan
"Setelah mengkurasi, yang paling simpel dan sering kita lupa adalah kita harus tes food dulu, tes pasar. Kirim ke orang-orang terdekat, ke teman-teman. Minta masukan kira-kira apa yang harus dilakukan, apakah keasinan, kemanisan, dan apakah ukurannya sudah sesuai atau belum. Itu penting sekali karena sering kali pasar memilih karena kita memang memahami kebutuhan mereka," kata putra mendiang Kris Biantoro ini.

ADVERTISEMENT

3. Bikin rencana bisnis
Arto menjelaskan langkah selanjutnya adalah membuat rencana bisnis atau business plan. Ia menjelaskan,"Buat business planning. Sederhana aja sih, misalnya berapa omzet yang ingin didapat sebulan, berarti harus jual berapa banyak paket. Dan kemudian berapa harga modalnya. Karena kadang-kadang bikin 10 kg daging sama 20 kg daging pasti akan berbeda harga jualnya. Dan ini penting sekali kadang-kadang kita langsung bikin, langsung jual, tapi kita lupa mempertimbangkan misalnya biaya transportasi, biaya gas, bahkan kadang-kadang biaya merisetpun kita harus berani memasukkan ke dalam komponen biaya. Sehingga pada akhirnya kita bisa menghitung berapa nilai jual produk tersebut di pasar."

4. Daftar pembeli
Setelah membuat rencana bisnis, pastikan bikin daftar pembeli potensial produk kita. "Yang selalu saya sebut adalah circle of life, lingkaran-lingkaran dalam kehidupan kita yang berhubungan dengan diri kita. Misalnya lingkaran pertama, keluarga bisa saudara, bisa keluarga inti, adik ipar, kakak ipar, dan lain-lain. Lingkaran kedua adalah lingkaran teman-teman, teman SD, SMP, SMA, kuliah. Lingkaran ketiga adalah lingkaran hobi atau komunitas. Lingkaran keempat adalah kantor atau pekerjaan sebagai profesional kita punya teman-teman. Terakhir baru, masyarakat luas yang jadi lingkaran di luar dari siapa yang kita kenal," katanya.

Arto melanjutkan, "Circle of life ini sebenarnya ada di dalam handphone kita. Yang harus kita lakukan adalah mendata, dari semua contact nomor telepon kita, mana yang kemudian potensi menjadi pasar kita. Jadi kalau kita punya 1.000 nomor telepon, kita ambil target 10 persen, berarti ada potensi 100 orang yang mungkin mau membeli produk kita. Jadi jangan langsung mulai jualan di Instagram sebenarnya, tapi mulai dari database sendiri. Ini yang disebut captive market, yaitu pasar yang kita kenal dalam circle of life. Mulai dari sana!"

5. Identitas

Identitas brand produk makanan Foto: iStock

Setelah 4 langkah di atas telah dilakukan, baru pikirkan identitas produk. CEO GambaranBrand mengatakan, "Ini lucu-lucunya nih, bikin nama, kemasan, dan stiker. Inget, kemasan dan stiker juga harus masuk dalam biaya perencanaan tadi. Jangan sampai kemasan yang kita beli nggak masuk dalam biaya. Di fase ini kita akan belajar soal identity, namanya apa yang mudah disebut? Jangan lupa identity itu didaftarkan di beberapa platform sosial, Instagram, Facebook, website kalau perlu. Sehingga kita tahu nama itu sudah dipakai atau belum."

Menurut Arto, identitas penting karena nanti memudahkan konsumen dalam mengidentifikasi produk. "Termasuk di dalamnya ukuran dan kemasan. Nah ini fase yang harus kita kuasai agar nilai brand kita menjadi menarik. Karena kalau produknya sudah oke, tapi dikemas dengan cara yang tidak menarik, maka dia akan menjatuhkan kedua-duanya. Tapi kalau kemasannya bagus, lucu, dan produknya juga punya personal values, maka nilai jual produk kita bisa jauh lebih tinggi," tambahnya.

6. Pemasaran dan komunikasi
"Baru kita menghabiskan waktu untuk memasarkan produk tadi, misalnya rendang. Kita foto yang bagus, cari angle yang menarik, bisa pakai HP atau fotografer lalu itu dikemas ke dalam sebuah materi promosi, materi komunikasi. Kita sudah tahu nanti kita akan taruh di Instagram, akan kita kirim lewat WhatsApp grup. Ini menjadi penting karena nanti tampilan yang ada di brosur dengan harga atau mungkin proses pengiriman dan lain-lain, menjadi menarik karena sudah ada gambar dan informasinya," jelas Arto.

Ia menambahkan, "Jangan lupa dipikirkan komunikasinya mau ke mana, apakah mungkin mau lewat WA grup dikirim ke circle of life tadi, atau pelan-pelan bisa kita pasarkan ke media sosial lain seperti Instagram, FB, atau bahkan Twitter."

7. Promosi
Arto mengatakan promosi penting ketika pelaku bisnis kuliner online menyentuh circle of life. "Kita harus berani mengeluarkan biaya. Di Instagram, misalnya, paling murah Rp 15 ribu kita sudah me-reach beberapa target pasar di area yang kita mau. Nah, biaya promosi harus menjadi bagian dalam komponen biaya keseluruhan. Jadi kalau tadi targetnya Rp 1 juta per bulan omzetnya, maka ambil 5 persennya sebagai biaya promosi. Berarti sekitar Rp 50.000. Jadi kita punya ruang sebesar Rp 50.000 untuk mempromosikan produk atau brand kita di platform yang menyediakan jasa layanan promosi," ujar Arto.

8. Model bisnis

Pizza Delivery. Courier Giving Woman Boxes With Food Outdoors. Client Receiving Order. High ResolutionModel bisnis kuliner online perlu dipikirkan. Foto: iStock


Langkah terakhir jika ingin menjalankan bisnis kuliner adalah membuat model bisnis. Pria ramah ini mengatakan, "Kalau kita sudah kehabisan database dari nomor telepon kita, dari contact kita, kita tetap perlu mencari potensi pasar yang lebih luas. Nah ini kita bisa lakukan dengan membuat business model kreatif. Contohnya model re-seller atau dropshipper. Kita contact teman kita di daerah lain, lalu kita tawarin kerja sama. Ketika mereka membantu menjual produk kita, mereka akan dapat komisi 5-10 persen, bahkan ada yang sampai 20 persen."

Terakhir, Arto berpesan, "Ini cara kita untuk memperbesar cara kita berjualan dengan membangun model-model bisnis. Tapi sebelum kita sampai ke model bisnis, pastikan kita juga menguasai semua-semua yang tadi saya sudah bahas. Jangan sampai buru-buru kita langsung re-seller karena kita perlu tes produk kita, pasar kita, respon kita seperti apa baru kita berani berjualan dengan reseller."

Halaman 2 dari 3
(adr/odi)

Hide Ads