Dengan dilakukannya ekspor perdana tersebut, maka semakin bertambah jenis hasil pertanian Sumut yang merambah pasar ekspor. Kementerian Pertanian lewat Badan Karantina Pertanian (Barantan) pun memberikan apresiasi kepada petani dan eksportir di wilayah Sumut.
"Kita patut apresiasi prestasi yang demikian. Kita bantu dari sisi informasi dan pemenuhan phytosanitary nya," ungkap Kepala Barantan.
![]() |
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ali Jamil mengungkapkan, sebelumnya, berbagai daerah telah melakukan ekspor salak ke mancanegara. Seperti petani salak asal Yogyakarta, Denpasar dan Semarang. "Sekarang giliran petani di Kabupaten Deliserdang yang mempu membawa buah bernama latin Salacca edulis ke pasar luar negeri," terangnya.
Untuk memastikan buah yang diekspor merupakan kualitas yang baik, target pemeriksa karantina pada buah salak salah satunya adalah terhadap lalat buah ( Bactrocera spp_). Jenis hama lalat buah yang menjadi perhatian utama untuk negara Thailand, sebagai negara tujuan ekspor perdana kali ini.
Pemeriksaan dilakukan oleh petugas di laboratorium yang telah terakreditasi secara internasional. "Selaku otoritas karantina, Barantan menjadi penjaminnya," jelasnya.
![]() |
Selain itu, juga ada layanan pemeriksaan ekspor yang dilakukan dengan sistem jemput bola. Pemeriksaan di tempat pemilik, rumah kemas yang tujuannya agar meningkatkan efektifitas dan mempercepat arus barang saat di bandara atau pelabuhan.
"Jika diperlukan, petugas karantina juga dapat memberi pelatihan bagi petani maupun rumah kemas agar produknya terhindar dari organisme pengganggu tumbuhan karantina (OPTK) sesuai yang dipersyaratkan negara tujuan. Sehingga mengurangi rejectsaat penyortiran," terangnya.
"Untuk budidaya dan penerapan 'good farming practice', kita juga bekerjasama dengan instansi terkait di daerah. Supaya kita dorong bersama, kita kibarkan merah putih di berbagai negara," tandas Ali Jamil.
Direktur CV Sinar Ponti sebagai petani sekaligus eksportir Dedi Juliardi mengaku senang atas dukungan dari Kementan. Harga pasar ekspor bisa jauh lebih tinggi dibandingkan harga lokal. "Dari informasi harga ekspor bisa mencapai Rp. 68.000,- per kg sedangkan pasar lokal sekitar Rp. 20.00p,- per kg," ujarnya.
![]() |
Sementara itu, Bupati Deliserdang Ashari Tambunan mengucapkan terimakasih kepada Menteri Pertanian dan semua pihak yang ikut membantu.
"Atas nama masyarakat petani dan penggiat ekspor, saya menyampaikan penghargaan dan terimakasih yang sebesarnya kepada Bapak Menteri Pertanian kepada Kepala Badan Karantina Pertanian, Kepala Balai Karantina Pertanian yang telah banyak memberikan bantuan, dorongan motivasi kepada masyarakat Deliserdang khususnya pada para penggiat ekspor. Sehingga kegiatan ini bisa dilaksanakan," tandasnya.
Dari data Kementerian Pertanian, ekspor buah salak terus meningkat. Pada tahun 2017 tercatat hanya mencapai 965 ton, sedangkan pada 2018 ekspornya mencapai 1.200 ton atau senilai Rp. 19,7 miliyar. Dengan tujuan ekspor ke lebih dari 30 negara mitra dagang, seperti China, New Zealand, Saudi Arabia, Singapura dan Belanda.
Selain melepas 400 kg salak ke Thailand, juga dilakukan pelepasan berbagai komoditas ekspor dari Medan. Diantaranya, bambu; rempah-rempah; kopi; bunga potong; daun jambu dan sirsak, ubi jalar; getah pinus; sarang burung walet dan gigi taring babi ke berbagai negara.
Negara tujuan ekspor itu seperti Jepang, Jerman, Korea Utara, Australia, Kamboja, Vietnam, Hongkong, UK, USA, China dan Rusia dengan total nilai Rp. 131,3 miliar.
(dvs/odi)