Berawal dari fenomena kerusakan alam yang terjadi di Jawa Barat, membuat Ilham Abdurrahman, seorang petani kopi muda menerapkan kopi konservasi. Kopi konservasi adalah budidaya kopi dengan mengutamakan pelestarian atau perlindungan kawasan yang diterapkan oleh petani.
"Kita menemukan konsep kopi konservasi atau lebih spesifik di kebun ada agroforest. Nah, agroforest ini menanam kopi di sela-sela tumbuhan hutan. Jadi kita membuat kebun kopi yang direkayasa seperti hutan," ujar Ilham kepada detikFood (3/8).
![]() |
Lebih lanjut petani muda ini menjelaskan bahwa bukan kebun kopi yang ditanam di hutan, melainkan pepohonan hutan yang ditanam di kebun kopi. Menurutnya, 1 hektar kebun kopi harus diisi dengan pohon-pohon pelindung.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Hal itu disampaikan oleh Ilham dalam acara coffee pairing dan coffee cupping yang diadakan di Javara Culture, Kemang, Jakarta Selatan (3/8). Dalam acara tersebut, Ilham dan teman-temannya yang tergabung dalam komunitas kopi konservasi juga memperkenalkan beragam jenis kopi dari seluruh daerah di Indonesia.
![]() |
Baca Juga : Asyiknya Keliling Kebun Kopi dan Ngopi Nikmat di Kampoeng Kopi Banaran
Ada kopi Gayo Berijin dari Aceh, Bedhaya dari Pacet & Latimojong, Buntu Lenta dari Sulawesi Selatan, Telagawangi dari Garut, Tiba Teing dari Flores dan masih banyak lagi.
Menurut Ilham, keberagaman rasa yang dihasilkan kopi tersebut bisa terjadi karena adanya pohon-pohon pelindung yang ditanam di kebun kopi. Karena itu rasanya lebih kompleks dan beragam tergantung jenis pohon pelindung apa yang ditanam.
"Itu bisa berpengaruh pada rasa. Selain itu yang mempengaruhi rasa kopi tergantung pada jenis kopi itu sendiri, lingkungan dan karakteristik masyarakat lokal di sana," jelas Ilham.
![]() |
Biasanya jenis kopi dari Jawa Barat rasanya lebih fruity, kopi Sumatera lebih terasa strong, kopi Sulawesi memiliki rasa yang seimbang dan kopi Flores memiliki rasa rempah dan cokelat yang kuat.
Sejauh ini konsep kopi konservasi baru secara besar-besaran diterapkan oleh Ilham dan teman-temannya di daerah asal mereka, yaitu di Jawa Barat. Namun, mereka juga telah melakukan penerapan di daerah Sulawesi dan Bali.
![]() |
Pelestarian lingkungan tidak berhenti sampai menanam kopi konservasi saja, tetapi juga berlanjut pada limbah kopi yang dihasilkan, yaitu pembuatan pupuk organik dari kulit cherry kopi.
"Kulit cherry bisa jadi pupuk terbaik dicampur dengan kotoran kambing dan tanah," pungkas Ilham.
Baca Juga : Nikmat! Begini Karakter Kopi Tabodo yang Dicicip Jokowi Saat di Humbang Hasundutan
(raf/odi)