Kopi Gunung Kelir hingga Merapi Dipamerkan di Festival Kopi KKN

Kopi Gunung Kelir hingga Merapi Dipamerkan di Festival Kopi KKN

Bagus Kurniawan - detikFood
Senin, 18 Feb 2019 12:35 WIB
Foto: dok. detikFood/Bagus Kurniawan
Yogyakarta - Sejumlah petani di Provinsi Jawa Tengah dan DIY mulai membudidayakan tanaman kopi secara organik. Kopi jenis Arabika dan Robusta banyak dikembangkan oleh para petani secara organik.

Hal itu terlihat saat festival Kopi di Wisdom Park, kawasan Kampus Universitas Gadjah Mada (UGM) yang digelar Komunitas Kagama Ngopi (KKN), Sabtu (16/2/2019). Berbagai kopi dari Yogyakarta, Jawa Tengah, Jawa Timur dan berbagai daerah di Indonesia lainnya dipajang di tempat itu.
Kopi Gunung Kelir hingga Merapi Dipamerkan di Festival Kopi KKNFoto: dok. detikFood/Bagus Kurniawan
Ada kopi Merapi dari kawasan Cangkringan dan Pakem Sleman. Ada kopi dari Banjarnegara, Magelang, Temanggung terutama di lereng Gunung Sindoro, kopi dari Gunung Kelir, Bedono Kabupaten Semarang, kopi dari Jawa Timur seperti kopi dari daerah Gunung Ijen dan lain-lain.

Baca Juga: Gaya Memasak Ayam Goreng Khas Jogja Dilestarikan oleh Mbok Sabar

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ada kopi yang masih dalam bentuk bijian. Namun ada pula yang sudah digiling halus dengan berbagai ukuran kemasan. Ada kemasan 100 gram, 250 gram hingga 500 gram. Pengunjung pun bisa langsung menikmati berbagai varian kopi secara gratis yang disediakan peserta.
Kopi Gunung Kelir hingga Merapi Dipamerkan di Festival Kopi KKNFoto: dok. detikFood/Bagus Kurniawan
Pengunjung juga bisa belajar berbagai hal terutama budidaya kopi sejak pemeliharaan, pasca panen, pemasaran hingga demo pengolahan kopi. Acaradialog atau bincang-bincang soal kopi. juga berlangsung seru

Turno salah satu petani kopi organik dari Pagentan Kabupaten Banjarnegara mengungkapkan dirinya bersama kelompoknya sudah mengembangkan tanaman kopi secara oragnik sejak 3 tahun lalu. Saat ini para petani sudah bisa merasakan hasilnya mulai panen hingga pemasaran.

"Sudah 3 tahun kami didampingi oleh UGM untuk mengembangkannya. Pada awalnya kami tidak percaya begitu saja, tapi saat ini sudah ada hasilnya dan terbukti baik," ungkap Turno.

Menurutnya beberapa petani di Banjarnegara selain di Pagentan seperti di Kali Bening, Wanayasa juga mulai ikut mengembangkan secara organik.

"Untuk bibit juga kami pilih sesuai kondisi tanahnya dan terus mendapatkan pendampingan," katanya.

Sementara itu Didit S, Munandar dari Stand Blendspot Coffee mengungkapkan mengenai perbedaan kopi Arabica dan Robusta.
Kopi Gunung Kelir hingga Merapi Dipamerkan di Festival Kopi KKNFoto: dok. detikFood/Bagus Kurniawan
"Dari rasa, Arabica rasanya lebih unik, kalo Robusta rasanya lebih pait atau tebel," kata Didit.

Selanjutnya Didit menjelaskan tentang berbagai proses pengolahan kopi tersebut di antaranya Natural, Honey, Semi Washed, Full Washed.

Selain berbagi pengetahuan acara ini juga mempertemukan para pecinta kopi, petani dan berbagai komunitas lainnya. Para pengunjung juga bisa mendapat 1 cup kopi siap minum yang disiapkan peserta festival.

"Kesannya ya seneng dapat kopi gratis," ujar Nuri, salah seorang pengunjung dari alumni UGM jurusan Biologi.

Baca Juga: Renyah Gurih Pecel Krokot Khas Umbul Brintik Klaten (sob/odi)

Hide Ads