Gurih Enak! Undur-undur Laut Asam Manis dari Gunungkidul

Gurih Enak! Undur-undur Laut Asam Manis dari Gunungkidul

Pradito Rida Pertana - detikFood
Jumat, 15 Feb 2019 18:00 WIB
Foto: dokdetikFood/Pradito Rida Pertana
Gunungkidul - Selain terkenal akan wisata pantainya, Kabupaten Gunungkidul punya beragam olahan seafood yang enak. Salah satunya undur-undur laut yang hanya bisa ditemui pada bulan-bulan tertentu.

Salah satunya di warung milik Drini Indah, Suyanto. Ia menyatakan telah menjual olahan undur-undur laut di warungnya sejak tahun 2012. Menurutnya, ia memilih undur-undur laut sebagai salah satu menu yang dijual di warung makannya karena rasanya yang mirip dengan kepiting. Terlebih, olahan tersebut hanya dijual Suyanto pada bulan-bulan tertentu saja.

Gurih Enak! Undur-undur Laut Asam Manis dari GunungkidulFoto: dokdetikFood/Pradito Rida Pertana
"Undur-undur laut itu musiman, biasanya ada pas bulan Januari sampai Maret, dan muncul lagi pada bulan Juli dan Agustus. Untuk bentuknya, undur-undur laut itu kalau dilihat sekilas seperti kepiting," ujarnya kepada detikcom, Jumat (15/2/2019).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Perlu diketahui, undur-undur laut, ketam pasir atau juga yutuk adalah sebangsa krustasea mirip ketam yang tergolong dalam superfamilia hippoidea. Hewan beruas-ruas yang hidup di pasir pantai pada garis air laut ini dalam bahasa Inggris dikenal sebagai sand crab, mole crab atau sand flea.

Lanjut Suyanto, untuk mendapatkan undur-undur laut tersebut ia harus memesan kepada nelayan. Mengingat undur-undur laut yang berukuran besar hanya hidup di tengah laut, terlebih untuk mendapatkannya cukup sulit.

Gurih Enak! Undur-undur Laut Asam Manis dari GunungkidulUndur-undur laut mentah yang akan dimasak menjadi olahan undur-undur laut asam manis. Foto: dokdetikFood/Pradito Rida Pertana

"Biasanya yang nangkap (undur-undur laut) pakai jaring dan di tengah laut. Karena undur-undur laut itu hidupnya di antara karang dan lumpur," ucapnya.

Pria yang juga anggota SAR ini menyebutkan bahwa undur-undur laut yang didapatkan biasanya diolah dalam berbagai menu di warung makan miliknya. Menurut Suyanto, untuk mengolah undur-undur laut sendiri terbilang mudah.

"Sebetulnya untuk memasak undur-undur laut itu sama seperti memasak kepiting dan lobster. Jadi pertama itu undur-undur laut dicuci bersih lalu direbus, setelah itu dipecah jadi dua dan dimasak. Dipecah itu biar bumbunya bisa meresap ke dalam daging undur-undur (laut)," katanya.

Gurih Enak! Undur-undur Laut Asam Manis dari GunungkidulFoto: Beberapa pembeli saat menyantap olahan undur-undur laut di Pantai Drini.dokdetikFood/Pradito Rida Pertana

"Kalau di warung (makan) saya biasanya dimasak asam manis, asam pedas, saus padang, digoreng dan direbus. Untuk yang paling diminati pengunjung itu undur-undur laut asam manis," imbuhnya.

Disinggung mengenai rasa olahan undur-undur laut, Suyanto menyebut rasanya mirip dengan olahan kepiting atau lobster. Namun, ia menilai ada perbedaan pada tekstur daging undur-undur laut dibanding kepiting dan lobster.

"Rasanya undur-undur laut itu seperti kepiting. Kalau dari segi daging memang lebih sedikit dibanding kepiting, tapi dagingnya (undur-undur laut) lebih kenyal. Selain itu di bagian cangkang ada lemak yang berwarnya kuning, dan itu (lemak undur-undur laut) enak banget rasanya," ujar Suyanto.

Lebih lanjut, kebanyakan pembeli olahan undur-undur laut adalah wisatawan luar daerah, namun ada juga pembeli yang berasal dari Kabupaten Gunungkidul. Mengenai harga, untuk satu kilogram olahan undur-undur laut Suyanto mematok harga Rp 100 ribu. Di mana satu kilogram berisi 1 hingga 3 undur-undur laut.

Gurih Enak! Undur-undur Laut Asam Manis dari GunungkidulFoto: dokdetikFood/Pradito Rida Pertana

"Pembeli kebanyakan makandi tempat, tapi ada juga yang dibawa pulang untuk oleh-oleh," ucapnya.

Kendati olahan undur-undur laut di warung makannya banyak diminati, Suyanto mengakui akhir-akhir ini sulit mendapatkan undur-undur laut.

"Dulu itu seminggu bisa habis 15-20 kilogram undur-undur laut, sekarang dalam seminggu hanya bisa habis 6-7 kilogram saja," ujarnya.

Salah seorang pembeli, Anjar Aditya menuturkan, bahwa rasa dari undur-undur laut asam manis yang disantapnya sekilas sama dengan olahan kepiting. Namun, ia menilai daging undur-undur laut lebih gurih.

"Untuk rasa hampir sama dengan kepiting, tapi lebih kenyal dan dicampur lemak pada cangkangnya itu jadi semakin gurih," ucapnya.

Menyantap undur-undur laut asam manis bukan kali pertamanya. Mengingat satu bulan sekali ia sengaja datang ke Pantai Drini untuk menyantap olahan tersebut.

"Ya dulu nggak percaya saja kalau undur-undur laut bisa dimakan, dan setelah nyoba terus rasanya enak jadi ketagihan sampai sekarang," pungkasnya. (dwa/odi)

Hide Ads