Kopi Mbajing dengan Citarasa Unik dari Perbukitan Menoreh

Ayo Minum Kopi Indonesia

Kopi Mbajing dengan Citarasa Unik dari Perbukitan Menoreh

Ristu Hanafi - detikFood
Senin, 01 Okt 2018 09:15 WIB
Foto: dok. detikFood
Kulon Progo - Kopi dari Menoreh ditanam sejak masa kolonial. Masing-masing area punya kopi dengan karakter berbeda hingga 20 jenis dari 20 dusun.

Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) juga memiliki komoditas kopi yang cukup unik. Ada sejak zaman kolonial kopi yang ditanam di perbukitan Menoreh, Kecamatan Samigaluh memiliki rasa khas.

Salah satu pengolah kopi Menoreh, Heri Susanto (45) mengatakan kopi Menoreh memiliki rasa khas karena ditanam di perkebunan bersistem tumpang sari. Ditanam pada satu lahan dengan tanaman lainnya.
Kopi Mbajing dengan Citarasa Unik dari Perbukitan MenorehFoto: dok. detikFood
Baca juga : Di Jacoweek Bisa Belanja Biji dan Cicipi Kopi Lokal Premium

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Tumpang sari dengan tanaman cengkeh, nangka, cokelat. Ada yang bilang kok rasanya kopi sedikit sengir-sengir, itu karena ditanam bersebelahan dengan cengkeh. Sama dengan yang ditanam jadi satu dengan cokelat, agak manis, jadi rasa kopinya sedikit bercampur dengan tanaman lain," jelas Heri, Minggu (30/9/2018).

Heri sendiri bukan petani kopi. Dia hanya menampung kopi-kopi hasil panen petani untuk diolah dan dipasarkan dengan cara online maupun diseduh langsung di kedai kopinya.

Saat ini pria asal Desa Pagerharjo, Samigaluh itu memiliki brand untuk kopi yang dia olah bersama sejumlah temannya itu.

"Saya kasih brand Kopi Mbajing, dengan 20 varian kopi jenis robusta dari 20 dusun. Jadi tiap varian saya namai nama-nama dusun tempat petani menanam kopinya. Karena 20 dusun itu ada lahan kopi dan rasanya masing-masing cukup berbeda," ujarnya.

Dukuh Nglinggo, Desa Pagerharjo, Teguh Kumoro (50) menyebutkan wilayah perbukitan Menoreh salah satunya memang identik dengan kebun kopi. Berada di ketinggian 900-1.000 meter di atas permukaan laut, tanaman kopi bisa tumbuh subur.

"Kalau di Nglinggo, ada 160 kepala keluarga seluruhnya memiliki kebun kopi. Kopi di sini sudah ada sejak zaman penjajahan," jelasnya.
Kopi Mbajing dengan Citarasa Unik dari Perbukitan MenorehFoto: dok. detikFood

Menurut Teguh, petani bertanam kopi dengan sistem tumpang sari ada alasan tersendiri. "Dulu awalnya bertanam kopi, lalu petani mencoba bertanam cengkeh dan vanili yang harganya sempat tinggi. Karena lahan terbatas maka ditanam tumpang sari, tanaman kopi tetap dipertahankan," jelasnya.

Baca juga : Ini Dia Dogiyai, Biji Kopi Lokal Terbaik dari Papua

Saat ini komoditi kopi Menoreh menarik perhatian wisatawan.

"Nglinggo ini tergolong desa wisata, menawarkan panorama alam dan perkebunan. Kopi ini mendapat respon bagus dari wisatawan, ada edukasi petik kopi, merawat tanaman kopi, pengolahan dan seduh kopi di tempat atau bisa beli biji dan bubuk kopi yang sudah dikemas," imbuh Teguh.




Tonton juga 'Mengenal Roasting Kopi dan Metodenya':

[Gambas:Video 20detik]

(dvs/odi)

Hide Ads