Tutupnya gerai McDonald’s ini tak lain karena lemahnya penjualan dan banyaknya peristiwa seperti penemuan tambalan gigi, plastik, dan potongan kaset vinyl oleh beberapa orang di beberapa lokasi. Seperti dilansir dari Nation’s Restaurant News lewat websitenya di nrn.com (24/4), jaringan penjualan makanan cepat saji ini telah menurun sebanyak 33 persen. Bahkan, kejadian ini terjadi pada awal trimester pertama 2015.
Penutupan 350 gerai McDonald’s tersebar di penjuru dunia, ada Amerika dan Tiongkok sebanyak 220 gerai, serta 130 gerai di Jepang. Atas kejadian ini, CEO McDonald’s Steve Easterbook pun menyatakan penyesalannya. “Sebagai perusahaan restoran yang terkemuka, kami tentu akan mencoba lebih responsif lagi kepada pelanggan,” katanya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Keputusan McDonald’s menutup gerainya pun berdasarkan bukti yang tak dapat dihindari. The Oak Brook, sebuah operator pelayanan yang menghitung keuntungan McDonald’s menunjukkan bahwa penjualan McDonald’s telah turun 2,3% dari awal tahun hingga 31 Maret yang lalu, dan semakin memburuk pada April ini.
Secara total, revenue atau keuntungan gerai yang terkenal dengan paket Happy Meal-nya ini jatuh di angka 11%, di tahun ini kerugian sampai di angka 5,9 miliar USD, setelah tahun lalu rugi 6,7 miliar USD. Laba bersih tahun lalu sekitar 811 juta USD, turun 33% dari 1,2 miliar USD di tahun sebelumnya. Tanpa penjabaran mata uang, total penurunan laba bersih McDonald’s adalah sekitar 26%.
Tapi, yang menarik adalah, menurut qz.com (24/4), pembelanjaan uang orang Amerika untuk makan di reatoran malah meningkat semakin hari. Berarti, hal ini berbanding terbalik dengan kenyataan bahwa McDonald’s mengalami penurunan penjualan. Menurut Anda, apa yang kira-kira membuat gerai ini mengalami penurunan penjualan?
(msa/odi)