Pedagang Fried Chicken Gerobak, Sebulan Kantongi Untung Bersih Rp 6,5 Juta

Ulasan Khusus: Fried Chicken

Pedagang Fried Chicken Gerobak, Sebulan Kantongi Untung Bersih Rp 6,5 Juta

- detikFood
Selasa, 14 Mei 2013 16:24 WIB
Ilustrasi: detikFoto
Jakarta - Pedagang kecilpun ikut ambil bagian dalam bisnis fried chicken. Resep dan proses pembuatannya diadaptasi. Meski lebih sederhana, namun usaha ini lumayan menjanjikan. Untuk 1 gerobak saja, keuntungan bersihnya mencapai Rp. 6,5 juta per bulan!

Penikmat fried chicken yang tak pernah surut mendatangkan rezeki tersendiri bagi para pedagang ayam goreng tepung. Masyarakat ekonomi bawahpun bisa mencicipi menu ini dengan harga lebih ekonomis. Meski tak mengusung nama franchise dan mengelola sendiri, usaha bisa laris dan bertahan lama.

Salah satu contoh sukses adalah pedagang fried chicken bernama Rahman. Pria ini sudah 6 tahun menggeluti usaha fried chicken. Sebelumnya, pria ini bekerja sebagai karyawan di sebuah perusahaan retail di Jakarta. Namun perusahaannya bangkrut dan ia kehilangan pekerjaan. Rahmanpun mencoba membuka usaha ayam goreng tepung.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Awalnya 6 tahun lalu hanya coba-coba. Bumbu raciknya juga beli yang siap olah, waktu itu sekitar Rp. 15.000 untuk satu hari, cukup untuk 10 ekor. Tapi lama-lama mencoba sendiri. Sempat gagal, tapi terus saya coba hingga akhirnya ketemu komposisi yang pas. Sekarang bumbunya buat sendiri, jauh lebih hemat," ungkap Rahman.

Tiap harinya, Rahman menghabiskan 10 ekor ayam, masing-masing berukuran 1,2 kg. Tiap ekornya dibagi menjadi 16 bagian. Karena ukurannya kecil, ia menjual ayamnya dengan harga satuan Rp. 3.500. "Lebih baik harganya murah tapi ukuran kecil, jadi pas untuk pembeli ekonomi bawah yang kita sasar," tutur pria yang sehari-harinya berjualan di kawasan Bekasi Utara ini.

Soal penggunaan minyak, Rahman mengaku hanya menggunakan minyak goreng kemasan, bukan curah. Diakuinya, minyak goreng kemasan lebih awet dan bersih. Tiap harinya, ia menggoreng dengan 5 liter minyak dengan perbandingan 2 liter minyak kemasan baru dan ditambah 3 liter minyak sisa hari sebelumnya.

Agar tetap segar, ayam goreng buatan Rahman tak digoreng sekaligus, melainkan dibagi dalam 3 tahap. Ketika ayam hampir habis terjual, baru Rahman menggoreng lagi stok ayam yang ia simpan di dalam cool box. Jejeran ayam gorengnya tampak disinari oleh lampu yang disebut Rahman 'lampu oven'. Tak cuma membuat ayam tampak menggiurkan, lampu tersebut juga bisa membantu ayamnya tetap hangat.

Rahman juga merinci biaya yang ia keluarkan setiap hari. 10 ekor ayam per ekornya ukuran 1,2 kg dibeli dengan harga Rp 24.000 hingga Rp 26.000. Perharinya, ia juga membeli minyak goreng kemasan ukuran 2 liter dengan harga sekitar Rp 20.000. Biaya lain yang dikeluarkan adalah saus cabai curah, juga bumbu dan tepung.

Ayah 2 anak ini tak segan-segan membeberkan keuntungan yang didapat perharinya. "Tiap hari omzetnya bisa lebih dari Rp 500.000, dan untungnya sekitar setengahnya. Sekitar Rp 200.000-an per hari pendapatan bersihnya," tutur Rahman. Rahman juga rutin menerima pesanan ayam goreng dalam jumlah besar di lingkungan tempatnya berjualan.

Ada beberapa tips usaha yang dijalankan pria asal Tasikmalaya ini. Ia mendirikan usaha di tempat strategis, yaitu di sebuah jalan yang menjadi jalur masuk beberapa komplek perumahan. Ia juga tak segan-segan memberi potongan harga. "Langganan saya biasanya bukan beli satu atau dua potong, tapi langsung sebut, Rp 10.000, Rp 20.000, itu langsung saya beri 3 potong dan 6 potong. Para pembeli sudah pada tahu."

Menurut Rahman, usaha fried chicken ini tergolong usaha yang tak sulit dijalankan. "Dibanding kuliner lain, ayam ini lebih praktis dan untungnya lumayan. Asal konsisten dan menguasai ilmu mengelolanya. Sebagai gambaran, menjual 5 ekor ayam sehari saja sudah cukup untuk menghidupi 2 orang. Modal cukup Rp. 3 juta. Terlihat sepele tapi sebenarnya menjanjikan," tutupnya.


(flo/odi)

Hide Ads