Selama kurun waktu 40 tahun, Starbucks telah menjual kopi dari negara seperti Nicaragua dan Kamerun. Selain itu, mereka menghabiskan sekitar $70 juta atau sekitar Rp 682 milyar untuk membiayai program bantuan dan pinjaman petani.
Dilansir dalam Washington Post (22/03/2013) Pusat bantuan petani pertama kali dibuka di San Jose, Costa Rica pada tahun 2004 Sejak itu mulai dibuka di beberapa tempat seperti Rwanda, Tanzania, Colombia, dan China.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dengan adanya perkebunan sendiri Starbucks bisa mengembangkan berbagai ragam biji kopi eksklusif yang bisa menciptakan campuran rasa minuman baru. Starbucks juga mengembangkan biji kopi hybrid. Namun, tidak akan menggunakan teknik modifikasi genetik sebagai bagian komitmen Starbucks untuk menyediakan sumber biji kopi terpercaya pada tahun 2015.
Selain untuk mengembangkan varian kopi baru, Starbucks mengatakan mereka ingin menggunakan lahan perkebunan yang baru sebagai pusat penelitian terhadap hama bernama leaf rust yang menyerang daun kopi dan menghentikan produksi biji kopi.
Penelitian juga akan berfokus pada penemuan metode terbaru untuk menanam kopi dan mengurangi dampak perubahan iklim. Hasil penelitian ini akan dibagikan kepada para petani kopi untuk meningkatkan kualitas dan ukuran panen kopi seluruh dunia.
(fit/odi)