5 Zat Kimia Ini Sering Ditambahkan Dalam Pembuatan Mie

Ulasan Khusus: Mie

5 Zat Kimia Ini Sering Ditambahkan Dalam Pembuatan Mie

- detikFood
Selasa, 25 Jun 2013 10:35 WIB
5 Zat Kimia Ini Sering Ditambahkan Dalam Pembuatan Mie
Foto: Thinkstock
Jakarta - Membuat mi tidak hanya menggunakan tepung terigu, telur dan garam. Ternyata beberapa zat aditif juga digunakan agar teksturnya kenyal dan awet. Meski tampilannya jadi lebih bagus, namun jika dikonsumsi berlebihan bisa mengganggu kesehatan.

Mi basah dan mi kering yang beredar di pasaran belum tentu menyehatkan. Apalagi jika ditambahkan zat aditif saat proses pembuatannya. Berikut jenis zat aditif yang banyak ditambahkan pada mi.

1. STTP (Sodium Tri Poly Phosphat)

Foto: Indiamart
Sodium Tri Poly Phosphat umum digunakan untuk bahan tambahan pembuatan mie. Berguna sebagai pengenyal karena dapat mengikat air. Biasanya hanya digunakan sekitar 0,25% dari banyaknya adonan. Jika dikonsumsi terlalu banyak, zat ini bisa merugikan kesehatan.

2. CMC (Carboxymethyl Cellulose)

Foto: Bombayharbor
CMT merupakan bahan pengenyal dan membuat tekstur makanan jadi tidak lengket, elastis dan halus. Biasanya digunakan sebagai bahan tambahan mi. Zat ini aman jika hanya digunakan 0,5% dari jumlah adonan dan tidak terlalu sering dikonsumsi.

3. Kie (Soda Kie)

Foto: Bombayharbor
Kie disebut juga dengan air abu atau soda kie. Tersedia dua jenis, ada Kie S dan Kie P. Merupakan bahan pengenyal mi basah agar teksturnya tidak keras. Zat ini juga digunakan agar mie lebih awet segarnya atau tidak mudah basi.

4. Kalsium propinat

Foto: 21food
Kalsium propinat biasa digunakan sebagai pengawet mi kering, agar tidak mudah rusak seperti mencegah mi berlendir dan jamuran. Zat ini aman digunakan bila dalam jumlah yang tidak berlebih.

5. Formalin dan Boraks

Foto: Busytrade
Zat aditif seperti formalin dan boraks juga sering dicampur ke dalam bahan mi basah. Formalin dan boraks yang berbahaya sering digunakan untuk pengawet mie. Kedua zat ini termasuk zat aditif non pangan. Karenanya jika dikonsumsi terlalu banyak bisa berefek pusing, muntah, diare, kram perut hingga penyakit kronis dalam jangka panjang.
Halaman 2 dari 6
(fit/odi)

Hide Ads