Nostalgia Sego Pecel

Nostalgia Sego Pecel

- detikFood
Senin, 30 Okt 2006 10:34 WIB
Jakarta - Bukan hanya karena masih bersuasana Idul Fitri, sesuatu yang berbau ndeso selalu membangkitkan nostalgia kampung yang luar biasa. Ya, demi sepotong nostalgia dan seribu alasan, akhirnya sepiring sego pecel khas Madiun mampu melipur rasa kangen kampung. Yang ini memang benar-benar sedep mantep!Entah dapat ilham dari mana, pagi di hari keempat Lebaran saat terbangun tiba-tiba saya begitu kangen dengan sego pecel. Ya, 3 sendok makan nasi putih hangat mengepul, ditaruh pincuk, diberi topping aneka sayuran rebus plus siraman bumbu pecel yang kental dan wangi. Pagi itu saya terbayang-bayang kembang turi rebus yang berlelehan sambal pecel plus kerupuk legendar yang enak krenyes-krenyes setengah melempem dicelup sambal pecel. Aduh... saya benar-benar nggak bisa menahan air liur lagi. Jadilah, saya ngubek seputar Jakarta cari penjual pecel Madiun yang buka.Akhirnya setelah mondar-mandir dan kecele karena warung pecel masih tutup, sayapun menju ke daerah Rawabuntu, Serpong untuk mendatangi resto pecel Madiun. Untunglah di depan terpasang karton putih bertulisan BUKA. Ternyata, hari itu hari pertama mereka buka setelah libur Lebaran. Memasuki jalan kecil, tampak hamparan kebun yang luas. Di kanan jalan masuk bangunan memanjang dipakai untuk tempat meracik pecel. Di sisi kiri ada bangunan dengan deretan meja kursi kayu dan lampu gantung khas Jawa. Di bagian tengah ada bangunan joglo besar yang berisi meja kursi untuk bersantap. Suasana terasa teduh karena cuaca agak mendung dan rindangnya aneka pohon buah-buahan seperti durian, rambutan, mangga, dan jeruk Bali. Duduk di kursi kayu cokelat menunggu pesanan pecel, saya menikmati semilir angin, persis seperti di teras rumah nenek. Meskipun bersuasana rumah, pelayan berseragam hitam merah tampak rapi, gesit dan ramah serta lancar berbahasa Jawa. Tak sampai sepuluh menit, sego pecel komplet, rawon daging, bakwan jagung, empal tersaji ngepul di meja. Nasi pecel disajikan di piring cekung dengan alas sepotong daun pisang, sambal pecelnya sangat royal sampai 'meluber' ke sisi piring, pecel dilengkapi dengan rempeyek kacang plus serundeng dan kering tempe. Sayurannya cukup komplet, bayam, kacang panjang, kenikir, kecipir, daun singkong, tauge plus irisan mentimun. Bumbu pecelnya terasa sangat lembut (tak banyak printil-printil cincangan kacang) dengan aroma kacang yang sangat gurih. Menurut saya aroma daun jeruk dan kencurnya masih kurang 'galak' tetapi secara keseluruhan tidak terlalu asin atau manis. Meskipun tak ada mlandingan atau petai cina dan kembang turi dalam racikan sayuran, saya cukup puas. Serundengnya kuning kecokelatan, garing dan wangi serta tidak terlalu manis. Juga irisan tempenya. Kering dan renyah! Sangat enak diaduk dengan nasi hangat yang sudah kecipratan bumbu pecel. Rempeyek kacangnya tipis, bundar, rasanya renyah. Paduan tepung kanji dan tepung beras membuat rasanya 'krenyes-krenyes' khas kampung. Sedangkan empal dagingnya empuk, gurih, dan masih hangat mengepul. Rasanya tak terlalu manis, dengan bumbu yang meresap sampai ke serat dagingnya. Dalam sekejap sego pecel plus empalpun tandas!Rawon daging disajikan dalam mangkuk putih, hitam pekat dengan bumbu keluak yang mlekoh, semburat aroma ketumbar mengimbangi rasa bawang merah dan bawang putih yang kuat. Dagingnya sangat empuk, tanpa digigit kuat daging mudah dikunyah. Sebagai pelengkapnya ditambahkan telur asin, tauge pendek, kerupuk udang plus sambal. Sayang sekali sambalnya bukan sambal terasi sehingga teras kurang 'menggigit'. Sebagai penutup saya memesan segelas Dawet Madiun. Dawet alias cendol ini disajikan dengan ketan hitam rebus, tapai singkong dan sepotong adonan tepung beras dan santan (mirip bubur sumsum). Aroma gula arennya sangat wangi, santannya pas kentalnya dan cendolnya (yang saya duga dibuat dari tepung sagu aren) kenyal. Ya, tak terasa es dawetpun licin tandas meskipun perut semula terasa penuh. Soal harga, sego pecel Madiun ini tak terlalu mahal. Untuk Nasi Pecel Madiun harganya Rp. 8.000,00, Pecel Sayuran Rp. 7.000,00, Nasi Rawon Komplet Rp. 15.000,00, Ayam Goreng dan Empal Rp. 7.000,00, Sate Telur Puyuh Rp. 4.000,00 dan Telor Ceplok Rp. 2.000,00 dan Dawet Madiun Rp. 6.000,00. Mbak Dyah dan Bu Lies, sang pemilik yang rajin mengontrol dapur dan meja kasir selalu ramah menyapa tamu. 'Matur nuwun!', demikian tutur mereka mengantar saya pulang. Saya sendiri berjanji akan kembali untuk mencicipi bothok mlandingan!Pecel MadiunJl. Ciater Barat Raya RawabuntuBSD, Serpong, TangerangTelepon : 021-68282058; 0816-1965051Buka : Jam 10.00 - 17.00 (Jum`at tutup) (ely/Odi)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads