Nasi Uduk Kota Intan

Nasi Uduk Kota Intan

- detikFood
Selasa, 13 Des 2005 10:40 WIB
Jakarta - Nasi uduk memang banyak versinya. Beda jalan saja, rasanya juga berbeda. Nasi uduk yang ada di daerah Pasar Baru ini kecuali nasinya pulen dan wangi, sambal terasi plus kacangnya sangat sedap. Apalagi disantap hangat mengepul, saat udara dingin akibat terpaan hujan. Hmm...sedap habis!!!Nasi uduk? Hampir semua teman selalu mengajak mampir ke daerah Tanah Abang. Tetapi malam itu kami memutuskan cari nasi uduk 'aliran kota' alias sajian warung tenda di daerah Jakarta Pusat. Kami pun kemudian meluncur ke daerah Pasar Baru dan bergerak menuju warung makan bernamakan Nasi Uduk Kota Intan. Di antara banyak deretan warung tenda yang menjual nasi uduk, hanya warung yang terletak persis di depan gereja GKI senantiasa terlihat ramai. Warung yang dikelola oleh A Weng dan istrinya ini dikenal juga dengan sebutan nasi uduk gereja ayam karena dulu warungnya persis di depan gereja yang punya oranamen ayam jago di pucuk atapnya. Begitu menginjakkan kaki ke warung tenda ini, aroma nasi uduk dan ayam yang sedang digoreng pun tercium. Karenanya kami pun langsung menuju ke tempat lauk pauk yang berjejeran dekat si empunya warung, untuk memilih aneka lauk sebagai teman santapan nasi uduk. Lauk pauknya terbilang bervariasi, tak hanya tahu, tempe atau ayam saja seperti warung nasi uduk lainnya. Cumi, udang, ikan asin, dendeng, kerang, lele, mujair, tahu, tempe, ayam bakar, ayam goreng, sate telur ayam, empal, usus, paru dan babat juga tersedia lengkap dengan sambal terasi beserta lalapannya. Lauk pauk yang telah dipilih kemudian digoreng, baru disajikan. Sebagai tambahan lauk, kangkung tumis yang dimasak dengan api besar dalam sekejap bisa disajikan. Jilatan api, kepulan asap dari kukusan nasi uduk plus bau gurih lauk goreng membuat kami makin lapar. Sekitar 10 menit kemudian, pesanan nasi uduk kami beserta lauk pauknya, tiba. Nasi uduk yang satu ini memang memiliki rasa yang khas. Bagaimana tidak? Cara menanak nasi uduk di warung berukuran kira-kira 4 x 6 meter ini menggunakan alat kukus yang terbuat dari tembaga yang diberi kukusan bambu dan ditutupi daun pisang. Cara menanak yang tradisional ini membuat nasi sangat pulen, gurih, tak berminyak dan aromanya sangat harum! Dua piring kecil berisi sambal kacang dan sambal terasi menjadi pelengkap nasi uduk. Sambal terasinya diulek langsung dan disajikan 'fresh from the cobek'. Setelah diaduk dengan sambal kacang plus sedikit kecap manis rasanya jadi makin top. Apalagi diberi percikan air jeruk limau. Nasi plus lauk tinggal dicocol ke sambal sedap ini. Rasanya? Pedas, gurih, sedikit manis! Pokoknya kolaborasi rasa yang enak dan pas buat nasi yang pulen dan gurih. Dengan lauk pauk yang semuanya terlihat begitu menggoda, pertama-tama saya ingin mencoba untuk menyantap ayam gorengnya terlebih dahulu. Menghadapi isu flu burung yang kian merambah, si pemilik warung menggunakan teknik mengungkep ayam selama 12 jam. "Sudah diungkep 12 jam kok Bu, jadi semua virus dan bukan hanya flu burung saja yang musnah", jelas A Weng si empunya warung. Bumbu kuning dengan jejak kemiri, bawang putih dan bawang merah yang tajam, meresap sempurna hingga ke lipatan terkecil daging ayam. Saat dicocol dengan sambal yang sedap rasanya jadi makin sedap, pedas-pedas, gurih dan renyah menjadi satu! Puas dengan kelezatan ayam goreng, saya mulai meraih kerang rebus yang ada di depan mata. Kerang rebus yang ada di warung tenda ini memang luar biasa, tidak amis, tidak juga alot. Kesegaran kerang dengan rasa gurih dagingnya menggeliat-geliat di lidah saya, belum lagi kuah yang tersembunyi di dalam cangkang jika diseruput, slruupp...hmmm...gurih sekali!! Puas menyantap kerang, saya melirik rekan saya yang tengah asyik dengan empal gorengnya. Terlihat begitu menggiurkan, saya kemudian mencobanya. Empal dagingnya sangat renyah dengan potongan-potongan tipis yang digoreng kering. Rasanya? Selain tak alot, rasa gurih bawang putihnya menyerap hingga ke tiap sayatan daging, benar-benar renyah dan crispy. Wuupss...ternyata masih ada tahu goreng dan kangkung cah tauco di depan mata, meskipun perut saya sudah tidak muat lagi tapi karena aromanya begitu menggoda, saya jadi tidak tahan untuk tidak mencuilnya. Tidak menyesal saya mencicipnya, teksturnya yang lembut menandakan tahu ini terbebas dari bahan formalin. Kangkung yang selalu ditumis dengan api besar, sehingga jilatan apinya menjadi pemandangan atraktif ini tersaji hijau lembut menggiurkan. Lagi-lagi rasa gurih bawang putih amat berasa. Selain tumis kangkung di warung ini masih tersedia sayuran lainnya seperti; sayur asem, soto babat atau soto ayam. Cukup lengkap bukan dan tak perlu khawatir dengan rasanya karena bisa dipastikan Anda tak akan menyesal untuk mencoba kesemuanya. Untuk menyegarkan lidah dan tenggorokan, minuman dingin atau hangat bisa menjadi pilihan terbaik. Warung jus "Sinar Garut" yang ada di sebelah warung nasi uduk ini menyediakan minuman mulai dari es teh manis, teh manis hangat, es jeruk, jeruk hangat, hingga es teller, es kelapa, es kopyor, dan alpukat. Harga-harga di warung Nasi Uduk Kota Intan termasuk reasonable, buktinya seporsi nasi uduk hanya Rp 3500,00, seporsi kangkung tumis hanya Rp 8500,00, sepotong ayam goreng Rp 8500,00. Untuk lauk pauk yang lainnya juga termasuk murah, hanya bekisar Rp 3500,00 sampai Rp 8500,00 per potong. Nah, kalau ingin mencicipi nasi uduk ala kota, sekali-sekali singgah ke warung ini, A Weng dan istrinya yang ramah akan siap menanti Anda. Sebaiknya perut dalam keadaan lapar berat dan kosong agar puas bersantap.Nasi Uduk Kota IntanJln. Samanhudi, daerah Pasar BaruDepan GKIBuka dari pukul 17.00 - 21.00Telp. (021) 4533861, 70040205, 3454463 (ely/)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads