Strategi Antimainstream! Ini 5 Tempat Makan Laris dengan Logo Foto Pemilik

Strategi Antimainstream! Ini 5 Tempat Makan Laris dengan Logo Foto Pemilik

Sonia Basoni - detikFood
Sabtu, 22 Nov 2025 14:00 WIB
Tempat Makan Laris dengan Logo Foto Pemilik
Foto: Site Culinary/Visual
Jakarta -

Beberapa tempat makan terkenal memiliki logo ikonik yang menggunakan foto sang pemilik. Bahkan foto tersebut menjadi ciri khas dari resto tersebut.

Dalam dunia kuliner yang semakin kompetitif, pemilik usaha dituntut menghadirkan strategi unik untuk menarik pelanggan. Selain menjaga rasa dan kualitas, identitas visual sering digunakan sebagai pembeda, termasuk kebiasaan memasang foto pemilik pada logo atau perlengkapan makan.

Fenomena ini kembali mencuat setelah unggahan di media sosial menampilkan warung soto legendaris yang menempelkan foto pendirinya pada peralatan makan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Lewat akun X @jeo*** (20/11/2025), pengguna X mengunggah foto piring dari Soto Ambengan Pak Sadi yang menggunakan foto sang pemilik.

Unggahan ini menarik perhatian netizen lainnya karena banyak yang setuju bahwa penambahan foto pemilik pada logo restoran dapat memperkuat brand restoran itu sendiri.

ADVERTISEMENT

Selain itu, keberadaan foto pemilik bahkan dianggap sebagai tanda bahwa makanan yang disajikan lezat dan autentik.

Di Indonesia banyak tempat makan yang menyelipkan foto sang pemilik di logo restoran. Seperti lima tempat makan yang populer ini.

1. Soto Ayam Ambengan Pak Sadi Asli

Soto Ayam Ambengan Pak Sadi (Asli)Soto Ayam Ambengan Pak Sadi (Asli) Foto: dok. detikFood

Sebelum Soto Ayam Ambengan Pak Sadi Asli terkenal seperti sekarang dan cabangnya ada di mana-mana, usaha ini berawal dari sang pemilik yaitu Pak Sadi yang berdagang soto keliling dengan pikulan pada awal 1960-an.

Pak Sadi kemudian menetap di Ambengan, Surabaya, pada 1971 dan membuka warung yang menjadi cikal bakal Soto Ayam Ambengan Pak Sadi (Asli) yang diminati sampai sekarang. Racikannya terkenal karena kuah bening kekuningan yang kaya rempah seperti kunyit, lengkuas, dan serai, ditambah koya dari kerupuk udang halus yang membuat rasa sotonya gurih khas Jawa Timur.

Menu utamanya adalah Soto Ayam dengan suwiran ayam kampung, telur rebus, suun, dan seledri. Ada pula Soto Madura dan Soto Ayam Komplet dengan telur ayam muda serta jeroan. Ciri khas lain yang melekat adalah keberadaan foto Pak Sadi pada logo hingga piring saji yang menjadi identitas legendaris warung soto ini.


2. Gudeg Yu Djum

Tempat Makan Laris dengan Logo Foto PemilikTempat Makan Laris dengan Logo Foto Pemilik Foto: Site Culinary/Visual

Gudeg Yu Djum yang terkenal di Yogyakarta berawal dari perjuangan Djuwariyah atau Yu Djum yang menjajakan gudeg dengan pikulan sebelum tahun 1950-an. Setiap hari ia berjalan dari rumah menuju alun-alun, melewati Malioboro, hingga Kampung Widjilan yang akhirnya menjadi pusat pelanggannya.

Karena pembeli semakin ramai, Yu Djum berhenti berkeliling dan menetap berjualan di Widjilan sebelum membuka warung permanen pada 1985. Ciri khas Gudeg Yu Djum adalah gudeg kering, yang dibuat dari nangka khusus asal Prembun, telur bebek dari Jawa Timur, serta areh khas Yogyakarta.

Proses masaknya tetap tradisional sehingga menghasilkan rasa manis-gurih yang autentik dan tahan lama, cocok sebagai oleh-oleh. Popularitas gudeg legendaris ini semakin kuat dengan foto Yu Djum yang terpampang pada logo, papan nama, hingga kemasan gudeg, menjadikannya ikon kuliner Yogyakarta yang terus diburu wisatawan.

3. Ayam Presto Ny. Nita

Tempat Makan Laris dengan Logo Foto PemilikTempat Makan Laris dengan Logo Foto Pemilik Foto: Site Culinary/Visual

Ayam Presto Ny. Nita berawal dari resep keluarga tahun 1972 bernama Ayam Goreng Budono di Semarang. Pada 1989, resep tersebut dikembangkan di Solo dengan teknik masak modern hingga lahir Ayam Presto Ny. Nita. Bu Nita sebagai perintis terus menjaga kualitas rasa, kebersihan, dan keamanan makanan.

Meski kini memiliki banyak cabang di Jakarta, seluruh racikan tetap dipusatkan di satu dapur agar cita rasa tetap konsisten. Ayam prestonya menggunakan ayam segar rendah lemak, dibumbui rempah tradisional, lalu dimasak dengan teknik presto sehingga daging lembut dan tulangnya lunak.

Hidangan dapat digoreng atau dibakar, disajikan bersama minyak yang terjaga kebersihannya. Selain ayam, tersedia bebek presto dan bandeng presto. Ciri khas lain yang melekat adalah foto Bu Nita yang kini menjadi logo restoran hingga menghiasi kemasan box makanan.

4. Ayam Goreng Suharti

Tempat Makan Laris dengan Logo Foto PemilikTempat Makan Laris dengan Logo Foto Pemilik Foto: Site Culinary/Visual

Ayam Goreng Suharti berawal dari perjuangan Suharti yang menjual ayam goreng sejak 1956 dengan berkeliling menggunakan sepeda dari Yogyakarta hingga ke Surakarta. Setelah menikah pada 1961, ia dan suaminya mengembangkan usaha hingga mampu membuka warung pertama di Maguwoharjo, Yogyakarta pada 1970.

Resepnya berasal dari bumbu khas Mbok Berek, nenek Suharti, yang menghasilkan ayam goreng kremes beraroma rempah dengan daging empuk. Setelah pecah kongsi dan bercerai dengan sang suami pada awal 1990-an, Suharti memperoleh hak atas nama 'Ayam Goreng Suharti' pada 1992.

Ia kemudian memakai foto dirinya sebagai logo agar tidak mudah ditiru dan menjadi identitas sekaligus ikon yang kini terpampang di papan nama hingga kotak kemasan. Hingga kini, Ayam Goreng Suharti tetap dikenal sebagai restoran ayam goreng legendaris dengan cita rasa khas yang konsisten.

5. Pisang Goreng Madu Bu Nanik

Pisang Goreng Madu Bu NanikPisang Goreng Madu Bu Nanik Foto: dok. Instagram @pisanggorengmadubunanik

Bagi penggemar pisang goreng dan jajanan tradisional di Jakarta, pasti sudah tidak asing dengan foto Bu Nanik berwarna kehijauan di samping merek 'Pisang Goreng Madu'.

Menilik sejarahnya Pisang Goreng Madu Bu Nanik berdiri sejak 2007, berawal dari usaha katering yang dirintis oleh Nanik Soelistiowati pada 1994. Ketika sering menyisakan pisang terlalu matang, Nanik mengolahnya menjadi sale dan pisang goreng.

Karena ibunya tidak bisa mengonsumsi gula, Nanik kemudian mengganti adonan manis dengan madu. Hasilnya pisang menjadi berwarna hitam saat digoreng namun tetap lembut, wangi, dan manis alami.


Ciri khas inilah yang membuat Pisang Goreng Madu Bu Nanik populer hingga kini. Selain pisang, ia juga menjual varian gorengan lain dan menerima pengiriman ke seluruh Indonesia tanpa bahan pengawet. Kehadiran foto Bu Nanik sebagai logo di toko hingga kemasan, sudah identik dengan kehadiran pisang goreng madu yang digemari banyak orang.

Halaman 2 dari 3


Simak Video "Warung Mak Beng Bali Masuk Daftar 150 Restoran Legendaris di Dunia"
[Gambas:Video 20detik]
(sob/adr)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads