Mangut Sang Pengobat Rindu

Mangut Sang Pengobat Rindu

- detikFood
Rabu, 05 Mar 2008 14:00 WIB
Jakarta - Resto yang ditata sederhana namun unik serta menyajikan menu khas Jawa dan komik perwayangan ini bisa menjadi pengobat rindu kampung halaman. Ditata layaknya rumah Jawa berkonsep tempo doeloe sambil menikmati mangut dan menyeruput segelas wedang jahe. Hmm... uenak tenan!

Ya, kini Bogor memang kaya sekali akan kulinernya yang beragam. Salah satu resto yang memperkaya kuliner di kota penghujan ini adalah 'Resto Solo' yang berlokasi di dekat Bogor Medical Center (BMC). Letaknya yang agak tersembunyi ini memang kadang membuatnya luput dari perhatian. Hmm... tapi bagi Anda yang tinggal di kota hujan atau penggemar hidangan Jawa mungkin sudah tak asing lagi dengannya.

Sekilas resto sederhana yang menghidangkan menu khas Jawa ini memang tak terlihat layaknya resto. Tempatnya lebih mirip dengan rumah Joglo etnik dengan tulisan Galerry & Rumah Komik di depannya. Ketika berkunjung ke Resto Solo ini, di pintu masuk kami disambut oleh sebuah becak yang melambangkan transportasi yang umum dipakai di Jawa sana. Lalu di tengah ruangan mata pun langsung tertuju pada sebuah meja kayu yang cukup besar tempat menaruh segala jenis hidangan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sesuai dengan nama tempat makan ini, semua menu yang tersedia merupakan hidangan khas Jawa. Untuk mencari tahu menu yang tersedia biasanya para pengunjung cukup melongok ke dalam panci-panci yang ada di atas meja atau membaca deretan daftar menu yang terpampang pada papan tulis yang ada di dinding. Wah.. diantara menu yang tersedia beberapa diantaranya bahkan agak jarang dijumpai seperti misalnya garang asem dan mangut. Selain itu juga terdapat nasi liwet komplet, gudeg, selat solo, asem ceker, pecel, dan masih banyak lainnya.

"Mbake aku pesan mangut yo," ujar seorang teman yang memang sudah kangen berat dengan mangut ikan pe dari kampung halamannya tersebut. Sedangkan saya coba memesan garang asem dan seporsi asem ceker atas rekomendasinya. Berbeda dengan resto pada umumnya, resto yang berkonsep rumahan ini membuat nyaman pengunjungnya. Tak tampak pemandangan para pelayan yang berseliweran mencatat pesanan para pengunjung. Jadi kami pun langsung menyebutkan pesanan yang diinginkan kepada pelayan yang sibuk meracik hidangan dibalik meja besar yang berada di tengah ruangan.

Kami pun mengambil tempat persis di bangku panjang yang lebih bergaya rumahan. Dengan menghadap sang pelayan yang sedang meracik hidangan di depan kami. Walaupun suasana saat itu agak ramai oleh para pengunjung yang hendak bersantap siang, kami tak perlu menunggu lama untuk hidangan yang kami pesan. Dengan gesit sang pelayan tinggal meracik hidangan yang telah tersedia dalam wadah dan panci yang ada di atas meja besar dihadapan kami. Meski begitu hidangan kami masih tetap terasa hangat dan fresh ketika disantap.

Menurut teman saya yang orang Semarang ini mangut merupakan hidangan khas Jawa. Hidangan ini terdiri dari potongan iwak pe atau ikan pari yang diasap sehingga warnanya kecokelatan dan aroma asapnya sangat wangi. Apalagi saat berpadu dengan kuah santan. Walaupun sebenarnya mangut sendiri tak terbatas pada ikan pe, tetapi juga ikan lele goreng atau bandeng asap.

Tak lama semangkuk mangut telah disajikan dalam kondisi hangat dalam mangkuk putih. Tampak jejak irisan bawang putih, cabai hijau, dan sereh tampak menyatu dengan ikan pe. Jejak gurih santan pun sangat pas berpadu dengan ikan pei yang segar. Menurutnya kuahnya mangut ini tidak terlalu kental seperti mangut versi Semarang yang lebih medhok. Meskipun begitu, rasanya tetap 'nendang' enaknya. Slurpp... akhirnya mangut ikan pe seharga Rp 8000,00 ini mampu memupuskan kerinduannya akan masakan sang ibu di kampung halaman.

Hidangan garang asem pesanan saya disajikan dengan bungkus daun pisang. Isinya berupa potongan ayam yang dikukus bersama irisan bawang putih, tomat hijau, cabe rawit merah, dan belimbing wuluh. Agar empuk biasanya dipakai ayam kampung muda sehingga daging ayam terasa benar-benar terasa empuk dan kaldunya lebih terasa.

Ketika menghirup kuah garang asem, rasa kaldu yang lembut terasa menempel dilidah dengan paduan semburat asam-asam segar yang berasal dari belimbing wuluh. Daging ayam yang masih panas ini ketika dikoyak dengan sendok wahh... terasa empuk. Dibungkus dengan balutan daun pisang, menimbulkan aroma harum mengundang selera. Hmm... saya yang baru pertama kali mencicipi garang asam ini langsung jatuh cinta dengan hidangan ini.

Sedangkan asem-asem ceker disajikan dengan kuah kecoklatan. Menurut teman saya di Jawa Tengah biasanya asem-asem ini terbuat dari daging sapi yang berlemak, berbeda dengan resto ini yang menggantinya dengan ceker. Menurut saya hidangan ini tidak begitu istimewa, meskipun cekernya sendiri terasa lembut. Disiram dengan kuah yang terasa manis (mirip kuah semur) khas hidangan Jawa. Hmm... rasanya hidangan ini tidak begitu cocok dengan saya yang bukan berlidah Jawa ini. Alhasil semangkuk ceker pun dihabiskan oleh teman saya yang telah menyantap habis mangut pesanannya.

Kress...kress tak kalah dengan mulut yang asik mengunyah kerupuk kulit sapi dan ikan wader garing, mata kami pun sibuk mengamati pajangan foto-foto wayang di dinding beserta ornamen-ornamen Jawa kuno yang tampak menarik. Tak ketinggalan tampak patung kayu sepasang pengantin Jawa, menambah kesan kuat tradisional Jawa warung ini.

Di kiri dan kanan meja besar tempat kami duduk telah penuh terisi para pengunjung yang asik menikmati hidangan di Resto Solo ini. Yang unik, meja-mejanya terdiri dari bekas mesin jahit kuno yang diberi lapisan marmer diatasnya. Plus bangku-bangku jadoel dan lemari kuno yang juga berpadu pas dengan nuansa Jawa tempo dulu.

Sebagai penutup kami pun menyeruput segelas es degan gulo jowo yang segar dan wedang jahe yang hangat sambil mengamati beberapa pengunjung cilik yang asik membolak-balik komik wayang. Beberapa diantaranya seperti Misteri Borobudur, Jakawana, Mahabarata, dan Pandawa Seda yang memang sengaja disediakan oleh sang pemilik resto. Untuk seporsi garang asem dan ceker asem ini cukup merogoh kocek sebesar Rp 9000,00, sedangkan es degan dan wedang jahe kami cukup membayar Rp 5000,00. Harga yang menurut kami sangat murah sebagai pengobat rindu hidangan kampung halaman ini.

Bagi Anda yang sedang rindu hidangan kampung halaman atau penyuka hidangan Jawa, monggo... mampir saja ke Waroeng Solo ini. Selain menikmati kuliner Jawa, Anda pun bisa menikmati budaya etnik Jawa yang khas dan tentunya dengan harga yang murah meriah!

Resto Solo
Gallery & Rumah Komik
Jl. Pajajaran Indah V No. R-5, Bogor
Telp: 0251-375151
(dev/Odi)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads