Satai Bhaliboel Khas Bojong

Satai Bhaliboel Khas Bojong

- detikFood
Jumat, 20 Mei 2005 11:10 WIB
Jakarta - Pernah singgah ke Tegal? Tentu Anda tak melewatkan teh poci dan satai kambing. Kedua sajian khas Tegal ini memang paling enak disantap selagi hangat mengepul. Apalagi kalau udara malam mulai dingin menggigit. Ternyata satai kambing khas Tegal ini sudah diimpor ke kawasan Jakarta komplet dengan kambingnya. Satai kambing? Memang saya kurang suka apalagi jika mencium aroma lemaknya yang kata orang Jawa 'prengus'. Tetapi malam itu saya harus menyerah pada teman saya yang mengajak mampir ke warung satai kambing 'Bhaliboel' karena sudah seminggu terus membujuk saya. Di kawasan BSD persisnya di BSD sektor XIV, di depan sekolah Santa Ursula kami berhenti di bengkel mobil Omega Motor. 'Lho, mau makan satai atau mau tune up sih?,' komentar saya. Tapi waktu keluar dari mobil, persis di sudut kiri atas ada sign board bertulisan Kedai Sate Kambing Muda Bhaliboel, Khas Bojong, Tegal, buka jam 17.30-22.00.Ternyata di sisi kiri bengkel sudah tergelar meja dan kursi berwarna hijau berlapis plastik. Di depan ada gerobak tempat meracik satai dan panggangan. Aroma harum lamat-lamat tercium mulai menggelitik perut. Isi daftar menunya yang rapi sedikit berbeda dengan warung satai lain. Untuk satai kambing tersedia satai kambing tanpa lemak atau satai kambing biasa (dengan lemak), satai kambing hati torpedo, sop kambing, gulai kambing, sop kambing, tongseng kambing dan nasi goreng kambing. Khusus hari Kamis tersedia gule kepala kambing dan buat yang tidak doyan daging kambing, bisa memesan satai ayam atau tongseng ayam. Karena sudah lama tak mencicipi satai kambing khas Tegal, maka kami memesan satai kambing, sop kambing, tongseng kambing, dan nasi goreng kambing.Dulu saat pertama kali saya mencicipi satai kambing ini di Tegal saya penasaran. Kenapa ya orang mau jauh-jauh ke Guci untuk sepiring satai kambing? Guci terletak di kaki gunung Slamet dengan ketinggian 1050 meter dari permukaan laut. Jaraknya sekitar 49 km dan bisa ditempuh dengan rute Slawi, Kalibakung, Bojong dan Guci. Di pasar Bojong ada warung satai Mang Dul yang tersohor menjual satai kambing 'bhaliboel'. Diberi nama demikian karena memakai kambing muda yang 'bawah lima bulan'. Untuk mempertahankan kualitas, mereka mendatangkan kambing dari daerah Kali Bakung yang diternak dengan pakan rumput-rumputan. Menurut teman saya, satai kambing di warung makan ini juga dikelola oleh keluarga Mang Dul. Karena itu kambingnya juga didatangkan langsung dari Tegal.Satai kambing yang hangat mengepul dilengkapi dengan sambal kecap rawit, irisan kasar bawang merah mentah dan tomat sangat menggelitik selera. Gigitan pertama terasa sekali empuk dan lembutnya daging kambing muda. Potongan dagingnya kecil-kecil sehingga dengan dua kali serut bisa habis satu tusuk. Anehnya, tak ada aroma 'prengus' yang paling saya benci. Benar-benar persis seperti satai kambing di Bojong, Tegal. Tongseng disajikan dalam piring cekung alias 'deep plate', potongan daging kambing dengan kuah santan encer kemerahan, irisan kol dan bumbu gulai yang sangat harum. Tanpa lapisan lemak dan sangat segar. Sayang sekali tak ada irisan tomat dan taburan bawang merah goreng kurang royal. Sop kambing yang paling disuka ternyata memang 'top banget'. Kuahnya bening kekuningan, tak berlemak, potongan iga dan dagingnya sangat lembut...slurppp...benar-benar segar apalagi setelah diaduk dengan sedikit sambal rawit. Tak terasa 10 tusuk satai kambing tanpa lemak dan semangkuk sup dan tongseng licin tandas. Akhirnya nasi goreng kambing hanya bisa kami habiskan setengah porsi. Sayang sekali nasinya agak berlebihan minyak dan bumbunya kurang 'nendang' meskipun telurnya cukup garing.Bicara soal harga, boleh dibilang tak terlalu mahal. Untuk 10 tusuk satai kambing tanpa lemak dan satai hati & torpedo Rp.15.000 dan yang campur lemak Rp. 13.000. Sop kambing dan gule kambing Rp. 7.500 dan tongseng Rp. 12.000. Kalau makan berdua komplet dengan teh poci, es teh dan es jeruk hanya perlu merogoh kocek sekitar Rp. 50.000. Ditambah lagi keringat bisa mengucur di seluruh wajah, segar dan nikmat! Juga tidak perlu khawatir rambut, baju dan badan beraroma satai kambing. Karena asap satai yang sedang dibakar tak mengganggu dan aromanya juga tidak tajam. Jadi, Anda tak perlu 'mengembik' setelah menyantap satai kambing 'bhaliboel' ini. (Odi/)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads