Tiap kali tekanan darah menurun maka sayapun mulai mencari hidangan dengan bahan daging kambing untuk menghangatkan badan. Juga sore itu saat melintasi jalan Bintaro Utama. Tulisan tongseng dan satai kambing berwarna merah langsung memikat. APalgia da tambahkan pak Naryo Solo di belakangnya. Maka dengan mantap saya memasuki rumah makan ini.
Dibandingkan dengan satai kambing, sebenarnya saya lebih suka tongseng atau gule kambing. Di warung yang sederhana ini memang satai kambing, gule dan sup kambing yang jadi andalan. Pilihan sayapun jatuh pada tongseng kambing dan satai kambing. Aroma wangi bumbu gule dan asap satai yang sedang dibakar beanr-benar wangi gurih menusuk hidung.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pak Naryo masih mempertahankan cara memasak tradisional. Gule ditaruh dalam periuk besar yang dipanaskan di atas api arang. Untuk membuat tongseng dan memanggang satai juga dipakai api arang. Untuk memasak tongseng, juga dipakai cara Solo. Wajan besi kecil tebal yang sudah lumayan dekil, dipanaskan di atas api arang.
Tahap pertama irisan bawang merah dan bawang putih ditumis hingga wangi. Barulah ditambahkan bumbu gule yang sudah siap pakai, diaduk lalu satai kambingpun diloloskan dari tusukan bambu. Diaduk dan diguyur kuah gule yang ada di periuk tanah liat panas-panas. Terakhir barulah diberi irisan tomat dan daun kol yang langsung diserut dari bongkolnya. Dimasak beberapa saat barulah dituang ke piring cekung.
Bukan hanya aromanya yang wangi, tampilan tongsengnya juga berbeda, kuahnya kecokelatan kental, nyaris mirip jamu Jawa. Wah, karena sudah tergoda saat mengamati tongseng ini diracik, langsung saya hirup kuahnya. Hmm..benar-benar teras pekat, tonjokan rempahnya sangat kuat, tidak seperti tongseng lain yang kuahnya encer. Rasa panas dan hangat langsung menjalari tenggorokan!
Daging kambingnya empuk, dengan sedikit gumpalan lemak, kol dna tomatnya juga renyah. Irisan cabai rawit hijau yang diadukd alam tongseng terasa krenyes-krenyes renyah pedas dan segar. Agaknya pak Naryo tak pelit dengan bumbu dan rempah. Hasil tonjokan bumbu gulenya langsung terasa, butiran keringatpun mulai meleleh di dahi dan leher!
Satai kambing yang disajikan panas mengepul juga tak kalah emmikat. Senagja saya memesan sate kambing dengan lemak supaya terasa lebih gurih. Satai kambing ini ditusuk dengan tusukan bambu yang pipih, sedikit lebar dan ujungnya runcing. Khas satai kambing Solo.
Dgaing kambingnya empuk, dan lemaknya meleleh dengan aroma gosong yang wangi. Setelah dicocol kecap manis dan dilahak dengan irisan kol, bawang merah dan tomat, makin terasa gurih, segar dan sedikit asam. Sebuah kombinasi yang enak! Buat yang kurang suka daging kambing, pak Naryo juga menyediakan satai ayam dan tongseng ayam yang sedap.
Soal harga, sate kambung dan tongseng pak Naryo realtif lebih murah. Seporsi sate kambing daging atau hati (10 tusuk) Rp. 16.000,00, tongseng kambing Rp. 11.000,00 per porsi dan nasi goreng kambing Rp. 12.000,00 per porsi. Sepertinya lain kali jika tensi turun, saya harus menyambangi rumah makan ini lagi!
Warung Sate Kambing/Ayam
Tongseng Pak Naryo Solo
Bintaro Utama Raya Sektor 3A No 41
Tangerang
Telpon: 021-71521770
Jl Raya Serpong Km 8 RT 004/02
Tangerang
(eka/Odi)