Nama Ibu Haji Ciganea terkenal sejak membuka rumah makan Sunda di Ciganea, Purwakarta sekitar 11 tahun silam. Saya justru penasaran, saat melihat papan namanya berubah menjadi Ibu Haji Cijantung, dengan singkatan IHC juga. Padahal rumah makan ini punya 18 cabang di Jakarta, Bandung dan Banten.
Dari luar salah satu cabang rumah makan yang ada di jalan raya Serpong ini tampak sederhana. Meja makan kayu ditata dalam dua ruangan terpisah, ber-AC dan non AC. Boleh dibilang di jam makan siang rumah makan ini selalu padat pengunjung.
Tak usah meminta menu, hanya ada menu minuman saja yang sudah direkatkan di ujung meja. Seperti rumah makan Padang, semua masakan yang dimasak hari itu disajikan di atas meja. Tinggal disantap saja, kecuali ada permintaan khusus. Bakul bambu berisi nasi hangatpun disajikan langsung.
Menu yang disajikan sederhana tetapi cukup lengkap. Ada ayam goreng yang tak terlalu kering, ikan mas goreng, bakwan tahu dan bakwan udang, hati ampela goreng, tahu dan tempe goreng, pepes oncom, ayam, teri, jamur dan tahu serta gepuk (empal). Kalau doyan sayuran bisa memesan karedok, pencok kacang panjang atau sayuran asam. Lalapan sayuran plus sambal dadak dalam wadah tanah liat pun disajikan sebagai pelengkap.
Cara makan yang paling pas, ya tentu cara Sunda, pakai tangan. Sayatan ayam kampung yang sedikit pucat ternyata rasanya empuk, gurih. Tak ada bumbu berlebihan, selain aroma bawang putih yang kuat. Senasib dengan ikan mas goreng yang tak terlalu garing. Lembut dagingnya dengan bumbu sama sederhananya. Tak ada aroma tanah di bagian perutnya! Benar-benar gurih!
Bumbu bersahaja bawang putih dan garam juga terasa kuat pada tempe dan tahu goreng. Pepes jamurnya memakai jamur merang yang dibalut irisan bumbu cabai, bawang merah, bawang putih dan serai. Demikian juga bakwan jagungnya, empuk sedikit pedas karena memakai campuran cabai merah.
Terus terang, masakan bu haji yang berbumbu sederhana ini justru menonjolkan rasa alami bahan yang harus bagus kualitasnya. Gurih wangi yang sederhana, jujur, toh mampu memberi kelezatan hebat. Andalan utama bu haji justru pada sambal dadaknya.
Sambal ini disajikan dalam wadah tanah liat dalam porsi yang royal. Ulegan kasar cabai merah, cabai rawit dan tomat merah sedikit berair. Cocolan pertama, justru terasa sengatan yang lezat, pedas, sedikit asam dan manis dengan aroma terasi yang harum. Benar-benar dahsyat, makin lama gigitannya yang garang makin terasa kuat!
Rasa asam, pedas dengan semburat manis ini justru makin enak disatukan dengan leunca, daun selada, kemangi, daun poh-pohan, terung dan timun sebagai lalapan. Rasa alami ayam dan ikan mas goreng justru jadi cantik dengan sentuhan sambal yang garang ini! Tak heran jika banyak pengunjung memesan 2 cobek sekaligus saat bersantap.
Dari info sang pelayan berseragam batik, tahulah saya pergantian nama menjadi Cijantung tak lain gara-gara pertikaian antara anak-anak bu haji. Masing-masing merasa paling berhak mewarisi nama Ciganea! Wah, apapun urusan keluarga mereka, yang penting sabetan masakan yang jujur dengan sambal yang dahsyat benar-benar jadi menu makan siang yang raos pisan!
Waktu membayar bon di kasir, kembali lagi saya menemukan harga yang jujur. Ayam goreng, ikan mas goreng Rp 9.500,00, bakwan Rp 3.000,00, tahu dan tempe goreng Rp 2.000,00, pepes tahu/teri/jamur Rp 3.500,00 dan lalapan sekeranjang plus sambal dahsyatnya Rp. 5.000,00. jadi per orang tak lebih dari Rp. 25.000,00.
Rumah Makan Sunda IHC Cabang Condet
Jl. Condet Raya No.102
Jakarta Timur
Rumah Makan IHC (Ibu Haji Cijantung)
Masakan Sunda
Jl. Raya Serpong, Tangerang Km 7
Banten
Telpon: 021-53150422
Rumah Makan Sunda IHC Cabang Bandung
Jl. Kemuning 15
Bandung
(dev/Odi)