Tersengat Tahu Gejrot dan Empal Gentong

Tersengat Tahu Gejrot dan Empal Gentong

- detikFood
Selasa, 26 Mei 2009 15:30 WIB
Jakarta - Jajanan sederhana khas kota udang ini selalu membangkitkan kenangan masa kecil. Tahu goreng yang renyah dipotong-potong dan dicampur dengan kuah sambal yang harum pedas dan gurih. Wah..rasanya sangat enak! Apalagi disajikan dengan piring kecil yang terbuat dari tanah liat, makin suedep saja rasanya!

Saat menyambangi Gading Batavia, saya melihat rumah makan khas Cirebon di salah satu rukonya. Hmm..tak ada salahnya mampir ke tempat ini pikir saya. Lagipula sudah lama sekali saya tak mencicipi empal gentong dan juga nasi lengko yang sudah jadi andalan kota udang tersebut.

Seporsi nasi lengko dan empal gentong jadi target utama makan siang saya. Melihat daftar menu makanan mereka ternyata di tempat ini tersedia tahu gejrot juga, wah..saya jadi teringat waktu kecil. Tanpa piir panjang lagi, saya langsung meemsan seporsi tahu gejrot.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Tahu gejrot ternyata datang lebih cepat dari dugaan saya. Disajikan dalam piring tanah liat berukuran kecil, kuah tahu gejrot berwarna cokelat pekat dengan jejak cabai rawit hijau dan bawang merah yang masih terlihat kasar. Saat mencicipi kuahnya, saya seperti tersengat. Rasa kuahnya cukup pedas, tapi tetap ada jejak rasa manis di akhirnya.

Kucuran keringat mulai bermunculan dari dahi saya, menyerutup teh poci pun sudah saya lakukan berulang kali untuk meredam rasa pedasnya. Meskipun bibir panas saya tak lantas kapok untuk menyantapnya. Renyah gurih si tahu yang bercampur dengan bumbu yang manis pedas dengan aroma bawang yang tajam, benar-benar jadi pengoba t rindu saya.

Nasi lengko dan empal gentong datang hampir bersamaan. Semangkuk empal gentong yang berkuah kuning pekat bertabur daun kucai yang sangat royal, harumnya empal gentong hampir saja membuat air liur ini menetes. Sluurp!

Empal gentong khas Cirebon sangat komplet isi, mulai dari babat, iso, dan sedikit irisan daging. Kuahnya kecokelatan agak butek. Mirip dengan kuah pindang daging. Rasanya gurih dengan wangi bawang yang kuat karena paduan kaldu daging dan santan encernya. Isiannya komplet sangat empuk dan gurih menandakan kalau dimasak cukup lama sehingga mendapatkan tekstur yang empuk tanpa perlawanan saat dikunyah. Taburan daun kucai yang royal mempercantik tampilannya dan juga menambah harum kuah empal gentong ini. Nyummy!

Sambil masih asyik menyerutup kuah empal gentong, nasi lengko pun langsung jadi sasaran berikutnya. Nasi rames gaya Cirebon ini sangat sederhana. Potongan tahu dan tempe yang digoreng setengah kering di taruh di atas nasi, diberi tauge, irisan kucai dan timun lalu disiram sedikit bumbu kacang dan diperciki kecap manis.

Rasa gurih hangat tempe dan tahu berpadu dengan sambal kacang yang juga gurih pedas. Sapuan rasa manis kecap manis membuat aksen rasa yang seimbang. Manisnya tidak terlalu kuat dan tegas tetapi cukup memberi sentuhan rasa yang enak. Buat saya tentu saja porsi nasinya terlalu banyak. Ya cocoknya memang nasi lengko disantap dengan kerupuk aci yang sederhana. Tapi sayangnya tidak ada kerupuk aci yang mendampinginya.

Meskipun tidak berada langsung di tempat asalanya, ternyata nasi lengko ini cukup murah Rp 10.000,00. Untuk tahu gejrot Rp 6.000,00 dan empal gentong Rp 14.000,00. Perut kenyang, rasa rindu pun terobati sudah.

Makanan Khas Cirebon
Gading Batavia, Food Promenade, Blok LC 09 No.26
Kelapa Gading Permai,Jakarta Utara
Telp: 021-45854425


(eka/Odi)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads