Menebus Rindu Soto Mangkuto

Menebus Rindu Soto Mangkuto

- detikFood
Sabtu, 27 Des 2008 11:57 WIB
Jakarta - Dalam mangkuk mungil racikan khas ranah minang ini sungguh menggoda. Kuahnya bening dengan suwiran daging plus suun dan perkedel. Aroma klabet dan cengkih yang menguap harum dari kuah yang mengepul sangat menggelitik hidung. Nyaris membuat air liur titik. Slruup... lemak nian!!!

Saat sedang menikmati kelegaan jalan Juanda karena libur Natal, tiba-tiba saya teringat sebuah sajian penuh nikmat di daerah Pasar Baru. Ya, Soto Padang Mangkuto! Hitung-hitung sudah nyaris 15 tahun saya tak mampir ke rumah makan ini. Rasa rindu bercampur lapar membuat saya segera menyusuri jalan Pintu Air yang juga sepi. Di antara jajaran toko gorden dan bahan interior dengan mudah saya temui rumah makan ini.

Nyaris tak ada yang berubah, papan nama di atas pintu masih sama. Juga kursi dan meja kayu sederhana di dalam rumah makan ini. Yang terasa beda hanyalah jajaran aneka makanan di atas meja. Kalau dulu meja hanya diisi mangkuk sambal dan kerupuk, kini ada kacang tojin, lapek bugis, keripik kentang, paru goreng, keripik sanjai, kerupuk jangek dan kerupuk kanji merah muda menyala!

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sejak dulu rumah makan yang buka sejak tahun 1987 ini hanya menjual soto Padang. Kalau di restoran Padang lainnya, soto hanya sebagai pelengkap menu maka di sini soto dijual sebagai satu-satunya menu. Semangkuk soto bisa dipesan, langsung dicampur dengan nasi atau dipisah.

Semangkuk soto Padang disajikan dalam mangkuk Cina mungil dengan tatakan piring kecil. Inilah ciri khas sajian soto Mangkuto. Hmm... langsung tercium aroma cengkih beradu klabet yang wangi lembut dari kepulan kuah soto yang panas. Sengaja saya hirup kuah ini tanpa tambahan apa-apa. Wouw... rasa kaldunya benar-benar rasa kaldu sapi yang kokoh, tanpa genangan lemak dan gurih berlebihan. Semuanya terasa alami, persis seperti dulu!

Suwiran daging sapi yang digoreng dan terendam kuah soto terasa gurih empuk dengan aroma bawang yang kuat. Suunnya juga tak terlalu liat dan perkedelnya dibuat tanpa campuran apa-apa sehingga rasa kentangnya sangat dominan. Setelah saya aduk dengan  sedikit sambal cabai merah rebus (yang jadi ciri khas soto ini) plus sedikit kucuran air jeruk nipis, rasa kaldunya jadi makin dahsyat saja!

Serpihan kerupuk kanji shocking pink plus bawang merah goreng yang sudah melempem karena terendam kuah panas justru terasa makin enak. Lembek-lembek gurih! Paru goreng yang disediakan terpisah dalam kantong plastik pun saya potong-potong kecil dan menjadi pelengkap yang renyah gurih. Tak terasa nasi putih yang disajikan dalam porsi kecil dan semangkuk soto inipun tuntas dalam hitungan menit. Karena mangkuknya mungil maka banyak pengunjung yang selalu menambah porsi. Tambo ciek!

Rumah makan mulai dipadati pengunjung dan saya tak melewatkan kesempatan untuk menumpas rasa pedas gurih di lidah dengan sebungkus lapek bugis. Lapek bugis atau kue mendut (sebutan orang Jawa) atau bugis, dibungkus daun pisang muda kuning cantik. Kue ini terbuat dari ketan hitam dengan enten (adonan kelapa dan gula) putih. Gigitan pertama teras mulur lembut dengan sapuan enten yang lembut legit. Hmm... pas sebagai sajian penutup soto nostalgia ini!

Dalam hati kecil saya merasa bangga dengan kegigihan keluarga Haji Mangkuto untuk terus memelihara warisan kuliner ini. Keaslian cita rasa soto ini terus dipelihara dari generasi ke generasi. Tak perlu jauh ke ranah Minang, di Pasar Baru yang legendaris semangkuk kenikmatan kuliner negeri ini bisa dicicipi!

Saat membayar semangkuk soto nikmat, saya juga merasa puas, tak terlalu mahal. Kini, semangkuk soto dihargai Rp. 19.000,00, nasi putih Rp 5.000,00, kue bugis Rp 2.000,00 dan paru goreng Rp 10.000 per bungkus.

'Soto Padang'
H.St.Mangkuto
Jl. Pintu Air No.26, Pasar Baru
Jakarta
Telpon: 021-3857375
Jam buka: 10.00 – 21.00


(dev/Odi)

Hide Ads