
Jakarta - Setelah kecewa dengan sajian steak saat makan malam di sebuah resto populer di Bandung, siang itu kami menuju ke Jl. Sawunggaling. Felix Sienatra, sang executive chef sekaligus pemilik the Wind Chime menyambut kami dengan senyum lebar. Resto berkapasitas 70 tempat duduk ini menempati sebuah paviliun rumah lama yang terawat baik. Jendela kayu yang tinggi, dengan ruangan yang didominasi warna kayu cokelat tua dan hitam memberi nuansa kolonial yang serasi. Menelusuri daftar hidangan dalam buku menu yang tebal, kami menemukan wagyu beef, matsuzaka beef, escargot yang tak lazim ada di resto western style di Bandung. Belum lagi sejumlah saus dan bahan yang sangat detil didiskripsikan oleh chef Felix. Chef muda yang penuh idealisme ini memang ingin memperkenalkan 'the real western food'. Ia memegang konsep 'taste the real taste'. Karenanya ia tak menyediakan saus cabai atau saus tomat botolan. Konsep cita rasa alami dan segar ini juga dilakukan dengan memakai berbagai rempah segar yang ditanam sendiri dalam pot dan disusun di pinggir jendela. Pengalamannya di Singapura, Australia dan Karibia membuat sentuhan 'melting pot' sangat kuat pada racikan hidangannya. Itulah yang kami temui pada Individual baked mixed wild mushrooms tart with tarragon cream sauce and Balinese spiced tomato confit sebagai pembuka. Kulit pie-nya sangat renyah gurih dengan adonan isi dari berbagai jenis jamur (portabello, champignon, ear, straw) menebar aroma 'tanah' yang sangat segar, cocok dengan aroma harum tarragon pada saus krim dan sentuhan segar bumbu Bali. Sebuah perkawinan atau 'fusion' yang sangat sukses! Pada sajian kedua Crisp fried soft shell crab with kabayaki sauce, kepiting lemburi dibalut tepung dan digoreng kering, ditaruh di atas irisan sayuran plus siraman saus kabayaki dan taburan keripik ubi kuning yang diiris panjang tipis. Bukan hanya penampilan yang cantik, rasa renyah gurih kepiting lemburi, makin mantap dengan cocolan saus kabayaki (yang tak lain saus unagi) yang beraroma soya plus jejak air jeruk yang sedikit asam. Karena perut sudah agak penuh, tawaran steak wagyu beef dari sang chef terpaksa kami lewatkan. Kami memilih mencicipi Nori dusted barramundi with shrimp mousse. Potongan fillet ikan dibalut rempah charmoula seasoning yang terdiri dari ketumbar, merica, adas, kayumanis. Pada gigitan pertama terasa aroma harum dan rasa 'kres' ketumbar yang sangat renyah dan segar. Apalagi saat dicelup shrimp bisque sauce, sebuah modifikasi cerdik dari bisque (sup kental) yang dibuat saus. Konsep contemporary cuisine yang dianut sang chef memberi rasa global pada tiap sajian yang diracik langsung olah sang chef. Bahkan beberapa tamu selalu berdiskusi dengan sang chef untuk jenis bumbu dan cara memasak yang diinginkan. Untuk sebuah sajian yang sempurna ini perlu sedikit kesabaran menunggu. Belum lagi godaan aroma harum selalu menguap dari open kitchen yang ada di bagian belakang resto. Kegilaan kami akan dessert, membuat kami nekad mencoba 3 jenis dessert yang sudah membuat air liur menetes saat membaca namanya. Poached Australian pear with red wine, cardamom, cinnamon and home made ice cream, sebenarnya tak beda dengan poached pear biasa. Hanya saja chef Felix memberi racikan rempah yang sangat seimbang aromanya. Hasilnya, pir yang kemerahan tetap lembut beraroma harum rempah dan sangat pas dengan es krim vanilla yang juga sangat harum. Rasa cokelat yang benar-benar pekat lekat sangat lembut mengelus lidah saat sepotong Flourless chocolate cake with chocolate stick and chocolate sauce kami cicip. Cake cokelat tanpa tepung terigu inipun tak terasa licin tandas dari piring berikut sausnya! Tiga lapis mousse yang didinginkan disajikan cantik dalam piring dengan sentuhan strawberry coulis dan cream, bernama Three layers semifredo with orange and strawberry coulis and cream. Kamipun harus menyerah tak mampu menghabiskan mousse yang sangat lembut dan enak ini karena perut sudah benar-benar penuh! Inilah pengalaman pertama kami menikmati 'the real taste of western food' di kota kembang. Meminjam istilah teman saya, resto ini memang 'dedemit' alias 'die die must try'! Senyum riang chef Felix mengiringi kami pulang. Ya, suatu hari kami harus kembali untuk steak wagyu beef dan escargots berlapis mentega berempah!The Wind Chime by Chef FelixContemporary CuisineJl. Sawunggaling 10 aBandungTelepon : 022-423-9963Jam buka : 10.00 - 22.00Harga : mulai Rp. 15.000 - Rp. 590.000,00
(ely/)