Saraso: Persekutuan Bumbu Peranakan dan Rempah Minang yang Unik

Saraso: Persekutuan Bumbu Peranakan dan Rempah Minang yang Unik

- detikFood
Selasa, 01 Jul 2014 16:00 WIB
Foto: Detikfood
Jakarta - Anda menghindari makan masakan Minang karena terlalu pedas? Datang saja ke restoran peranakan Padang ini. Citarasanya sudah disesuaikan dengan selera modern, sehingga aman bagi lidah yang terlalu sensitif.

Masakan Minang dikenal akan penggunaan santan yang royal, bumbu yang pekat, serta rasa yang pedas. Berbeda dengan Saraso yang menyajikan hidangan Minang yang sudah disesuaikan dengan keragaman selera para pelanggan di Jakarta.

Anda bisa memesan hidangan yang tertera di buku menu atau meminta lauk-lauknya dihidangkan di meja seperti layaknya di restoran Minang. Uniknya, setiap nama hidangannya disertai huruf katakana. Ah, serasa bersantap di restoran Jepang!

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dari lauk yang disuguhkan di meja, kami tertarik mengambil dendeng batokok cabai merah (Rp 54.000 untuk 2 potong). Hidangan ini seperti perpaduan dendeng batokok dan dendeng balado. Dagingnya basah dengan tuangan sambal cabai merah di atasnya. Di bawahnya tampak genangan minyak kemerahan.

Potongan dagingnya mungkin dimemarkan sedikit saja karena teksturnya masih terasa agak kenyal dan tak begitu gepeng. Dagingnya berwarna cokelat dengan bagian dalam bersemburat pink, terasa agak basah karena digoreng dan disiram sambal yang berminyak.

Kalau tak kuat pedas, jangan takut menyantap sambalnya. Kelihatannya saja garang, padahal saat disantap tak membakar lidah karena cabai merah besar yang diulek kasar telah dibuang bijinya.

Saat sambal disantap bersama dagingnya, ada tekstur sedikit kenyal berpadu licinnya cabai ulek yang berminyak. Sambalnya yang terasa pas di lidah membuat hidangan ini terasa sedap.

Tak lengkap rasanya ke restoran Minang tanpa mencicipi hidangan berkuah santannya. Kami mencicipi ikan alu-alu tauco (Rp 23.000) dengan kuah santan berwarna keemasan yang sedikit berminyak. Rupanya, ikan alu-alu adalah ikan barakuda.

Baru kali ini mencicipi daging ikan alu-alu, ternyata teksturnya agak padat dan tak berbau amis. Kuah santannya terasa nikmat dan meresap ke dalam ikan meski sedikit terlalu asin. Aroma dan rasa tauco terasa halus saja. Beberapa butir petai dan irisan cabai hijau menambah cita rasa dan memperkaya aroma hidangan. Sedap disantap bersama nasi hangat!

Kalau ke Saraso, jangan lupa memesan sayur terung balado (Rp 12.000). Jika biasanya terungnya dipotong-potong, di sini terung dibiarkan utuh, hanya dikerat. Mirip terung gaya Szechuan. Di belahannya itulah sambal yang diulek agak kasar dituangkan. Di bawahnya tampak sedikit genangan minyak kemerahan yang tampak menggiurkan.

Permukaan terungnya sedikit keriput, namun warna ungunya masih terlihat cantik. Entah digoreng atau dipanggang sebentar, di balik kelembutan tekstur terungnya terasa taburan garam yang pas. Di makan begitu saja sudah enak, apalagi bersama sambalnya.

Hidangan Minang memang terkenal kelezatannya, namun selalu menimbulkan rasa bersalah setelahnya. Bagaimana tidak, penggunaan santan dan minyak yang royal membuat kita was-was akan kadar kolesterol dalam darah.

Sebagai penetralnya, Saraso menyediakan lima macam jus campuran bermacam-macam buah. Kami memesan Organic Farm Essence (Rp 25.000) yang disebut-sebut dapat melindungi sistem pencernaan. Warnanya oranye cerah. Saat diseruput, terasa perpaduan pepaya dengan aroma wortel yang khas. Sedikit air jeruk lemon menjadi penyegar jus ini.

Kami juga mencoba Stamina Booster (Rp 30.000) yang berwarna ungu pekat dengan biji hitam dan putih dari buah naga merah dan strawberry. Jus kental ini terasa sedikit asam karena diberi air lemon. Ada sedikit sensasi menyengat di awal seruputan.

Rupanya Aldo Massali, Direktur Saraso, merupakan keturunan Tionghoa-Padang. Makanya ia menyajikan hidangan peranakan Padang. Hal ini terlihat dari penggunaan tauco, bumbu yang berasal dari Tiongkok, di dalam sajian a la Minang.

Karena itu pulalah hidangannya dibuat mild. Santannya tak begitu kental, rempah dan bumbunya tak 'nonjok', pedasnyapun samar-samar. Aldo menyesuaikan dengan pelanggannya yang kebanyakan orang kantoran Jakarta serta ekspatriat dari Jepang, Korea, dan Barat. Makanya, buku menunya disertai deskripsi dalam Bahasa Inggris dan Jepang serta menampilkan foto penunjang.

Restorannyapun didesain dengan sentuhan Minang modern. Pada dindingnya tampak songket, panel kayu bergambar atap rumah gadang, serta tiga gambar wanita berpakaian Minang dengan ekspresi lucu yang menjadi ciri khas Saraso.

Aldo ingin membawa hidangan Minang ke tingkat yang lebih tinggi dengan konsep affordable luxury di restoran bersuasana nyaman. Nanti, wajan-wajan di atas anglo yang kini hanya jadi pajangan akan diisi dengan hidangan-hidangan yang bisa diambil sendiri oleh pelanggan. Dangerously delicious!


Saraso
Citywalk Sudirman lantai 1
Jakarta Selatan
Telepon: 021-25558783
Website: http://sarasoindonesia.com/

(fit/odi)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads