Dari luar bangunan Roemahkoe Heritage Hotel ini tampak seperti rumah kuno jaman Belanda. Saat memasuki halaman barulah terasa nuansa segar dan asri. Bangunan rumah yang didirikan tahun 1938 ini masih terawat bagus dan menyediakan 13 kamar dalam 3 tipe. Meskipun belum sempat menginap di rumah yang dimiliki oleh Ny.Nina Akbar Tanjung ini, saya menyempatkan diri untuk bersantap malam di sini.
Rumah yang berlokasi di kawasan Laweyan ini memilki beranda luas berlantai marmer seperti layaknya rumah kuno. Begitu menginjakkan kaki di beranda ini saya langsung teringat rumah nenek yang bergaya sama. Restoran Laras ada di bagian dalam, atau tengah rumah dan ditata dengan kursi kayu dan meja marmer kuno.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dafar menu yang disodorkan memuat beragam hidangan tradisional dan hidangan gaya kolonial. Ada bihun dan bakmi godog, nasi goreng juragan, nasi goreng Laweyan, dan nasi sayur bening 'roemahkoe'. Untuk meredam cuaca dingin karena hujan, sayapun memesan sup misoa bakso. Sebagai pengisi perut bakmi godog dan nasi goreng ngabehi.
Sambil menanti makanan disiapkan, sayapun berkeliling rumah, melihat ruang batik (sayang sekali karena sudah malam tak ada lagi kegiatan membatik), perpustakaan dan ruang gamelan. Sebuah penyatuan unsur budaya yang sangat menarik. Selain bisa berbelanja batik, juga bisa belajar membatik.
Semangkuk sup misoa panas mengepul disajikan dalam mangkuk. Aroma gurihnya langsung tercium. Dulu nenek selalu membuat sup ini dengan paduan oyong atau bayam. Slruuup... sesendok misoa yang lembut berikut kuahnya langsung menghangatkan tenggorokan. Ada suwiran daging ayam dan irisan bakso yang melengkapi sup ini. Rasa gurih kaldu ayam diimbangi dengan harum aroma bawang yang enak!
Tampilan bakmi godog dalam piring cekungpun tak kalah menggiurkan. Kuahnya agak kental 'nyemek' diselingi irisan daun kol, daging ayam, bawang merah goreng, tomat dan 2 buah cabai rawit hijau melengkapinya. Gurih bawang dan sedikit gigitan pedas merica menjadi aksen kuat kuah bakmi rebus ini. Sangat pas dinikmati saat udara terasa dingin.
Yang unik justru menu baru yang kami pilih, nasi goreng ngabehi. Berbentuk bulatan dengan taburan abon sapi, serutan keju Cheddar, irisan timun dan tomat. Kalau nasi goreng biasa diberi campuran telur, maka nasi goreng ini diaduk dengan telur dan dibalut dengan tepung panir. Tentu saja rasanya sangat renyah gurih. Apalagi saat diaduk dengan potongan telur rebus, keju dan abon sapi khas Solo yang legit wangi. Benar-benar sebuah paduan rasa yang elok!
Santapan bergaya rumahan ini sengaja saya nikmati perlahan bersama teh poci gula batu yang 'nasgitel'. Sebagai penutupnya, wedang Cemol yang wangi semerbak. Wedang ini disajikan dalam gelas tinggi, menebarkan aroma jahe, serai, kayumanis dan gula merah yang wangi. Isiannya berupa roti panggang yang dipotong kecil, serutan kelapa muda dan butiran biji kacang hijau yang gurih renyah.
Meskipun malam itu hujan masih terus turun tetapi santap malam kali ini benar-benar memuaskan. Terutama saya bisa melacak kembali kelezatan masakan nenek. Lain kali memang saya harus kembali, tak hanya makan tetapi menginap di Roemahkoe. Menapaki kembali kenangan indah masa kecil di rumah yang nyaman ini!
Laras Restaurant
Roemahkoe Heritage Hotel
Jl. Dr.Rajiman 501, Laweyan
Solo
Telpon: 0271-714024
Buka: 10.00-22.00 WIB
Harga: Makanan: Rp.17.500-Rp.55.000,00, Minuman mulai Rp. 5.000,00
(eka/Odi)

KIRIM RESEP
KIRIM PENGALAMAN