Jika menyusuri trotoar Jalan Cimandiri, Kota Bandung tepatnya di belakang Gedung Sate, lapak jualan sate Jando mudah dikenali. Karena selalu dijejali antrean pembeli. Jalan Cimandiri pun ngebul karena asap pembakaran sate.
Terutama saat jam makan siang, lapak sate Jando tak pernah sepi. Mereka rela antre berjam-jam untuk bisa menikmati seporsi sate Jando.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
Ngatemi pada tahun 1990 harus pindah berjualan di belakang Gedung Sate. Sejak saat itu, ia tidak lagi berkeliling melainkan berjualan di trotoar dibantu keluarganya hingga kini.
"Sejak pindah jualan keluar, namanya jadi berubah sate Jando bu Ayu. Yang kasih nama konsumen," kata cucu Ngatemi, Indah Pratiwi kepada detikFood, Selasa (26/11/2019).
Sate Jando sendiri berasal dari daging kelenjar payudara sapi. Teksturnya lembut dan gurih membuat sate Jando ini diburu konsumen.
![]() |
Kenikmatan sate Jando diperkuat bumbu kacang yang berbeda dari sate pada umumnya. Teksturnya lebih kental dan terasa campuran rempah-rempah yang pekat dan harum.
Pembelinya bukan hanya dari Jakarta tetapi juga orang Korea, pernah mampir jajan sate di sini. Tak terkecuali Wagub Jabar UU Ruzhanul Ulum juga pernah mampir untuk mencicipi sate Jando.
"Banyak dari Jakarta, sama orang Korea juga pernah mampir. Pak UU juga pernah, terutama pegawai gedung Sate," ucap dia.
![]() |
Satu porsi sate Jando dibanderol Rp 23.000 dan kalau tambah lontong menjadi Rp 25.000. Selain sate Jando, tersedia juga sate ayam dan sapi dengan harga yang sama.
Sate Jando buka setiap hari pukul 08.30 WIB hingga malam hari untuk hari biasa. Sedangkan akhir pekan lebih awal mulai pukul 07.00 WIB hingga malan hari.
![]() |
"Kalau hari biasa ramainya pas jam makan siang. Kalau akhir pekan ramai terus," ujar Indah.
(odi/odi)