Seru! Mie Ayam Terbang Ini Dilempar-lempar Sebelum Disajikan

Mie Gerobak Enak

Seru! Mie Ayam Terbang Ini Dilempar-lempar Sebelum Disajikan

Pradito Rida Pertana - detikFood
Kamis, 07 Nov 2019 10:30 WIB
Foto: Pradito Rida Pertana/dok. detikcom
Yogyakarta - Seorang penjual mie ayam punya cara unik saat memasak mie. Ia melakukan atraksi dengan melempar-lempar mie ke udara sebelum menaruhnya ke dalam mangkuk. Seru!

Berkat atraksinya warung mie ayam terbang di Jalan Kolonel Sugiyono, Kelurahan Brontokusuman, Kecamatan Mergangsan, Kota Yogyakarta ini ramai dipadati pengunjung. Bahkan, dalam sehari warung mie ayam terbang mampu menjual ratusan porsi.

Mampir ke warung mie ayam terbang yang berlokasi di simpang empat Taman Siswa, kami melihat seorang pria bertopi tengah melempar mie yang diambil dari dalam panci. Selanjutnya, dengan menggunakan serok, ia mulai melempar mie di dalam serok setinggi sekitar 1-1,5 meter beberapa kali lalu menaruhnya ke dalam mangkuk.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Seru! Mie Ayam Terbang Ini Dilempar-lempar Sebelum DisajikanFoto: Pradito Rida Pertana/dok. detikcom

Tak urung, aksi itu memancing perhatian pengunjung, bahkan tak sedikit yang merekam video hingga mengabadikan momen tersebut. Penasaran dengan rasa mie ayam yang proses memasaknya unik ini, kamipun memesan 1 porsi mie ayam terbang.

Dari segi penampilan, mie ayam ini hampir sama dengan mie ayam pada umumnya. Namun, topping sawi dan potongan ayam pada mie ayam tersebut cukup banyak. Masih ditambah lagi 2 buah pangsit goreng di atasnya.

Sedangkan ukuran mienya sendiri lebih kecil dengan tekstur lembut dan mulur. Dalam suapan pertama langsung terasa gurih yang agak kuat pada bumbunya.

Seru! Mie Ayam Terbang Ini Dilempar-lempar Sebelum DisajikanFoto: Pradito Rida Pertana/dok. detikcom

Pemilik warung mie ayam terbang, Ali Fauzi (53), atau yang biasa dipanggil Cak Uji menjelaskan, bahwa atraksi melempar mie tersebut ia pelajari saat ikut berjualan mie ayam di Cianjur, Jawa Barat pada tahun 1987. Menurutnya, atraksi tersebut sebagai pembeda dengan penjual mie ayam lainnya.

"Tahun 1987 kan booming mie ayam, dan karena banyak saingannya saat itu (di Cianjur) harus punya ciri khas sendiri . Terus secara otodidak saya mulai latihan, karena saat itu saya belum lincah," katanya saat ditemui di warung mie ayam miliknya, Selasa (5/11/2019) tengah malam.

Setelah ikut berjualan mie ayam di Cianjur, pria kelahiran Desa Kembangan, Kecamatan Sekaran, Kabupaten Lamongan, Jawa Timur ini memutuskan untuk membuka usahanya sendiri di Yogyakarta. Hal itu karena Cak Uji telah memiliki modal yang cukup, terlebih ia mendapatkan istri orang Gunungkidul.

Seru! Mie Ayam Terbang Ini Dilempar-lempar Sebelum DisajikanFoto: Pradito Rida Pertana/dok. detikcom

Setelah mendapat tempat untuk berjualan, barulah pada tahun 1991 ia membuka warung mie ayamnya sendiri di pinggir Jalan Kolonel Sugiyono. Dengan mengembangkan teknik melempar mie yang ia pelajari di Cianjur, Cak Uji menerapkannya di Yogyakarta.

"Jadi pas buka di Jogja itu saya sambil latihan juga, pertama yang melempar itu rendah-rendah dulu terus saya kembangkan sampai bisa melempar mie dengan tinggi. Pernah gagal juga itu karena ada yang lewat belakang saya, terus jadi buyar konsentrasinya," katanya.

Menurutnya kunci keberhasilan saat melakukan atraksi lempar mie adalah pada kualitas mie yang harus bagus, mie yang digunakan tidak mudah putus meski sudah dalam kondisi matang. Karena itu, untuk menjaga kualitas mienya, Cak Uji memilih untuk membuat mie sendiri.

Seru! Mie Ayam Terbang Ini Dilempar-lempar Sebelum DisajikanFoto: Pradito Rida Pertana/dok. detikcom

"Karena itu saya milih membuat mie sendiri. Terus selain perlu keahlian khusus untuk melempar mie, yang perlu diperhatikan itu adalah seroknya, harus pilih yang bagus agar saat mie dilempar tidak ada yang nyantol di serok," ujar pria yang sudah 29 tahun berjualan mie ayam ini.

"Dan agar konsentrasi terjaga, kalau mau atraksi saya kasih kode ke teman yang membantu saya dengan mengetukkan sumpit ke pinggiran panci sebanyak 2 kali, tek-tek gitu. Tujuannya biar tidak ada yang lewat belakang saya saat melempar mie ke atas," imbuh Cak Uji.

Atraksinya saat memasak mie ayam sempat mendapat cibiran dari banyak orang. Pasalnya saat itu banyak penjual mie ayam yang bermunculan di Yogyakarta.

"Tdak sedikit orang-orang yang mencibir, tapi saya tetap tenang. Karena saya tidak hanya menjual astraksi, tapi rasa juga, karena mie ayam saya ini pakai kuah khusus bukan kuah beningan itu. Terus mie yang saya pakai buatan sendiri jadi bebas formalin," ucapnya.

Seru! Mie Ayam Terbang Ini Dilempar-lempar Sebelum DisajikanFoto: Pradito Rida Pertana/dok. detikcom

Alhasil, atraksinya itu menjadi berkah tersendiri bagi pria yang saat ini tinggal di Kelurahan Sorosutan, Kecamatan Umbulharjo, Kota Yogyakarta ini. Terlebih, warung mie ayam miliknya memiliki waktu buka yang berbeda dengan lainnya.

"Saya milih jualan di Jogja karena istri orang Gunungkidul, dan supaya bisa lebih dekat dengan orang tua. Selain itu, di Jogja kan banyak mahasiswa juga dan kalau malam suka cari makan, karena itu saya bukanya (warung mie ayam) dari jam 6 malam sampai jam 1 pagi," katanya.

Cak Uji menambahkan, dalam sehari ia mampu menghabiskan sekitar 25 kilogram mie. Bahkan, dalam sehari ia mampu menjual ratusan porsi. Sedangkan untuk harga satu porsi mie ayam terbang ia banderol Rp 10.000dan untuk minuman Rp 2.000.

"Untuk hari biasa paling bisa menjual 200-250 porsi, dan kalau malam Minggu itu bisa menjual 300 porsi," katanya.

Seru! Mie Ayam Terbang Ini Dilempar-lempar Sebelum DisajikanFoto: Pradito Rida Pertana/dok. detikcom

Salah satu pengunjung, Oni Purnomo (52) mengaku bahwa ia kerap menikmati mie ayam olahan Cak Uji. Bukan tanpa alasan, hal itu karena ia sudah berlangganan mie ayam tersebut sejak tahun 90an.

"Saya sudah langganan makan di sini sejak saya pacaran sama suami saya. Jadi sudah sekitar 20 tahun saya langganan di sini, dari harganya dulu masih Rp 500 pokoknya," kata Oni.

Warga Kelurahan Sorosutan, Kecamatan Umbulharjo, Kota Yogyakarta ini mengaku menjadikan mie ayam terbang sebagai langganannya bukan karena atraksi memasak mie Cak Uji, namun karena rasa mie ayam yang sesuai dengan lidahnya. Mengingat ia bukan pecinta mie ayam dengan rasa manis.

"Menurut saya rasanya pas di lidah saya sama suami ya, karena kebanyakan mie ayam di Jogja kan manis dan ini lebih ke gurih. Terus dari jaman dulu sampai sekarang rasanya tidak berubah, itu yang bikin saya tetap memilih makan mie ayam di sini," ucapnya.




(adr/odi)

Hide Ads