Berlokasi di Dusun Jembangan, Desa Segoroyoso, Kecamatan Pleret, Bantul, warung sate kuda 'Segoro Roso' mudah ditemukan. Karena lokasinya berada di pinggir jalan Segoroyoso. Penasaran dengan rasa sate kuda yang terkenal di Kabupaten Bantul ini, detikfood mencoba mencicipi satu porsi sate kuda lengkap dengan nasi.
Sate kuda disajikan hangat berupa 4 tusuk sate kuda, lalapan dan sepiring nasi hangat. Sekilas, penyajian sate kuda tidak berbeda dengan sate kambing, namun perbedaan menonjol terdapat pada irisan daging yang lebih besar.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
Dari segi tekstur, daging kuda yang diolah menjadi sate ini memiliki tekstur serat yang lebih kasar dibanding sate kambing atau sapi. Hal itu membuat pengunjung harus sedikit ekstra kuat saat mengunyah satu persatu daging sate kuda tersebut.
Kendati demikian, terdapat pula beberapa potong daging kuda yang bertekstur empuk. Terjejak rasa bumbu rempah dan didominasi rasa gurih. Bumbu kacangnya juga gurih renyah.
Mutjinem (63), pemilik warung Serogo Roso mengatakan, bahwa ia telah menjual sate kuda sejak 13 tahun yang lalu, tepatnya setelah gempa tahun 2006. Menurutnya, ia memilih olahan sate kuda karena saat itu belum ada yang menjual sate kuda di Desa Segoroyoso.
![]() |
"Selain itu karena di sini (Segoroyoso) ada tempat jagal kuda, jadi saat itu yang memperoleh daging kuda agak gampang," ujarnya di sela-sela membakar beberapa tusuk sate kuda di warung Segoro Roso, Dusun Jembangan, Desa Segoroyoso, Kecamatan Pleret, Bantul, Minggu (31/3/2019).
Menurut Mutjinem sebelum warung satenya terkenal dan ramai pengunjung seperti saat ini, ia sempat mengalami masa-masa sulit. Hal itu karena belum banyak masyarakat yang mengenal sate kuda.
Padahal, menurut warga Dusun Jembangan, Desa Segoroyoso, Kecamatan Pleret ini, daging kuda memiliki banyak khasiat positif untuk tubuh. Seperti meningkatkan stamina, menyembuhkan penyakit asma, diabetes bahkan rematik. Selain itu, sate kuda sendiri rendah kolesterol dan tidak menyebabkan darah tinggi, sehingga aman untuk dikonsumsi segala usia.
"Banyak prihatinnya (susahnya) kalau dulu, pernah sehari itu hanya habis 2 sampai 3 kilogram daging kuda. Dan itu berlangsung selama 3 bulan setelah buka, setelah tiga bulan itu baru meningkat-meningkat sampai 10 kilogram daging kuda perhari," ucapnya.
Sedangkan saat ini, dalam sehari saja Mutnijem mengaku mampu menghabiskan 30-40 kilogram daging kuda. Karena banyaknya daging kuda yang dibutuhkan, saat ini Mutjinem harus membeli daging kuda yang berasal dari luar pulau Jawa.
"Sebenarnya selain sate kuda ada juga tongseng kuda, empal kuda, sate torpedo kuda, sate sapi dan soto sapi di sini (warung sate kuda Segoro Roso). Tapi yang jadi andalan dan digemari tetap sate kudanya," ujar Mutjinem.
![]() |
Mutjinem menambahkan, untuk satu porsi sate kuda sendiri ia banderol dengan harga Rp 25 ribu, berisi 5 tusuk sate kuda. Sedangkan untuk satu porsi tongseng daging kuda dan otak kuda serta torpedo kuda juga dibanderol dengan harga Rp 25 ribu.
"Tapi kalau pakai nasi atau lontong hanya 4 tusuk sate kudanya, terus sate kudanya juga ada dua macam penyajian. Jadi kalau pakai nasi tidak pakai saus kacang, seperti penyajian sate kambing itu, tapi kalau pakai lontong baru dikasih saus kacang," ucapnya.
"Di sini juga ada juga empal kuda, harganya Rp 14 ribu. Kalau kurang suka daging kuda ada sate sapi sudah sama nasi Rp 27 ribu dan soto sapi Rp 8 ribu," imbuh Mutjinem.
Untuk minuman, warung milik Mutjinem menyediakan beragam jenis minuman seperti teh panas/es, jeruk panas/es dengan harga Rp 3 ribu. Selain itu, warung sate kudanya buka setiap hari.
"Bukanya dari jam 9 pagi sampai jam 9 malam," pungkasnya. (lus/odi)