Masyarakat setempat mayoritas bermata pencaharian sebagai petani. Berbagai sayur mayur tumbuh subur di tanah Polobogo, mulai dari cabai, kol, tomat, kacang panjang, sawi putih, hingga lobak. Namun khusus untuk wilayah perkebunan, Desa Polobogo mempunyai andalan durian dengan kualitas istimewa.
"Total luas kebun durian di desa kami ada 27 hektare. Sedangkan wilayah persebarannya ada di sembilan dusun," ujar Kepala Desa Polobogo, Dwi Pristiwaningsih, kepada detikcom, Sabtu (23/2/2019).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
"Selain untuk mempromosikan, kami juga berencana membangun agrowisata di sini. Semacam gardu pandang yang berlatar luasnya danau rawa pening. Jadi makin asyik, makan durian sambil piknik," cetus Dwi sembari tersenyum.
Dimulai sejak pagi, pantauan detikcom menunjukkan jumlah pengunjung, makin siang makin meningkat. Bahkan menurut Dwi, sampai siang hari jumlah tiket yang laku sudah lebih dari 100 tiket.
"Wah kalau seratus lebih yang laku. Pokoknya nggak rugi deh, bayangkan hanya bayar Rp 90 ribu bisa makan sampai puas, dimana lagi kalau nggak disini ?,' canda Dwi.
![]() |
Salah satunya adalah Rofiq, lelaki yang berprofesi sebagai penjual bunga ini sengaja mampir seusai bekerja. Ia mengaku pagi tadi dari luar kota dan menyempatkan mampir ke Bukit Kuncen karena ingin mencicipi durian Polobogo.
"Saya pagi tadi dari Solo kirim bunga, lalu dapat info kalau ada agenda pesta durian disini. Selesai kerja langsung tancap gas," jelas Rofiq. Ia menambahkan sengaja makan sedikit untuk persiapan makan durian. Menurutnya, yang penting makan nasi dulu sebelum makan durian walau hanya sedikit.
"Tadi saya makan abis enam besar-besar. Saya makan sendiri, sengaja biar puas. Yang penting tadi makan nasi, dan sengaja sedikit supaya perut muat banyak durian," canda Rofiq sembari tertawa.