Ribuan Warga Berebut Nasi Berkat Tradisi Buka Luwur Sunan Kudus

Ribuan Warga Berebut Nasi Berkat Tradisi Buka Luwur Sunan Kudus

Akrom Hazami - detikFood
Kamis, 20 Sep 2018 10:30 WIB
Foto: Akrom Hazami/detikcom
Jawa Tengah - Nasi berbungkus daun jati dikenal sebagai nasi berkat. Karenanya diperebutkan dalam Buka Luwur Makam Sunan Kudus pagi ini.

Ribuan orang warga Kabuaten Kudus dan sekitarnya memadati kompleks Menara Kudus, yang terletak di Kauman, Kecamatan Kota, Kudus, Kamis (20/9/2018). Mereka mengantre memperebutkan nasi berkat, yang merupakan rangkaian Buka Luwur Makam Sunan Kudus.

Pantauan di lokasi, warga berjubel antre selepas subuh. Sampai sekitar pukul 08.00 WIB, antrean warga masih padat. Panitia membagi barisan pria dan wanita secara terpisah. Hal itu untuk memudahkan pembagian nasi dengan bungkus daun jati.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Tradisi yang diselenggarakan 10 Muharram ini merupakan agenda rutin setiap tahun. Tradisi buka luwur, merupakan ritual keagamaan yang menandai penggantian kelambu di Makam Sunan Kudus.

Ribuan Warga Berebut Nasi Berkat Tradisi Buka Luwur Sunan KudusFoto: Akrom Hazami/detikcom

Sunandar, seorang warga asal Desa Bae, Kecamatan Bae, mengaku baru pertama antre agar mendapatkan nasi berkat. Pada tahun sebelumnya, dia penasaran dan belum sempat ikut antre.

"Baru tahun ini bisa ikut. Saya sempatkan antre biar dapat nasi berkat. Tak peduli berdesakan di dalam antrean," kata pria 35 tahun di lokasi antre nasi berkat.

Warga mempercayai, nasi bungkus yang diperoleh dari prosesi buka luwur akan membawa berkah bagi kehidupan. Sejumlah warga yang mendapatkan tampak semangat menyantapnya bersama rekan-rekannya.

Warga juga ada yang memanfaatkan nasi tersebut untuk bahan campuran makanan ayam atau ternak lain dengan harapan tidak mudah terserang penyakit.

Sejumlah anak juga ikut antre berebut nasi berkat. Di antaranya adalah Abdul Rozak, warga Desa Garung Lor, Kecamatan Kaliwungu, Kudus. Dia bersama temannya sengaja berangkat lebih pagi setelah subuh agar bisa dapat nasi.

Ribuan Warga Berebut Nasi Berkat Tradisi Buka Luwur Sunan KudusFoto: Akrom Hazami/detikcom

"Antre tadi habis subuh. Lumayan ini sudah dapat nasi berkat. Rencana mau saya makan sendiri," kata Rozak.

Bayu Aji, pengantre lain, warga Garung Lor, mengaku memang sengaja berebut nasi berkat di acara rutin ini. "Saya akan bawa pulang nasinya. Bareng sama keluarga," katanya.

KH. Em Nadjib Hassan, Ketua Yayasan Masjid, Menara dan Makam Sunan Kudus (YM3SK) mengatakan, hari ini berlangsung pembagian nasi berkat umum, yang sudah dimulai setelah salat subuh.

"Antrean berkat dibagi dua, yaitu putra dan putri. Pada tahun ini, yang dibagikan untuk umum adalah sebanyak 29.032 bungkus. Berkat tersebut berupa nasi putih dan daging dengan olahan uyah asem, dibungkus dengan daun jati dan diikat tali agel," kata Nadjib.

Selain berkat atau brekat umum, juga dibagikan berkat keranjang untuk para tamu undangan sebanyak 2.498 keranjang. Semua berkat tersebut diolah dari 11 ekor kerbau dan 84 ekor kambing.

Ribuan Warga Berebut Nasi Berkat Tradisi Buka Luwur Sunan KudusFoto: Akrom Hazami/detikcom

"Adapun beras yang dimasak sebanyak 6.760 kg, dari total beras sodakoh sebanyak 12.126 kg. Kerbau, kambing dan beras tersebut kesemuanya berasal dari sedekah masyarakat.

Adapun untuk pembuatan luwur kali ini membutuhkan 15.032 meter kain mori dan 110 meter vitrage, yang kesemuanya telah dibuat dan dipasang seluruhnya. Sama halnya dengan beras dan hewan, mori tersebut juga berasal dari sumbangan masyarakat.

Sementara itu, buka luwur adalah ritus kolosal, yang pada tahun ini melibatkan 1.175 perewang, dan 10.095 masyarakat tercatat memberikan sodakohnya pada Buka Luwur kali ini.

" Riitus ini dinamakan Buka Luwur, dan bukan khaul sebagaimana lazimnya di tempat lain, karena memang hingga saat ini belum ditemukan tanggal pasti wafatnya Kangjeng Sunan Kudus," terangnya.

Makna utama pelaksanaan buka luwur adalah untuk meneladani sosok dan perjuangan Kangjeng Sunan Kudus, yang menyebarakan Islam dengan jalan damai serta mengembangkan kebudayaan lokal.

"Selain itu, buka luwur juga menjadi media refleksi untuk melestarikan peninggalan Kangjeng Sunan Kudus, tangible maupun intangible, utamanya ajaran tepa selira atau toleransi yang saat ini sangat dibutuhkan bangsa Indonesia," pungkasnya.

Ribuan Warga Berebut Nasi Berkat Tradisi Buka Luwur Sunan KudusFoto: Akrom Hazami/detikcom

Acara ini dihadiri ratusan undangan khusus dari ulama, tokoh masyarakat, instansi pemerintahan, serta perwakilan anggota Perhimpunan Pemangku Makam Auliya' (PPMA) Se-Jawa.

Ulama yang hadir di antaranya adalah KH. Syaroni Achmadi, KH. M. Ulil Albab Arwani, KH. Arifin Fanani, KH. Hasan Fauzi, KH. Noor Halim, dan sederet ulama lainnya, dari Kudus dan sekitarnya.

Pada Upacara Buka Luwur ini, dilakukan pembacaan doa Yaumul Asyuro yang dipimpin oleh KH. Syaroni Achmadi, dilanjutkan dengan pemasangan luwur ranjam di cungkup makam Kangjeng Sunan Kudus, dan ditutup dengan tahlil.

(adr/odi)

Hide Ads