Jangan Percaya! 7 Mitos Tentang Restoran Ini Belum Tentu Benar

Jangan Percaya! 7 Mitos Tentang Restoran Ini Belum Tentu Benar

Sonia Basoni - detikFood
Rabu, 11 Jul 2018 16:20 WIB
Jangan Percaya! 7 Mitos Tentang Restoran Ini Belum Tentu Benar
Foto: iStock
Jakarta - Makan di restoran orang bisa menikmati makanan spesial. Tetapi ada juga banyak mitos soal restoran yang dipercaya meskipun belum tentu benar.

Ketika kita makan di restoran, pasti kita memiliki beberapa asumsi yang telah terbentuk dari mitos yang beredar. Seperti tambahan MSG dalam makanan, yang akan membuat tubuh menjadi sakit, daging kobe palsu hingga meninggalkan tip untuk pelayan restoran.

Dilansir Insider (10/07), berikut 7 fakta tentang mitos restoran yang salah.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Baca Juga: Pegawai Beberkan Menu yang Sebaiknya Tak Dipesan di Resto Cepat Saji

Tanaman hasil rekayasa genetik

Foto: iStock
Tanaman transgenik merupakan jenis tanaman yang telah digabungkan dengan spesies lain. Penggabungan dua jenis gen tumbuhan yang berbeda ini, menggunakan metode hasil rekayasa genetik. Banyak tumbuhan yang telah di transgenik, seperti padi, jagung, kentang, tomat, kedelai.

Banyak orang yang berpikir, bahwa mengonsumsi makanan transgenik berbahaya dan bisa membahayakan kesehatan. Padahal sebenarnya, di tahun 2015, ilmuwan dari International Potato Center di Lima, Peru menemukan bahwa ubi jalar merupakan hasil rekayasa genetik yang dibentuk dari bakteri beribu-ribu tahun yang lalu. Jadi makanan transgenik aman untuk dikonsumsi.

Daging ​K​obe dan ​W​agyu

Foto: iStock
Banyak yang berpikir bahwa jenis daging kobe dan wagyu adalah sama. Padahal dua daging ini, jelas-jelas berbeda. Di Jepang sendiri, wagyu merupakan sebutan untuk sapi Jepang.

Jepang memiliki empat jenis sapi yang berbeda, namun masih masuk dalam kategori wagyu. Seperti Japanese Black, dimana daging kobe berasal. Ada sapi Japanese Shorthorn, Japanese Polled, dan Japanese Brown. Semuanya memiliki jenis daging yang berbeda. Sehingga tak heran, harga di setiap restorannya juga beragam.

Penggunaan MSG

Foto: iStock
Banyak yang menganggap bahwa MSG atau vetsin, merupakan bumbu telarang yang seharusnya tidak dicampurkan ke dalam makanan. Karena dianggap berbahaya untuk kesehatan, hingga fungsi kepintaran otak. Ini adalah mitos yang tidak sepenuhnya benar

MSG adalah monosodium glumate yang, terdiri dari campuran sodium. Sodium sendiri ditemukan dalam garam, bumbu yang paling sering digunakan dalam memasak. Selain sodium, MSG mengandung asam glutamat, sejenis asam amino alami yang sudah ada di dalam tubuh Anda. Bahkan asam glutamat, bisa menjadi susunan dasar protein. Jadi tidak perlu takut lagi menggunakan MSG, asal penggunaannya tidak berlebihan, dan masih dalam batas wajar.

Lobster mahal

Foto: iStock
Jika berkunjung ke restoran seafood, atau restoran yang menyediakan hidangan laut. Banyak pengunjung yang berpikir bahwa lobster merupakan makanan mewah, dan memiliki harga yang mahal.

Padahal lobster merupakan salah satu biota laut yang paling melimpah. Dulu di Amerika, lobster bahkan disajikan untuk makanan kucing dan dianggap sebangai makanan yang tidak sehat. Baru setelah diperkenalkan dalam menu makanan kereta api di Amerika, lobster mulai digemari, dan harganya mulai meningkat.

Menolak Pelanggan

Foto: iStock
Banyak pemilik dan staff restoran yang mempercayai, bahwa mereka berhak menolak pelanggan atau menolak melayani pelanggan tertentu. Banyak juga pengunjung yang mempercayai hal ini.

Padahal kebijakan untuk restoran sebenarnya menyebutkan, bahwa mreka tidak boleh menolak untuk melayani seseorang tanpa alasan apa pun. Pihak restoran hanya bisa menolak pelanggan, dengan alasan yang telah diatur oleh kebijakan industri restoran.

Tinggalkan tip

Foto: iStock
Banyak pengunjung yang berpikir, bahwa meninggalkan tip untuk pelayan di restoran merupakan hal yang tidak perlu karena mereka sudah digaji. Beberapa bahkan tidak meninggalkan tip sama sekali.

Padahal banyak pegawai restoran yang digaji, di bawah ketentuan upah minimun yang ditentukan. Tidak hanya di Indonesia saja, bahkan hingga di negara Amerika sekalipun, pelayan restoran masih memiliki gaji yang rendah. Sehingga mereka mengandalkan tip dari para pengunjung.

Pemilihan restoran

Foto: iStock
Semua orang pasti menganggap bahwa makan di restoran yang mahal dan mewah, jauh lebih sehat dibandingkan makan di gerai cepat saji. Mitos ini tidak sepenuhnya benar.

Sebuah studi yang dikeluarkan Drexel menunjukkan bahwa restoran yang mewah dan ekslusif, tidak selalu lebih sehat dari restoran cepat saji. Bahkan, satu rangkaian makan malam di sebuah restoran, memiliki kandungan kalori yang lebih banyak dari makanan cepat saji.

Baca Juga: Sering Makan di Restoran? 10 Fakta Penting Toilet Restoran Ini Perlu Anda
Halaman 2 dari 8
(sob/odi)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads