Mossimo Bottura, chef Italia, aktivis dan juga pemilik Osteria Francescana, restoran peringkat tertinggi di dunia ini meluncurkan kampanye pengurangan limbah makanan di Expo Milan Oktober lalu.
Ia membantu membuka Refettorio Ambrosiano, dapur umum di lingkungan Greco Milan. Dapur ini mengolah limbah makanan dari Expo untuk disajikan bagi para pengungsi dan tunawisma.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
Winter Russell, seorang chef di restoran Montreal's Candide berpartisipasi dalam acara Expo Milan dengan Bouttura. Ia mengatakan cukup merasa kewalahan oleh jumlah makanan yang terbuang.
"Tiba di pagi hari dan saat itulah truk tiba. Berisi sampah makanan dari Expo Milan yang masih layak makan. Kami membuat dessert dari golden prunes. Buah ini jadi yang paling banyak dibuang karena memiliki memar kecil pada bagian luarnya," tutur Russell.
Russell juga mengatakan bahwa banyak orang memiliki kesalahpahaman tentang limbah makanan. Kebanyakan dari mereka membayangkan bahwa limbah makanan adalah makanan yang busuk atau tidak layak konsumsi.
Namun menurutnya bahwa banyak makanan yang dibuang karena tidak mulus atau cacat. Padahal tak ada perubahan rasa dan nilai gizi.
Antonio Park, seorang chef di Restaurant Park and Lavanderia yang tergabung dalam loka karya Bottura menjelaskan bahwa manfaat dari rendahnya limbah dari proses memasak baik untuk lingkungan dan bisa berhemat.
"Untuk restoran, penting untuk tidak membuang-buang makanan, Kita harus terbuka untuk memanfaatkan segalanya,' jelas Park.
![]() |
Hasil dari kolaborasi chef ini telah dipamerkan di Montreal Phi Center. Dari penjualan makanan dikumpulkan dana sebesar $300 atau Rp 4 juta.
Bottura juga berencana untuk membuka dapur umum baru dengan konsep yang sama pada Olimpiade di Rio de Janeiro Agustus nanti.
Proyek sosial Massiomo Bottura ini bukanlah yang pertama. Karena saat gempa bumi melanda Modena tahun 2012, tempat asalnya, ia pun melakukan gerakan sosial menyelamatkan keju Parmagiano Reggiano di Modena.
(lus/odi)