Ini Alasan Bupati Dedi Mulyadi Pilih Sate Maranggi Sebagai Ikon Kuliner

World Street Food Congress 2016

Ini Alasan Bupati Dedi Mulyadi Pilih Sate Maranggi Sebagai Ikon Kuliner

Tri Ispranoto - detikFood
Minggu, 17 Apr 2016 12:22 WIB
Foto: detikFood
Jakarta - Nama sate maranggi mungkin saat ini belum sepopuler rendang atau nasi goreng. Tapi kini mulai banyak dikenal orang di luar Purwakarta.

Bupati Purwakakarta, Dedi Mulyadi, memiliki alasan kuat untuk menjadikan sate maranggi sebagai ikon kuliner di Purwakarta. Menurutnya sate maranggi adalah satu-satunya makanan yang menjadi representasi masyarakat di Purwakarta karena telah menyebar dengan beragam keunikan.

"Maranggi ini sudah menjadi representasi masyarakat Purwakarta yang tidak hanya terdapat pada satu wilayah saja, tapi merata. Mulai dari maranggi cibungur, maranggi plered, maranggi pasawahan, maranggi wanayasa, dan marangi-maranggi lain dari bebagai daerah di Purwakarta," jelas Dedi pada detikcom belum lama ini.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Menyebarnya maranggi membuat munculnya beragam racikan sate maranggi. Namun tetap menggunakan bahan dasar daging domba, rempah, dan gula aren. Contohnya maranggi cibungur yang menggunakan sambal tomat atau maranggi wanayasa yang menggunakan sambal oncom dan ketan sebagai pengganti nasi.

Atas keberagaman itu, Dedi menilai bahwa maranggi merupakan cerminan dari kreatifitas masyarakat Purwakarta. Mampu mengolah daging dalam ukuran kecil, tidak banyak bumbu, tapi tetap menggugah selera dan digemari oleh semua kalangan.
Bupati yang akrab disapa Kang Dedi itu pun mengatakan, maranggi juga mewakili masyarakat Sunda yang agraris. Pasalnya sejak dulu masyarakat Sunda sebagai petani lebih memilih domba sebagai hewan ternak daripada sapi atau kambing.

"Maranggi itu lebih pada membuat identitas kesundaan dengan kuat. Karena masyarakat Sunda tumbuh secara umum lebih banyak tertarik mengelola domba dibandingkan kambing. Dan maranggi secara umum, bahan dagingnya adalah daging domba. Dia (maranggi) representasi dari tradisi peternakan ala Sunda," ungkapnya.
Lebih lanjut Dedi pun menegaskan jika maranggi pun jadi cerminan juga harapan untuk menjadikan Purwakarta sebagai basis perternakan. Seperti domba, kambing, dan sapi yang mampu menopang kebutuhan bagi masyarakat Purwakarta, Jawa Barat, atau pun Indonesia.

Sebagai langkah awal, bukan hanya di Indonesia saja, sate Maranggi mulai diperkenalkan di ajang internasional. Salah satunya di WSFC 2016 yang akan berlangsung pekan depan di Manila. Rasa yang gurih enak diprediksi bakal menggoyang lidah peserta lain dari mancanegara. (lus/odi)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads