Hari ini Rabu, (17/02) tepat Kota Solo merayakan hari jadinya yang ke-271. Jika mampir ke Solo jangan lupa jajan enak di pasar legendaris Gede Hardjonegoro.
Di Indonesia, pasar tradisional tidak hanya sebagai tempat berinteraksi sosial antara pembeli dan penjual. Tapi, juga menyimpan sejarah kota terutama kondisi masyarakatnya.
Pasar Gede Hardjonegoro merupakan salah satu bangunan bersejarah kota Solo. Berada di Jalan Jendral Sudirman, Pasar Gede mulai dibangun pada tahun 1927 dan selesai pada 1930.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pasar ini menawarkan beragam kebutuhan sehari-hari mulai dari sayur, buah dan aneka lauk serta sajian tradisional khas Solo yang kini mulai langka. Walaupun pernah terbakar dua kali, pasar ini kembali dibangun lagi sesuai dengan bentuk aslinya. Lantai pasarnya dibuat dari ubin semen sehingga tak licin tetapi kebersihannya cukup terjaga.
Para wisatawan yang ingin menikmati sajian legendaris juga tak akan lupa menjelajahi pasar ini. Dawet Telasih, Brambang Asem, Cabuk Rambak hingga Gempol Pleret jadi salah satu sajian buruan pengunjung.
Bagi Anda yang sudah datang sejak pagi dapat mencicip Pecel Ndesa. Pecel yang satu ini disajikan dengan nasi merah dan dipadukan dengan berbagai sayuran, mi goreng dan kembang turi. Sambal pecelnya bisa pilih, sambal kacang atau sambal wijen hitam.
Selain sajikan pecel, lapak ini juga menjual aneka sambal kering siap pakai seperti sambal wijen, sambal cambuk rambak hingga sambal kacang yang bisa dibeli sebagai oleh-oleh. Tepat di depan penjual pecel, Anda juga dapat membeli ayam baceman yang sudah dipotong-potong dan dikemas rapih. Ayam ini dapat Anda olah dengan cara digoreng ataupun bakar di rumah.
Tidak jauh dari pintu masuk utama pasar, Anda akan menjumpai kuliner Solo yang disajikan dengan daun pisang pincuk. Sajian ini diracik dengan ketupat yang disiram sambal cabuk yang terbuat dari wijen dan parutan kelapa dan dihidangkan dengan kerupuk beras. Tempat ini sudah buka mulai jam 6 hingga jam 2 siang.
Tak jauh dari penjual cambuk rambak ada lapak ibu Siswo yang menjual dawet telasih dan gempol pleret. Selain itu, ada juga cendol, es campur, bubur sumsum, bubur ketan hitam dan yang paling populer adalah selasih atau telasih yang disiram santan encer.
Di lapak ibu Siswo, Anda juga bisa membeli aneka pacar cina, cendol dan buah nanas yang sudah dikemas dan dibersihkan. Jajanan ini sudah buka sejak pukul 6 pagi sampai jam 2 siang.
Tepat di depan lapak ibu Siswo ada yang menjual Getuk Lindiri dan Brambang Asem yang terbuat dari rebusan daun ubi jalar yang diberi sambal khas brambang asem. Brambang asem ini biasanya disajikan bersama dengan tempe gembus dan tahu bacem sebagai pelengkapnya.
Bagi Anda yang ingin menikmati jajanan pasar, juga bisa mampir ke toko milik bu Suminem. Ada sekitar 11 jenis lenjongan yang dijajakan setiap hari. Lenjongan dalam bahasa Solo berarti penjual berbagai jajanan pasar seperti klepon, sawut, jongkong, gatot, gethuk, tiwul, ketan putih, jagung grontol, jadah blondo dan cenil.
Hingga kini, Pasar Gede tetap menjadi destinasi wisata kuliner bagi wisatawan lokal. Karena dikenal dengan banyaknya penjaja makanan legendaris, tradisional dengan harga yang terjangkau. Kalau ingin mencicipi timlo legendaris, Anda bisa berjalan ke arah belakang pasar. Timlo Sastro siap menyajikan timlo yang hangat mengepul!
(lus/odi)