Valentine menjadi waktu tepat bagi wanita untuk menyatakan cinta kepada lawan jenis. Biasanya mereka memberi hadiah, terutama cokelat.
Ada yang membuat cokelat sendiri atau membeli cokelat mahal dan berkualitas. Umumnya diberikan pada pria yang disukai, kekasih atau suami. Cokelat untuk "cinta sejati" ini disebut "honmei-choco."
Tidak hanya untuk menyatakan perasan, wanita juga memberikan cokelat biasa kepada orang disekitarnya. Seperti bos, kolega atau teman pria. Cokelat tersebut tidak melibatkan perasaan, hanya sebagai lambang persahabatan atau rasa terima kasih. Istilahnya adalah "giri-choco" atau "cokelat kewajiban."
Karena itulah banyak perusahaan hingga restoran memanfaatkan cokelat saat Valentine untuk meningkatkan penjualan produknya. Hal ini pun terbukti sangat berhasil. Perusahaan cokelat di Jepang, misalnya, mengaku lebih dari separuh penjualan tahunan terjadi pada minggu sebelum Hari Valentine.
Bisa dilihat dari banyaknya cokelat dengan bentuk hati di pusat perbelanjaan dan toko mulai dari pertengahan Januari. Hari menjelang Valentine, toko penuh dengan wanita yang mencari aneka jenis cokelat atau alat membuat cokelat.
Selain Valentine, Jepang mengenal tradisi White Day. Perayaan ini pertama kali berlangsung di sana pada tahun 1978. Dimulai oleh National Confectionery Industry Association sebagai "hari jawaban" bagi Valentine. Alasannya, laki-laki harus melakukan balasan pada wanita yang sudah memberi cokelat atau hadiah lainnya di hari Valentine.
Setiap tanggal 14 Maret, para pria membalas hadiah kepada wanita yang sudah memberi mereka honmei-choco sebulan sebelumnya. Biasanya hadiah berupa cookies, permen, bunga, perhiasaan, cokelat, pakaian dalam dan marshmallow. Untuk cokelat, umumnya dijual warna putih sesuai nama hari.
Terkadang istilah "sanbai gaeshi" atau balasan tiga kali lipat dipakai untuk menjelaskan aturan umum pemberian hadiah White Day. Artinya, hadiah balasan harus dua sampai tiga kali nilai dari hadiah yang diterima ketika Valentine.
(tan/odi)