Amerika Mulai Melakukan Pemanfaatan Sayuran dan Limbah Sayuran

Amerika Mulai Melakukan Pemanfaatan Sayuran dan Limbah Sayuran

Lusiana Mustinda - detikFood
Senin, 04 Jan 2016 12:30 WIB
Foto: Thinkstock
Jakarta - ​Harga sayuran makin mahal. Limbah sayuran juga bertambah. Keadaan di Amerika ini mendorong para chef melakukan gerakan WastED. Mereka mengolah limbah sayuran jadi makanan enak.​

Penulis makanan Michael Pollan mengeluarkan seruan untuk ​menyantap makanan secukupnya​ dan sebagian besar sayuran.​ ​Tahun 2016 mereka melakukan banyak pengolahan makanan dari sayuran.

AL Cafe di San Francisco, merupakan restoran terbaik 2015​ pilihan majalah Bon Apetite​. Restoran ini kini lebih banyak menyajikan sayuran seperti pear curry, black lime yellowtail, persimmon dan juga blistered squash. ​Te​rkadang juga memvariasikannya dengan protein hewani.




WastED adalah proyek yang digarap oleh perkumpulan chef, petani, nelayan dan juga pemasok makanan dengan memikirkan pengolahan limbah​ ​dalam rantai makanan.

Salah satu pengembangannya adalah WastED salad yang telah tersedia di restoran Sweetgreen. Dalam menunya WastED memanfaatkan daun brokoli, serutan kulit wortel, batang kale panggang, bonggol lettuce, bagian tengah (inti) kol yang dipanggang, batang brokoli panggang​. Juga ​ roti panggang yang dimasak dengan campuran arugula, parmesan, biji bunga matahari berbumbu pedas dan saus pesto.



Limbah makanan telah menjadi perhatian pemerintah dan chef di Amerika Serikat. Departemen Pertanian dan Badan Perlindungan Lingkungan juga akan bertekad untuk mengurangi limbah makanan sebesar 50 persen pada tahun 2030.

Seperti dilansir dalam NPR (03/01), pada tahun 2016 ​masyarakat Amerika dianjurkan lebih banyak ​konsumsi kacang kering, kacang polong dan lentil. International Year of Pulses ​dicanangkan untuk​ meningkatkan kesadaran konsumen tentang manfaat gizi dan lingkungan dari mengonsumsi ​kacang-kacangan​. Buncis menjadi salah satu sayuran yang akan lebih tenar dibandingkan dengan hummus.

M​arakanya perhatian ada sayuran dan ​ sisa makanan ​merupakan​ puncak dari keprihatinan aktivis dan konsumen pada lingkungan yang nantinya akan menjadi kebiasaan di tahun ini.

Di​kenal sebagai​ "Clean label", konsumen dan pemasok makanan difokuskan untuk menghilangkan GMO, bahan buatan, pengawet, antibiotik dan hormon pertumbuhan dari makanan. Bahkan gerai makanan cepat saji perlu menggunakan telur dari ayam ​liar ​dan m​enghilangkan​ bahan-bahan yang telah dimodifikasi secara genetik.



Perusahaan makanan di dunia sangat tertarik pada bagaimana dan apa yang dimakan oleh ​mayoritas masyarakat​. Tentu di tahun ini, selain di restoran, pemasaran ​bahan makanan ​juga bisa dilakukan dengan cara yang lebih modern.

Cara pembelian antara generasi tua dan muda berbeda. Memesan bahan secara online, belajar memasak dari You Tube serta buku masak ​d​an website lebih sering dilakukan generasi muda. ​G​enerasi muda juga biasanya lebih peduli tentang lingkungan. ​Karenanya gerakan​ pemanfaatan limbah sayuran, kacang-kacangan serta biji-bijian ini lebih di fokuskan pada generasi muda.

(lus/odi)

Hide Ads