Mahasiswa National University of Singapore melakukan survei online mengenai masalah limbah makanan pada Februari sampai April tahun ini. Pelajar yang tergabung dalam Chua Thian Poh Community Leadership Programme itu bekerjasama dengan kelompok nirlaba baru, Zero Waste SG.
Ada 430 responden survei dengan usia antara 16 sampai 72 tahun. Pendapatan rumah tangga bulanan mereka berkisar kurang dari $SG 3.000 (Rp 29,5 juta) hingga lebih dari $SG 12.000 (Rp 117,8 juta).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lebih dari 9 dari 10 responden mengatakan perusahaan makanan dan minuman perlu berbuat lebih banyak untuk mengurangi limbah makanan.
Para responden juga ingin tahu lebih banyak bagaimana produk seperti NTUC FairPrice, BreadTalk, McDonald's dan Cold Storage mengurangi limbah makanan mereka. Kebanyakan mengatakan akan mendukung perusahaan yang berusaha mengurangi limbah.
Jika perusahaan melakukan usaha penanggulangan limbah makanan, responden berusaha membantunya. Sekitar 8 dari 10 akan membantu publikasi upaya perusahaan, sedangkan 7 dari 10 akan membeli lebih banyak produk perusahaan atau mengunjungi gerainya lebih sering.
Tahun lalu, Singapura membuang 788.600 ton makanan. Hanya sekitar 13 persen dari limbah itu yang didaur ulang.
Makanan yang dibuang menunjukkan angka sedikit menurun dibanding 796.000 ton limbah pada tahun 2013. Tapi tetap ada peningkatan tajam dari tahun 2012 yang berjumlah 703.200 ton.
"Perusahaan makanan dan minuman harus proaktif dalam menangani kepentingan konsumen dan mengurangi pemborosan makanan. Salah satu hal yang dapat mereka lakukan segera adalah menyumbangkan makanan tidak terjual untuk amal seperti melalui Food Bank dan Food from the Heart," tutur direktur eksekutif Zero Waste SG, Eugene Tay, seperti dilansir dari The Straits Times (11/08).
Supermarket NTUC Fair Price menyebut di gerai FairPrice Xtra, ketika buah-buahan dan sayuran tersisa tidak terjual karena cacat, supermarket akan memotongnya jadi kecil kemudian dikemas kembali dengan harga lebih rendah.
Mereka juga menurunkan harga seafood dan daging beku di semua tokonya jika sudah dipajang sehari. Supermarket mendonasikan makanan kaleng tak terjual ke komunitas melalui Food from the Heart dan sedang menjajakan pengolahan sampah makanan jadi kompos.
Jaringan supermarket Sheng Siong pun menjual makanan segar yang cacat dengan harga diskon dan menggunakan makanan hampir kadaluarsa sebagai bahan masakan untuk stafnya. Juru bicara mengatakan supermarket telah memperkenalkan buah dan makanan yang sudah dikemas untuk mencegah kerusakan akibat penanganan maupun sentuhan konsumen.
Adapun untuk McDonald's Singapura, restoran cepat saji ini mengumpulkan minyak yang sudah dipakai dan menjualnya pada perusahaan daur ulang. Menurut juru bicaranya, limbah minyak ini bisa dipakai untuk mengolah sabun dan biodiesel.
"Untuk meminimalkan pemborosan, kami mengadopsi pendekatan 'memasak dalam jumlah kecil tapi memasak lebih sering'," tambah juru bicara McDonald's.
(msa/odi)