Namun tahun ini, seperti dilansir dari independent.co.uk (13/07) ketua BMA di Inggris mendesak pemerintah Inggris agar minuman soda dikenakan pajak gula sebesar 20 pence atau Rp. 4141. Hal ini dimaksudkan guna mensukseskan tujuan jangka panjang untuk mengurangi risiko penyakit obesitas yang dapat ditimbulkan dari mengonsumsi minuman ringan.
Dana yang terkumpul dari pajak bisa digunakan untuk mensubsidi buah dan sayuran yang lebih murah untuk keluarga miskin.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sebuah studi akademik menemukan harga makanan yang paling sehat mencapai dua kali lipat lebih mahal dibandingkan dengan makanan sehat pada umumnya. Sementara harga makanan yang tidak sehat terbukti selalu menurun dari waktu ke waktu. Kesenjangan harga ini semakin meluas.
Laporan BMA menunjukkan bahwa memberlakukan pajak minimum 20 pence pada semua minuman non-alkohol dengan gula tambahan. Termasuk minuman manis, minuman energi, minuman buah, minuman olahraga dan konsentrat jus buah bisa membantu mengurangi harga buah dan sayur-sayuran.
"Kita tahu bahwa mayoritas penduduk Inggris, rumah tangganya berpenghasilan sangat rendah yang membuat mereka tidak mengonsumsi buah dan sayuran yang cukup, sehingga langkah-langkah keuangan juga harus diperhatikan untuk mensubsidi harga yang sesuai dengan penghasilan mereka, yang mana telah naik sebesar 30 persen sejak 2008," demikian penjelasan BMA.
BMA juga mengatakan bahwa mereka ingin semua makanan dan minuman yang tidak sehat berhenti dipasarkan atau dijual bebas.
Organisasi tersebut juga mengkritik pemerintah Inggris yang menempatkan terlalu banyak penekanan pada keterlibatan industri dalam mengembangkan makanan dan kebijakan gizi di Inggris. Seperti penggunaan kemitraan publik-swasta. Hal ini telah menyebabkan kesehatan masyarakan jadi terabaikan.
BMA adalah badan terbaru untuk menangani pajak gula minuman soda di Inggris, sebuah langkah yang dibentuk oleh Menteri Kesehatan, Jeremy Hunt tahun lalu.
Sebuah laporan terbaru oleh Food Research Collaboration ( FRC ), yang diketuai oleh Profesor Tim Lang dari Pusat Kebijakan Pangan di City University London menyebutkan pemerintah Inggris harus mempertimbangkan pajak produk makanan dan minuman yang tidak sehat tersebut.
Mengingat jumlah anak-anak di Inggris yang mengalami kerusakan gigi akibat mengonsumsi makanan dan minuman manis selalu meningkat tiap tahunnya.
"Kami mencapai titik krisis dalam hal jumlah anak yang perlu pergi ke rumah sakit gigi untuk anestesi. Hampir 26.000 anestesi umum diberikan kepada anak-anak yang berusia lima sampai sembilan tahun setiap tahunnya untuk mencabut gigi mereka. Pelayanan tidak bisa mengatasi jumlah anak yang terlalu banyak," ucap Profesor Nigel Hunt, dekan dari Fakultas Kesehatan Gigi Royal College of Surgeons.
(odi/odi)