Para peneliti di Inggris meminta sekelompok anak-anak untuk mencari mainan yang diisikan dalam mashed potato dan jelly. Hal ini lebih efektif diterapkan pada anak-anak yang mengalami neophobia atau takut untuk mencicip makanan baru.
"Meskipun ini hanya sebuah asosiasi, implikasinya bahwa bermain dengan makanan dapat membantu penerimaan mereka terhadap makanan sehat," tutur Helen Coulthard, selaku penulis sekaligus psikologi di De Monfort University di Leicester, Inggris.
Akan tetapi, karena penelitian yang mengaitkan neophobia terhadap makanan terbatas, Coulthard dan rekannya ingin melihat apakah ada hubungan antara menyentuh makanan dan mencicip hidangan asing dengan pilihan konsumsi makanan bernutrisi.
Seperti dilansir Fox News (19/05/15), peneliti meminta sekitar 70 anak-anak berusia 2-5 tahun untuk bermain dengan makanan bertekstur lembek. Kemudian orangtua akan melihat apakah anak-anak akan dengan senang hati menggunakan tangan mereka untuk mencari mainan yang berada di dalam mangkuk berisi mashed potato atau jelly. Jika anak-anak menolak menggunakan tangan mereka, anak dapat menggunakan sendok.
Kemudian orangtua dan penelitian dapat menilai betapa senangnya anak-anak mendapati tangan mereka kotor saat menyentuh makanan pada skala 1-5. Orangtua juga dapat memberikan nilai yang lebih tinggi lagi hingga skor 20 jika anak-anak terlihat sangat senang.
Untuk memahami apa yang biasanya dimakan anak-anak, para peneliti menanyakan pada orangtua tentang bagaimana anak-anak enggan untuk mencoba makanan baru. Berapa banyak porsi buah-buahan dan sayuran yang anak-anak mereka makan setiap hari (tidak termasuk jus, buah kering dan pure).
“Kabar baiknya, 'picky eaters' dapat diajarkan untuk menikmati makanan sehat dengan cara bermain. Seni makanan merupakan wadah yang baik untuk memulai,” tambahnya, tutur Coulthard.
Orangtua dapat menggunakan media makanan untuk membuat gambar atau beragam bentuk di piring tanpa menekan anak-anak dan kemudian secara bertahap mendorong anak-anak untuk membuat seni mereka sendiri dan membiarkan mereka bebas memilih apa yang akan dimakan.
Menawarkan banyak variasi dari usia muda juga membantu anak-anak mengenal banyak tekstur dan rasa yang dapat meminimalkan ketakutan akan makanan 'asing'
"Dengan cara ini para orangtua mungkin dapat mengurangi efek menekan dan memaksa anak-anak untuk mengonsumsi buah dan sayur. Banyak cara untuk menciptakan kesenangan, rasa ingin tahu dan eksplorasi," jelas Myles Faith, peneliti sekaligus ahli nutrisi Gillings School of Public Health di University of North Carolina, Chapel Hill.
Para orangtua juga dapat mempertimbangkan kegiatan di mana anak-anak menjadi 'detektif makanan' dengan mencicip dan menilai makanan baru atau bahkan menjadi kritikus makanan. Selain itu bisa juga diajak berkebun dan membuat kerajinan dengan buah-buahan dan sayuran.
(lus/odi)