Selama ini tempe dikaitkan dengan makanan murah dan pembuatannya tak higienis. Sebuah gerakan pun dibuat untuk mengangkat tempe sebagai makanan sehat khas Indonesia. Tahun 2015 dijadikan momen kebangkitan tempe melalui serangkaian kegiatan dari 'Indonesian Tempe Movement'.
Puluhan tahun lalu, Bung Karno pernah menyebut bahwa "Kita bangsa besar, bukan bangsa tempe." Sejak saat itu, tempe jadi dikaitkan dengan sesuatu yang rendah karena murah dan proses pembuatannya diinjak-injak. Kesalahpahaman tersebut membuat masyarakat kurang bangga dan menghargai tempe.
Untuk itu, hadir gerakan 'Indonesian Tempe Movement' yang ingin menimbulkan kecintaaan masyarakat terhadap tempe. Gerakan yang diketuai Prof. Dr. F. G. Winarno ini mau mengangkat tempe sebagai superfood hasil teknologi fermentasi asli Indonesia.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Berbagai hasil penelitian ilmiah membuktikan tempe merupakan superfood untuk gaya hidup sehat. Tingginya kandungan protein dan adanya vitamin B12 membuat tempe kaya manfaat. Namun banyak orang Indonesia belum memahami hal ini.
"Tempe merupakan harta kekayaan peninggalan nenek moyang kita di bidang teknologi pangan yang paling tak ternilai bagi bangsa. Kita semakin hari semakin sadar terlalu banyak melalaikan tempe. Dan menurut pendapat saya, kita ingin mengajak para ilmuwan benar-benar bersatu bagaimana mulai sekarang menggalang bangsa ini mencintai lagi tempe dengan derajat lebih tinggi," ucap Prof. Dr. F. G. Winarno selaku Ketua dan Penggagas Indonesian Tempe Movement, saat ditemui pada konferensi pers di Gedung Yustinus Lt.12 Universitas Katolik Atma Jaya Jakarta (21/1/2015).
Prof. Dr. F.G. Winarno ingin tempe menjadi kebanggaan masyarakat seperti batik. Nantinya tempe diharapkan bisa masuk juga ke industri kimia, farmasi hingga kosmetik. Misalnya pembuatan masker wajah dari tempe.
Sebagai langkah awal memperkenalkan tempe, diselenggarakan "International Conference on Tempe and Its Related Product 2015" pada tanggal 15-17 Februari mendatang di Sheraton Hotel, Yogyakarta. Pada konferensi yang dihadiri pakar dari dalam dan luar negeri ini akan dibahas mengenai tempe terkait sains, teknologi, ekonomi hingga budaya.
Pada saat bersamaan, diadakan juga "International Youth Conference on Tempe 2015" bagi kaum muda kreatif dari berbagai disiplin ilmu untuk merancang perkembangan tempe di masa depan. Konferensi ini akan melibatkan 300 peserta, termasuk dari Prancis, Polandia, Korea, Jepang dan negara lainnya.
Adapun tujuan jangka panjang dari gerakan 'Indonesian Tempe Movement' sekaligus ingin mengembangkan kedelai lokal untuk produksi tempe. Sehingga pada hari pertama konferensi, peserta akan diajak ke daerah Imogiri untuk melihat kedelai lokal yang bisa dipakai untuk tempe.
Nantinya diakhir acara "International Conference on Tempe 2015" akan dideklarasikan Rekomendasi Tempe sebagai Bahan Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI) yang aman dan bermanfaat bagi kesehatan. Deklarasi disampaikan berdasarkan kajian ilmiah dan rekomendasi PATPI (Perhimpunan Ahli Teknologi Pangan Indonesia), PERMI (Perhimpunan Mikrobiologi Indonesia) serta PERGIZI PANGAN (Perhimpunan Pakar Gizi dan Pangan Indonesia).
Kedepannya, penelitian-penelitian bersama dari lembaga pemerintah maupun swasta terkait tempe juga akan dibuat lebih besar lagi. Dengan harapan kelak berdiri 'World Tempe Research Center' di Indonesia.
"Di luar negeri banyak yang meneliti tempe. Amerika, Belanda, Jepang sampai Malaysia. Di Malaysia sendiri sudah terpikir membuat institut untuk tempe. Kita bisa lihat besarnya peranan tempe," tutur Prof. Dr. Ir. Antonius Suwanto, MSc dari Fakultas Teknobiologi Universitas Katolik Atmajaya.
Ia juga menyebutkan tentu terasa kurang enak jika institusi tempe dunia justru berada di luar Indonesia. Indonesia perlu belajar dari kemajuan Korea dalam mengembangkan makanan fermentasinya. Korea sudah memiliki World Institute of Kimchi dan museum khusus kimchi. Mereka pun mempunyai standar pembuatan kimchi. Jadi Indonesia perlu membuat standar tempe, jangan sampai dilakukan lebih dulu oleh negara lain.
Setelah mengadakan konferensi internasional, 'Indonesian Tempe Movement' akan meluncurkan 3 jilid buku terkait tempe pada 6 Juni 2015 yang bertepatan dengan Hari Tempe Sedunia.
Buku pertama mengenai kajian Biotechnology, Nutrition and Health. Buku kedua berkaitan dengan Historical, Social and Economic. Sedangkan buku ketiga berisi kumpulan resep kuno hingga olahan gastronomi molekuler dari tempe. Diharapkan masyarakat mendapat informasi lengkap tentang tempe dari buku-buku tersebut.
(msa/odi)