Kedelai Bisa Cegah Kanker atau Malah Memicu Kanker?

Kedelai Bisa Cegah Kanker atau Malah Memicu Kanker?

- detikFood
Rabu, 22 Okt 2014 08:43 WIB
Foto: Getty Images
Jakarta - Bagi vegetarian dan pengidap intoleransi laktosa, kedelai adalah sumber kalsium dan protein. Konon, kedelai bisa mencegah kanker payudara. Namun, kedelai juga disebut memicu kanker. Mana yang benar?

Olahan kedelai dikenal seperti tahu, tempe, susu kedelai, kecap, dan sebagainya. Namun menurut Commonwealth Scientific and Industrial Research Organisation (CSIRO), hampir 60% makanan di supermarket mengandung kacang kedelai. Contohnya roti, tepung, minyak, tuna, kopi, dan sosis.

Kedelai mengandung fitoestrogen (isoflavon) bernama genestein dan daidzein dalam jumlah besar. Bahan kimia nabati ini meniru hormon estrogen meski dalam skala yang jauh lebih lemah.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Salah satu faktor risiko kanker payudara adalah kadar estrogen yang tinggi. Kekhawatiran muncul ketika riset menemukan bahwa fitoestrogen jenis ini meningkatkan risiko kanker pada tikus.

Namun menurut peneliti kanker payudara Dr. Kellie Bilinski, tikus memiliki metabolisme yang sangat berbeda dengan manusia. "Jadi Anda tidak dapat menerapkan hasil studi tersebut ke manusia. Lagi pula, tikus-tikus tersebut diberi dosis besar yang tak mungkin kita konsumsi," kritik Bilinski.

Belum ada penelitian pada manusia yang menunjukkan bahwa konsumsi kedelai bisa jadi berbahaya. Faktanya, riset pada wanita Asia menemukan bahwa fitoestrogen malah memiliki efek melindungi tubuh dari kanker payudara.

"Kedelai bisa membantu melindungi sel-sel tubuh dari estrogen yang dihasilkan tubuh sendiri. Buktinya, wanita Asia memiliki angka kanker payudara lebih rendah. Sayang, di Barat, kita tak mengonsumsi kedelai dalam kadar yang sama tinggi," jelas Tim Crowe, associate professor gizi di Deakin University.

Dewan Kanker Australia mengatakan bahwa meski bukti ilmiah efek kedelai dalam mencegah kanker belum pasti. Organisasi ini menganjurkan orang-orang untuk mengonsumsi makanan berbahan kedelai sebagai bagian dari pola makan bervariasi dan bergizi.

"Jika ada efek samping fitoestrogen pada tumor yang sensitif terhadap hormon, kedelainya harus dalam konsentrasi tinggi. Jauh lebih tinggi daripada yang Anda temukan dalam makanan," ujar Professor Ian Olver dari Dewan Kanker Australia.

Ia meyakinkan bahwa tak masalah jika makanan berbahan kedelai disajikan dalam jumlah sedang. "Fitoestrogen alami di dalamnya adalah antioksidan. Kita harus lebih banyak mengonsumsinya," kata Olver kepada ABC Australia (02/06/2014).

Iapun menyarankan kita sebaiknya tak hanya berfokus pada efek makanan di satu penyakit. Sebab, makanan tersebut bisa saja bermanfaat bagi pencegahan dan penyembuhan penyakit lain.

Selain kanker payudara, beberapa penelitian juga menyebutkan bahwa kedelai bisa menurunkan risiko kanker prostat, lambung, endometrium (pada wanita perimenopause dan pascamenopause), pharynx, kerongkongan, pankreas, dan usus. Namun, Dewan Kanker Australia mengatakan bahwa bukti-buktinya tak cukup untuk menarik kesimpulan.

Penelitian menunjukkan bahwa 1-2 porsi makanan kedelai alami per hari terbukti menurunkan kadar kolesterol. Kedelai juga tinggi protein, serat, zat besi, dan asam lemak omega-3, serta rendah lemak jenuh.

"Bagi vegetarian dan orang-orang yang tak banyak mengonsumsi daging merah, kedelai adalah makanan yang baik. Jika Anda tak mengonsumsi produk olahan susu sapi, kedelai juga bisa jadi sumber kalsium yang baik," jelas Bilinski.

Ia menambahkan bahwa makanan berbahan kedelai tak hanya mengandung isoflavon, tapi juga ratusan zat kimia yang bermanfaat bagi kesehatan. "Jika Anda mengonsumsi makanan tersebut dalam jumlah tepat dan mengurangi junk food, akan baik bagi kesehatan Anda," tutup Bilinski.



(fit/odi)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads